Berkemih di Kolong Jembatan Cawang


Chubbyrock, ini kucing kampung, jantan, tua-tua keladi, dan bulunya berwarna oranye. Mata kanannya berkabut, jejak luka seusai berkelahi mixed martial arts sesama kucing. Makanya kalau jalan, kepalanya selalu miring ke kanan.

Tubuhnya juga banyak bekas cedera. Entah seberapa banyak pertempuran jalanan yang telah ia lalui, entah dalam rangka memperebutkan betina atau mempertahankan daerah kekuasaannya.

Baca Lebih Lanjut.

Advertisement

Matanya Bukan Mata Medusa


 

Satu-satunya kesedihanku ialah
bahwa aku tak akan lagi bisa memandangmu,
ketika kau memandangku.

Panggilan telepon di malam hari itu masuk ke telepon genggam saya. Dari sebuah nomor yang tak dikenal. Tapi saya masih bersedia mengangkatnya. Commuter line yang saya naiki sebentar lagi masuk Stasiun Citayam.

Ternyata masih urusan kantor. Dari seorang sejawat di direktorat lain. Suara dari pelantang menyentak saya bahwa kereta rel listrik akan segera tiba di Stasiun Citayam. Bergegas saya mengambil tas warna hitam dari atas rak. Kemudian ketika pintu commuter line terbuka, saya pun turun.

Baca Lebih lanjut.

Ah-ha Moment: Sebesar apa Percikanmu?



Di suatu pagi yang padat dengan sinar rawinya masih majal, saya baru saja keluar dari mulut Commuter Line di Stasiun Kalibata. Saya bentangkan aplikasi perbincangan yang sudah berjejal dengan banyak risalah itu. Salah satunya pesan gambar yang terkirim dalam sebuah grup. Saya membuka gambar itu dan langsung tersentak hingga sanggup menghentikan langkah saya yang bergegas.

Kemudian saya mencari bangku kosong yang ada di peron stasiun, saya melirik jam, dan saya pikir masih cukup waktu untuk tiba di tempat pendidikan dan pelatihan yang sedang saya ikuti selama sepekan ini. Semua neuron yang ada di balik tempurung kepala saya seperti tepercik api, terpantik.

Continue reading Ah-ha Moment: Sebesar apa Percikanmu?

Cerita Lari BNI UI Half Marathon: Ini Soal Nafas Panjang


Racepack.

Wajah saya tersungkur di atas seuntai sajadah sembari melamatkan sebentuk doa yang tak kunjung habis menjulang ke langit. Meminta kepada Yang Maha Menatap sebuah kekuatan dan kesehatan agar tubuh yang dititipkan kepada saya menjadi berdaya. Jam sudah menunjukkan wajah  bertaringnya di angka 03.45 pagi.

Saya harus melesat ke Universitas Indonesia (UI) untuk menandak kaki mengikuti lomba lari BNI UI Half Marathon 2017. Ini lomba pertama yang saya ikuti untuk kategori 21 kilometer. Atau musabaqah kedua setelah lari 5 kilometer di Spectaxcular 2016 yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP).

Continue reading Cerita Lari BNI UI Half Marathon: Ini Soal Nafas Panjang

Perempuan itu dan Sebuah Dojo



Di pagi yang bising dan buru-buru. Di hari ketiga Ramadan. Di hari pertama berkantor buat para pekerja. Dalam commuter line yang menghimpit sesak. Suara dari pelantang yang berusaha memecahkan gendang telinga menyerantakan kepada penumpang yang akan turun di stasiun berikutnya bahwa perhentian di hadapan adalah Stasiun Cawang. Saat itu kereta listrik ini baru saja berangkat dari Stasiun Duren Kalibata.

Bergegas saya menggeser maju ke arah pintu. Beranjak dari lapis kelima untuk menuju lapis-lapis terdepan, bahkan kalau bisa lapis pertama. Tak mudah melalui lapis-lapis itu. Butuh upaya mengempiskan jasad dan tenaga lebih agar bisa menggeserkan tubuh dan melewati rintangan badan yang kebanyakan lelaki ini. Sambil tak henti-hentinya keluar kata maaf dan permisi dari mulut. Sembari berharap Ramadan sanggup melembutkan hati orang yang berpuasa agar tak keluar kesah atau cacian karena desakan tubuh saya yang barangkali menyakitkan dan mengganggu kenyamanan mereka.

