Buku Terbaru Riza Almanfaluthi: Dari Tanzania ke Tapaktuan, Titik Tak Bisa Kembali, Kisah Lelaki Menaklukkan Ego dengan Berlari


Joe Simpson memulai mendaki gunung Siula Grande di pegunungan Andes dengan ketinggian 6.344 meter, Peru bersama Simon Yates pada 6 Juni 1985. Pada saat turun gunung dua hari kemudian, musibah terjadi, Joe tergelincir sehingga meremukkan tungkai kaki kanannya.

Ditemani Simon, perjalanan ke bawah menjadi lambat. Sampai suatu ketika, saat Simon menurunkan Joe, Joe tergelincir dari tepi gunung. Ia terayun-ayun di ketinggian dengan hanya seutas tali yang tertambat di tubuh Simon. Jurang menganga ratusan kaki di bawah Joe. Angin berembus kencang dengan banyak salju. Kemudian Joe jatuh. Simon pergi ke perkemahan karena menyangka Joe telah mati.

Baca Lebih Lanjut

Advertisement

Matanya Penuh Kenangan, Tercecer di Mana-mana


Saya tersentak. Mimpi itu membangunkan saya. Padahal pesawat terbang ini belum juga lepas landas dari Bandara Adi Sumarmo. Dalam mimpi itu saya seperti berada dalam sebuah penjara gelap.

Topeng besi dengan lubang hanya untuk kedua belah mata menutupi seluruh wajah. Tak ada lubang untuk mulut. Saya merasa seperti dibekap dan berada di ruang sempit. Perasaan takut tempat sempit itu tiba-tiba datang lagi.

Baca Leboh Lanjut.

10 Kontributor yang Disayang Editor


Seksi Pengelolaan Situs, Subdirektorat Hubungan Masyarakat Perpajakan, Direktorat Penyuluhan, Pelayanan, dan Hubungan Masyarakat, Direktorat Jenderal Pajak (DJP) menyelenggarakan Workshop Kontributor Konten Situs dan Media Sosial DJP di Legian, Kuta, Bali selama tiga hari (11 s.d. 13 April 2017).

Acara yang dikemas dengan menarik ini diikuti 88 peserta dari seluruh Indonesia, mulai Banda Aceh sampai Merauke. Beberapa materi yang disampaikan di hari pertama adalah Menjadi Kontributor yang Disayang Editor oleh Riza Almanfaluthi, materi Flash Photo oleh Wiyoso Hadi, dan Cara Unggah Konten oleh Nanang Priyadi.

Continue reading 10 Kontributor yang Disayang Editor

Candra Membulat di atas Legian



Kehidupan malam yang gempita itu tak membuat saya beranjak dari lobi hotel. Benar-benar tidak mengusik kepenasaran saya tentang Legian. Hanya segelas kopi hitam panas yang saya sesap di atas meja sambil memandang candra yang membulat di hadapan dan di atas Legian.

Sampai pukul 01.15 dini hari sembari menunggu email yang masuk. Dari 100 orang itu berapa yang akan mengirim naskahnya. Masih belum sempat saya ketahui. Naskah yang lolos seleksi tahap pertama itulah yang akan diteruskan kepada saya.

Baca Lebih Lanjut.