Apalagi Kalau Sudah Berada di Waladdhooooollllliiiiiiiiin


Turutan (Gambar diambil dari situs web Kemenag)

Ada video yang menunjukkan seorang guru ngaji memegang tongkat kayu berukuran 50 cm. Tongkat itu akan dipukulkan ke paha atau lutut muridnya yang salah dalam membaca Al-Qur’an. Keras sekali pukulan itu sampai terdengar nyaring.

Walaupun di depan guru ngaji itu ada beberapa murid yang secara bersamaan mengaji dengan bacaan yang berbeda, telinga guru ngaji itu tajam menyimak setiap huruf yang keluar dari mulut-mulut muridnya.

Baca Lebih Banyak

Teraweh, tarawih, atau Tarawih?


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) VI Daring, Tarawih adalah salat sunah pada malam hari (sesudah Isya, sebelum Subuh) pada bulan Ramadan (bulan puasa).

Penulisan huruf awal dalam kata tarawih memakai huruf kapital. Sama seperti penulisan Isya, Subuh, Magrib, dan waktu salat lainnya.

Contoh penggunaan dalam kalimat seperti ini: “Malam nanti kita akan salat Tarawih di mana?” tanya Santi kepada Sinta.

***
Riza Almanfaluthi
13 Maret 2024
Memesan buku Sindrom Kursi Belakang di tautan berikut: https://linktr.ee/rizaalmanfaluthi.

Kulangitkan Petrikor dari Tanah Aminku


Saya merasakan Ramadan yang berbeda daripada tahun sebelumnya. Terutama soal mengerjakan rangkaian ibadah di dalamnya. Saya merasakan keringanan. Pun, pada saat mengerjakan iktikaf di kompleks perumahan yang baru dua tahun ini kami tinggali. Saya baru pertama kali iktikaf di Masjid Almukhlisin.

Untuk iktikaf itu, saya tidur di rumah di awal waktu, lalu bangun pukul 02.00. Setelah ambil wudu, segera pergi ke masjid. Kalau berangkatnya jam dua pagi, saya mengerjakan banyak hal dengan tenang. Namun, kalau berangkatnya terlambat, seperti jam tiga pagi, saya mengerjakan rangkaian ibadah itu dengan tergesa.

Continue reading Kulangitkan Petrikor dari Tanah Aminku

Cerita Mudik: Kapan Kita Pulang?


“Jadi kapan kita pulang?” tanya istri di hari ke-28 Ramadan 1443 H.

“Kalau nanti malam pulang sayang banget. Malam ganjil soalnya,” kata saya. “Besok pagi saja. Sehabis iktikaf. Bakda Subuh langsung gas. Enggak usah buru-buru. Kalau ngantuk, tidur di jalan.

Baca Lebih Banyak

Cerita Lebaran: Seusai Menjadi Salik Selama Sebulan


Bentangan sawah di Sempulur.

Azan Subuh mengamuk di gendang telinga. Menutupinya dengan bantal rasanya sudah cukup untuk meredakannya. Apalagi perjalanan semalam dari Wringinputih, Magelang menuju Sempulur, Boyolali yang menguras daya dapat menjadi alasan lebih dari sekadar.

Pada akhirnya tidak demikian juga. Saya masih bisa beranjak. Kandung kemih yang penuh mendorong saya untuk segera turun ranjang.
Baca Lebih Lanjut.

Ateis: Masalahnya Dia Tidak Datang Kepadaku


Related image

Suatu hari, tukang cukur rambut bernama Ramos seusai mencukur rambut Luis berkata, “Kau tahu tidak, Tuan Luis? Saya tidak percaya jika Tuhan itu ada.”

“Kenapa kau berkata begitu kawanku?” tanya Luis. Wajahnya menyiratkan keheranan.

Baca Lebih Lanjut

Mur dalam Sepotong Coklat


Kebersamaan sejati bukan soal “tampilan” dari luar, tetapi soal “jiwa” dari dalam. 

​Aku ingin mengatakannya dengan kata “tiba-tiba”, tetapi senyatanya memang tidak ada yang tiba-tiba, karena ada hari yang terlewati mulai dari hari pertama Ramadan hingga saat ini. Malam ke-27 Ramadan.

Di Masjid kompleks kami ini, Masjid Alikhwan, banyak orang berdatangan memenuhinya, mulai dari orang tua sampai anak-anak. Mereka ingin menjadi bagian dari umat yang mendapatkan kemuliaan di malam itu yakni lailatulkadar.

Baca Lebih Lanjut.

Cerita Mudik 2017: Tak mau Mengulang Brexit


Musim mudik usai. Besok Senin semua pekerja akan menjalani rutinitasnya masing-masing. Saya termasuk di antaranya. Dengan menyisakan perjalanan mudik 2017 di kepala sebagai perjalanan yang tidak memberatkan. Mudik atau baliknya. Salah satunya adalah saya akan menepi kalau saya sudah mengantuk mengendarai mobil. Daripada terjadi hal-hal yang tidak diinginkan lebih baik antisipasi.

Sebenarnya banyak hal dilakukan agar tidak mengantuk seperti menampar-nampar pipi, memukul-mukul paha, mengusap-usap wajah dan kepala berulang-kali, minum air putih banyak-banyak, cuci muka, dan minum kopi. Tapi kalau sudah mengantuk ya ternyata semua tidak mempan. Obatnya cuma satu: tidurlah yang nyenyak.