Continue reading Perempuan itu dan Sebuah Dojo

Penting Buat Ibu Hamil: Kenali Bunyi-bunyian yang Mengganggu Janin Anda



Ibu Hamil (Sumber foto: muslimmums.co.za)

Dari hasil penelitian, indera pendengaran janin sudah mulai terbentuk ketika kandungan memasuki usia 8 minggu. Pembentukan indera ini berakhir pada usia kandungan 24 minggu. Barulah pada minggu ke-25 sang janin mampu mendengar suara orang-orang terdekatnya.

Selain itu janin mampu merespon bunyi-bunyian yang membuatnya tidak nyaman. Lalu seberapa besar desibel (satuan untuk mengukur intensitas suara) yang diperkenankan diperdengarkan kepada janin dalam kandungan?

Baca lebih Lanjut.

JUM’AT 01 APRIL 2011 SIAP-SIAP *)


JUM’AT 01 APRIL 2011 SIAP-SIAP *)

 

Besok kamis adalah hari terakhir Kereta Rel Listrik (KRL) Ekspress beroperasi di Jabodetabek. Nanti mulai tanggal 1 April 2011 tidak akan ada lagi kereta kasta tertinggi ini. Tidak akan ada lagi susul-susulan. Tidak akan ada lagi KRL yang bisa sampai ke tempat tujuan hanya dalam jangka waktu 30 menit saja. Tidak akan ada lagi kelonggaran-kelonggaran yang bisa dinikmati.

Karena krl penggantinya dengan harga yang diturunkan menjadi Rp7.000,00 akan berhenti di setiap stasiun. Sudah barang tentu ini akan memakan waktu panjang lagi untuk menaikturunkan penumpang. Dan sudah pasti akan banyak penumpang yang memadati krl ini. Kalau demikian adanya, tak akan bisa lagi orang menggelar koran atau membuka kursi lipatnya. Kalau begini pedagang kursi lipat akan alami kebangkrutan, enggak laku soalnya.

Saya jadi berpikir, waktu yang akan saya tempuh untuk perjalanan pergi dan pulang kantor akan bertambah panjang lagi. Yang dulu, sampai di Stasiun Sudirman jam setengah tujuh pagi—dan masih punya waktu panjang untuk tiba di kantor—bisa jadi nantinya jam 7 pagi krl itu baru tiba di sana. Kalau begitu siap-siap untuk naik ojek atau cari partner taksi kalau waktunya mepet.

KRL Ekspress yang biasa saya naiki, Pakuan Ekspress, masih punya rentang waktu cukup atasi keterlambatan kalau ada masalah di persinyalan kereta atau karena ada kereta yang mogok dan menghalangi jalur. Saya tak pernah terlambat ke kantor dengan naik KRL Ekspress paling pagi ke Tanah Abang itu.

Saya membayangkan jika sistem KRL Commuter Line ini mulai dijalankan sedangkan infrastrukturnya juga masih seperti ini, maka kalau ada kereta yang mogok, terlambat sudah menjadi sebuah kepastian dah. Hanya punya waktu toleransi 15 menit untuk hal-hal seperti ini. Kalau sudah lewat waktu itu pasti terlambat ke kantor. Tapi lihat saja nanti, bagaimana pola operasi sistem perkeretaapian baru ini akan berjalan.

Siap-siap untuk tidak bisa lagi bermonolog, baca koran dengan santainya, tidur ayam, dan lain-lainnya. Apa boleh buat, kenyamanan akan berkurang, sebanding dengan harga yang dikeluarkan pula. Namun tetap, bagi saya, KRL adalah satu-satunya—jadi bukan lagi sekadar alternatif—moda angkutan yang paling masuk akal untuk saya naiki di tengah ketidaklogisan kemacetan parah yang terjadi di Jakarta sewaktu pagi atau sore.

So, dinikmati saja apa yang kita dapatkan sekarang. Semoga perubahan itu akan membawa kebaikan buat kita semua—para pengguna jasa perkeretaapian. Optimis sajalah. Yakini betul bahwa hari ini—hari yang kita akan jalani—adalah hari kita satu-satunya. Insya Allah kita akan nyaman di mana pun adanya kita. Semoga.

Ohya jangan lupa, berangkatlah lebih pagi di jum’at besok untuk antisipasi hal-hal yang tidak diinginkan karena adanya perubahan jadwal.

*) Catatan penting: Dengar-dengar malah kebijakan ini sudah dibatalkan oleh pejabat KAI mendadak, saya kurang tahu, tapi lihat saja di FB Solidaritas Jabodetabek Untuk KRL Yang Lebih Baik. Kalau benar, maka tulisan ini tak ada gunanya. 🙂  

 

***

Riza Almanfaluthi

dedaunan di ranting cemara

menggigil

10.44 30 Maret 2011

 

Tags: ptkai, krl, pakuan ekspress, commuter line, pola operasi baru