Kulangitkan Petrikor dari Tanah Aminku


Saya merasakan Ramadan yang berbeda daripada tahun sebelumnya. Terutama soal mengerjakan rangkaian ibadah di dalamnya. Saya merasakan keringanan. Pun, pada saat mengerjakan iktikaf di kompleks perumahan yang baru dua tahun ini kami tinggali. Saya baru pertama kali iktikaf di Masjid Almukhlisin.

Untuk iktikaf itu, saya tidur di rumah di awal waktu, lalu bangun pukul 02.00. Setelah ambil wudu, segera pergi ke masjid. Kalau berangkatnya jam dua pagi, saya mengerjakan banyak hal dengan tenang. Namun, kalau berangkatnya terlambat, seperti jam tiga pagi, saya mengerjakan rangkaian ibadah itu dengan tergesa.

Continue reading Kulangitkan Petrikor dari Tanah Aminku

Advertisement

Cerita Mudik: Kapan Kita Pulang?


“Jadi kapan kita pulang?” tanya istri di hari ke-28 Ramadan 1443 H.

“Kalau nanti malam pulang sayang banget. Malam ganjil soalnya,” kata saya. “Besok pagi saja. Sehabis iktikaf. Bakda Subuh langsung gas. Enggak usah buru-buru. Kalau ngantuk, tidur di jalan.

Baca Lebih Banyak

Cerita Lebaran: Seusai Menjadi Salik Selama Sebulan


Bentangan sawah di Sempulur.

Azan Subuh mengamuk di gendang telinga. Menutupinya dengan bantal rasanya sudah cukup untuk meredakannya. Apalagi perjalanan semalam dari Wringinputih, Magelang menuju Sempulur, Boyolali yang menguras daya dapat menjadi alasan lebih dari sekadar.

Pada akhirnya tidak demikian juga. Saya masih bisa beranjak. Kandung kemih yang penuh mendorong saya untuk segera turun ranjang.
Baca Lebih Lanjut.

Ateis: Masalahnya Dia Tidak Datang Kepadaku


Related image

Suatu hari, tukang cukur rambut bernama Ramos seusai mencukur rambut Luis berkata, “Kau tahu tidak, Tuan Luis? Saya tidak percaya jika Tuhan itu ada.”

“Kenapa kau berkata begitu kawanku?” tanya Luis. Wajahnya menyiratkan keheranan.

Baca Lebih Lanjut

Mur dalam Sepotong Coklat


Kebersamaan sejati bukan soal “tampilan” dari luar, tetapi soal “jiwa” dari dalam. 

​Aku ingin mengatakannya dengan kata “tiba-tiba”, tetapi senyatanya memang tidak ada yang tiba-tiba, karena ada hari yang terlewati mulai dari hari pertama Ramadan hingga saat ini. Malam ke-27 Ramadan.

Di Masjid kompleks kami ini, Masjid Alikhwan, banyak orang berdatangan memenuhinya, mulai dari orang tua sampai anak-anak. Mereka ingin menjadi bagian dari umat yang mendapatkan kemuliaan di malam itu yakni lailatulkadar.

Baca Lebih Lanjut.

Cerita Mudik 2017: Tak mau Mengulang Brexit


Musim mudik usai. Besok Senin semua pekerja akan menjalani rutinitasnya masing-masing. Saya termasuk di antaranya. Dengan menyisakan perjalanan mudik 2017 di kepala sebagai perjalanan yang tidak memberatkan. Mudik atau baliknya. Salah satunya adalah saya akan menepi kalau saya sudah mengantuk mengendarai mobil. Daripada terjadi hal-hal yang tidak diinginkan lebih baik antisipasi.

Sebenarnya banyak hal dilakukan agar tidak mengantuk seperti menampar-nampar pipi, memukul-mukul paha, mengusap-usap wajah dan kepala berulang-kali, minum air putih banyak-banyak, cuci muka, dan minum kopi. Tapi kalau sudah mengantuk ya ternyata semua tidak mempan. Obatnya cuma satu: tidurlah yang nyenyak.

Continue reading Cerita Mudik 2017: Tak mau Mengulang Brexit

Perempuan itu dan Sebuah Dojo



Di pagi yang bising dan buru-buru. Di hari ketiga Ramadan. Di hari pertama berkantor buat para pekerja. Dalam commuter line yang menghimpit sesak. Suara dari pelantang yang berusaha memecahkan gendang telinga menyerantakan kepada penumpang yang akan turun di stasiun berikutnya bahwa perhentian di hadapan adalah Stasiun Cawang. Saat itu kereta listrik ini baru saja berangkat dari Stasiun Duren Kalibata.

Bergegas saya menggeser maju ke arah pintu. Beranjak dari lapis kelima untuk menuju lapis-lapis terdepan, bahkan kalau bisa lapis pertama. Tak mudah melalui lapis-lapis itu. Butuh upaya mengempiskan jasad dan tenaga lebih agar bisa menggeserkan tubuh dan melewati rintangan badan yang kebanyakan lelaki ini. Sambil tak henti-hentinya keluar kata maaf dan permisi dari mulut. Sembari berharap Ramadan sanggup melembutkan hati orang yang berpuasa agar tak keluar kesah atau cacian karena desakan tubuh saya yang barangkali menyakitkan dan mengganggu kenyamanan mereka.

Continue reading Perempuan itu dan Sebuah Dojo