Buku Terbaru Riza Almanfaluthi: Dari Tanzania ke Tapaktuan, Titik Tak Bisa Kembali, Kisah Lelaki Menaklukkan Ego dengan Berlari


Joe Simpson memulai mendaki gunung Siula Grande di pegunungan Andes dengan ketinggian 6.344 meter, Peru bersama Simon Yates pada 6 Juni 1985. Pada saat turun gunung dua hari kemudian, musibah terjadi, Joe tergelincir sehingga meremukkan tungkai kaki kanannya.

Ditemani Simon, perjalanan ke bawah menjadi lambat. Sampai suatu ketika, saat Simon menurunkan Joe, Joe tergelincir dari tepi gunung. Ia terayun-ayun di ketinggian dengan hanya seutas tali yang tertambat di tubuh Simon. Jurang menganga ratusan kaki di bawah Joe. Angin berembus kencang dengan banyak salju. Kemudian Joe jatuh. Simon pergi ke perkemahan karena menyangka Joe telah mati.

Baca Lebih Lanjut

Advertisement

Bedah Buku Orang Miskin Jangan Mati di Kampung Ini: Dakwah Milenial, Dakwah Literasi


Menjelang penerbitan buku Orang Miskin Jangan Mati di Kampung Ini cetakan yang keenam, saya diundang untuk menjadi pembicara dalam sebuah acara bedah buku tersebut yang diselenggarakan oleh DKM Shalahuddin, Kompleks Kantor Pajak Kalibata, Jakarta Selatan (Selasa, 29/10).

Sebagai pembedah buku dalam acara yang bertajuk Dakwah Milenial, Dakwah Literasi adalah Ustaz M. Irfan Abdul Aziz. Ustaz muda ini merupakan Pengurus Pusat Forum Lingkar Pena dan lulusan Universitas Islamabad, Pakistan.

Baca Lebih Lanjut

Berlari di Malam Jumat Kliwon


Sudah engap. Jalanan gelap. Malam Jumat Kliwon.

Genap satu minggu, tidak lebih, kami Tim DJP Kuat menyelesaikan lari sejauh 375 km. BC Runners berkolaborasi dengan ASNation menyelenggarakan lari virtual dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun ke-75 Republik Indonesia. Kegiatan ini khusus untuk amtenar.

Pandemi Covid-19 membuat banyak lomba lari dibatalkan sejak Maret 2020. Untuk tetap menjaga protokol kesehatan penyelenggara kegiatan lari mengganti formatnya menjadi virtual. Peserta lomba tidak berkumpul di satu tempat dan cukup lari di lokasinya masing-masing.

Baca Lebih Lanjut

Di Tepian Cilacap: Safar dan Kebodohan yang Kita Buat


Salah satu sisi benteng yang digunakan untuk menembak.

Ketika aku menawarkan kepadamu semangkuk mi ayam porsi kedua apakah engkau akan menerimanya seantusias porsi pertama? Tentu tidak kecuali engkau memang belum makan tiga hari tiga malam. Begitu pula dengan safar membelah lautan untuk mengudap senja di sebuah selat.

Setelah kami menyusuri kegelapan Benteng Pendem dengan ditemani seorang pemandu wisata, sore itu kami membelah diri menjadi dua grup. Masing-masing grup beranggotakan enam orang. Kami menyewa dua perahu nelayan yang bergerak cepat dari Pantai Teluk Penyu.

Baca Lebih Lanjut.

Mur dalam Sepotong Coklat


Kebersamaan sejati bukan soal “tampilan” dari luar, tetapi soal “jiwa” dari dalam. 

​Aku ingin mengatakannya dengan kata “tiba-tiba”, tetapi senyatanya memang tidak ada yang tiba-tiba, karena ada hari yang terlewati mulai dari hari pertama Ramadan hingga saat ini. Malam ke-27 Ramadan.

Di Masjid kompleks kami ini, Masjid Alikhwan, banyak orang berdatangan memenuhinya, mulai dari orang tua sampai anak-anak. Mereka ingin menjadi bagian dari umat yang mendapatkan kemuliaan di malam itu yakni lailatulkadar.

Baca Lebih Lanjut.

Cerita Lari Mandiri Jogja Maraton 2018 (Terakhir): Inong, Apakah Aku Anak Ikan?


Di suatu pagi.