Continue reading Cerita Mudik 2017: Tak mau Mengulang Brexit

Perempuan itu dan Sebuah Dojo



Di pagi yang bising dan buru-buru. Di hari ketiga Ramadan. Di hari pertama berkantor buat para pekerja. Dalam commuter line yang menghimpit sesak. Suara dari pelantang yang berusaha memecahkan gendang telinga menyerantakan kepada penumpang yang akan turun di stasiun berikutnya bahwa perhentian di hadapan adalah Stasiun Cawang. Saat itu kereta listrik ini baru saja berangkat dari Stasiun Duren Kalibata.

Bergegas saya menggeser maju ke arah pintu. Beranjak dari lapis kelima untuk menuju lapis-lapis terdepan, bahkan kalau bisa lapis pertama. Tak mudah melalui lapis-lapis itu. Butuh upaya mengempiskan jasad dan tenaga lebih agar bisa menggeserkan tubuh dan melewati rintangan badan yang kebanyakan lelaki ini. Sambil tak henti-hentinya keluar kata maaf dan permisi dari mulut. Sembari berharap Ramadan sanggup melembutkan hati orang yang berpuasa agar tak keluar kesah atau cacian karena desakan tubuh saya yang barangkali menyakitkan dan mengganggu kenyamanan mereka.

Continue reading Perempuan itu dan Sebuah Dojo

SILUMAN BABI, SILUMAN IKAN, SILUMAN MONYET DLL: MEREKALAH YANG KALAH


SILUMAN BABI, SILUMAN IKAN, SILUMAN MONYET DLL: MEREKALAH YANG KALAH

image

Ini adalah hari kemerdekaan. Hari kemenangan setelah satu bulan berpuasa. Sejatinya kita menang atau kalah yang merasakan cuma diri sendiri. Soalnya bisa saja kita dekralasikan diri sebagai manusia merdeka dan bertakwa tetapi kemudian setan ikut bergembira dan merayakan karena ia baru saja melihat budak yang baru saja merdeka itu kembali terjerumus dalam perangkapnya yang sebenarnya lemah.

Ini adalah hari kemerdekaan setelah satu bulan melawan hawa nafsu dan bahagia yang terus menerus dirasakan. Kita cuma bisa berharap Allah kasih kita perlindungan dan bahagia sampai akhir hayat. Apalagi yang pada hari ini sedang memanjangkan umurnya dan sedang menerima rizki yang banyak karena lagi silaturahmi dengan sanak saudara. Ooo…semoga Allah kasih keberkahan di umur yang panjang dan rizki yang diterima itu.

Ini adalah hari kemerdekaan. Hari di saat kita bebas menikmati makan dan minum tanpa ada larangan lagi. Opor ayam, ketupat, dan sambal goreng ati yang terhidang kita santap sepenuh hati di  siang bolong dengan keceriaan dan bincang-bincang tanpa topeng dan basa-basi. Yang adanya baru kita rasakan cuma setahun sekali. Dengan segala detil dan pernak-perniknya. Hanya ada di hari itu. Tidak di hari lain. Walau sengaja banyak manusia berusaha menciptakannya di hari lain. Tetap tak bisa samakan. Kau harus merasakannya kembali dengan detil yang sama di tahun depan.

Ooo ini adalah hari kemerdekaan. Kala kata maaf berseliweran di antara dua mata, dua telinga, dan satu rasa. Itu kita sambut dengan lapang dada entah broadcast ataupun satu yang berbeda. Semua upaya yang harus dihargai agar tidak kehilangan makna di hari ini. Sungguh kita terima dengan senang hati. Karena semata ini tanda cinta dan perhatian kepada kita. Dari mereka. Yang patut jadi perhatian ketika tak ada maaf yang terberi…Ooo sedangkan Sang Pencipta kita adalah Dzat Yang Maha Memaafkan, lalu mengapa tak sudi beri maaf. Ataukah ada keangkuhan yang menjadi tabir. Ooo…ayolah maafkan saja mereka. Maafkan dia. Tidakkah kita ingin menjadi ahli surga karena gemar memaafkan?

Ini adalah hari kemerdekaan, hari buat mereka yang telah berpuasa. Bukan buat mereka yang sengaja berbuka di siang hari dan pamer di jalan-jalan. Buat mereka yang telah berlelah-lelah di siang hari dan malam-malamnya supaya bisa dekat-dekat dengan Sang Maha Pemberi Kemerdekaan. Sudahkah kita jadi mereka? Hasibu anfusakum qabla antuhasabu….Itung-itungan dulu  yuk amal kita sebelum kita diitung-itung sama Yang Di atas.

Ini adalah hari kemerdekaan. Hari kemenangan. Panjinya sudah dikibar-kibarkan di atas benteng, Tapi ini belumlah usai karena ini cuma pertempuran kecil. Perangnya masih berlangsung sampai ajal. Tidak tahu siapa yang menjadi pemenang sejati, Tapi kita berharap kepada Allah supaya kita menjadi pemenangnya. Dan merekalah yang kalah: iblis dan bala tentaranya: setan, jin, tuyul, sundel bolong, genderuwo, pocong, kolor ijo,  siluman babi, siluman ikan, siluman monyet, vampir (sebenarnya ini bukan karnaval)  dan manusia pengikutnya.

Ini adalah hari kemerdekaan, Hari di mana diri yang bernama Riza Almanfaluthi,  mohonkan maaf kepada semua. Seraya berharap kita dipertemukan kembali dengan Ramadhan 1435 Hijr. Bekasi…cukup di sini aja sssssiiiih……ikan peda sono pegi daaahhh…..

Tabik. Happy Eid Mubarak, 1 Syawal 1434H.

Riza Almanfaluthi

Pojokan Semarang Panas

8 Agustus 2013 M