“Inong, apakah aku memang anak ikan?” tanya anak lelakiku itu. Air mata membiak di pipinya.

“Kata siapa?”

“Kata Among.”

“Kenapa Among berkata seperti itu? Ada apa?” tanyaku mendesak. Aku cemas. Ada yang tak beres hari ini dan untuk hari-hari berikutnya.

“Aku bawa nasi dan lauk yang Inong suruh tadi ke ladang. Tapi aku lapar. Aku makan sebagiannya di tengah jalan.” Tubuhnya gempa. Ia masih menahan isak yang semakin menariknya ke bumi. “Lalu setelah makan aku ke ladang. Di sana, Among murka melihat makanannya sudah tinggal sedikit. Lalu bilang kalau aku anak yang kurang ajar, karena aku keturunan ikan.”

Baca Lebih Lanjut.

Cerita Lari Jakarta Marathon 2017: Mengejar Melanie


Pada 2015, Esa Marindra Fauzi, seorang teman sekaligus penamat triatlon mengajak saya yang waktu itu sedang bertugas di Tapaktuan untuk mencoba menyeret-nyeret kaki bareng sejauh 21,1 kilometer di palagan Jakarta Marathon. Baru dua tahun kemudian niat itu menjadi nyata setelah saya pindah tugas ke Jakarta.

Ahad pagi yang masih gulita, 29 Oktober 2017, pada saat saya menyerahkan tas di tempat penitipan tas (drop bag area) sebuah colekan menyentuh pundak saya. Ternyata Esa. Kami sama-sama terlambat datang.

Baca Lebih Lanjut.

Pelawatan Kopi: Pahit dan Asamnya



Liang lambung saya begitu parah waktu itu. Saya sampai merasakan organ tubuh itu dikorek-korek dengan selang yang dijulurkan dari lubang hidung di sebuah rumah sakit. Tapi syukurnya tidaklah separah seperti yang dirasakan Presiden Amerika Serikat ke-42 William Jefferson Blythe III ketika mengidap Gastro-Esophageal Reflux Disease yang sampai bikin nyeri di dada—ini denotasi sebenarnya.

Gaya hidup tak sehat meraja seperti ini: makan telat, pemuja mi instan, dan penikmat kopi sasetan. Untuk yang terakhir itu kemudian berakhir dengan tragis ketika saya dipindah ke surga kopi: Aceh. Tepatnya di Tapaktuan, Aceh selatan. Sejak itu saya mengenal sejatinya kopi paling nikmat di dunia. Saya begitu menghamba kepada segelas dua gelas kopi manis.

Continue reading Pelawatan Kopi: Pahit dan Asamnya

Jejaki Wisata Alam Tapak Kaki Raksasa Tuan Tapa di Tapaktuan



Sekarang lokasi ini sudah berubah jauh dibanding tiga tahun yang lalu. Lokasi yang terkenal di seantero Aceh yaitu jejak tapak kaki raksasa Tuan Tapa di Tapaktuan. Sebuah legenda yang masih dituturkan sampai saat ini oleh masyarakat sana. Di samping keindahan alamnya yang luar biasa.

Baca Legenda: Antara Legenda dan Takdir, Ini yang Menarik di Tapaktuan.

Hari ini ada kunjungan dari teman-teman Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lhokseumawe yang mengadakan Tour de Aceh. Dari Lhokseumawe menuju Takengon lalu ke Beutong dan menginap di Nagan. Lalu menuju Tapaktuan, nanti dari Tapaktuan menuju Subulussalam dan Singkil. Dari Singikil balik lagi ke Subulussalam menuju Medan dan Langsa. Lalu Selasa pagi direncanakan sudah sampai di Lhokseumawe kembali.

Baca Lebih Lanjut.

Di Sini Kami Diajarkan Tentang Jurnalisme Islam



Ada gemuruh di dada saat melihat postingan teman-teman di linimasa Facebook saya mengabarkan suasana Aksi Super Damai 212 yang berlangsung di Monas, Jakarta, Jumat (4/12).

Untuk kedua kalinya saya berada di tempat yang tidak tepat sehingga tidak bisa mengikuti Aksi Bela Islam Jilid III. Sebelumnya pada Aksi Bela Islam II pada tanggal 4 November 2016, saya masih berada di Tapaktuan, dan tidak bisa mengikuti aksi itu.

Baca Lebih Lanjut