Maria Apriliani, Penggiat Literasi dari Kalimantan Timur


MARIA APRILIANI***Penggiat literasi dari Kalimantan Timur. Baca bukunya diirit-irit supaya enggak cepat habis. Soalnya susah akses buku dari sana. Kalau saja Maria termasuk yang disurvei oleh lembaga itu, bisa jadi Indonesia tidak menjadi negara peringkat ke-60 Tingkat Literasi Dunia. Hanya di atas Botswana yang menduduki kerak peringkat literasi itu.

Di setiap buku yang saya tulis, di lembaran terakhirnya, saya menampilkan bab Tentang Penulis. Itu adalah biografi singkat saya. Sambil di sana diterangkan kontak surat elektronik (surel) bila ada pembaca yang ingin bercengkerama atau bertanya-tanya tentang buku itu kepada saya.

Sebenarnya selain itu saya juga mencantumkan akun media sosial Instagram di lembaran itu. Di zaman kiwari, kebanyakan orang langsung mengunjungi media sosial untuk bisa mengetahui informasi dengan cepat atau melalui Whatsapp. Untuk yang terakhir ini hanya orang-orang terdekat saja dan telah menyimpan nomor saya yang bisa menghubungi saya secara langsung.

Baca Lebih Banyak

Advertisement

Sekali dalam 10 Generasi Manusia Lahir Buku yang Tak Pernah Usang


Seorang penulis buku datang ke kubikel saya pagi ini.

Namanya Agus Muslim. Ia membawa dua bukunya yang baru terbit pada Februari 2021 dan menghadiahkannya kepada saya.

Continue reading Sekali dalam 10 Generasi Manusia Lahir Buku yang Tak Pernah Usang

Capek-Capek Lari 10 Km Hanya Untuk Mengambil Ini


Beberapa pekan lalu, seorang pelari datang ke rumah saya pagi-pagi. Ini yang kedua kalinya ia mengambil buku dengan berlari dari rumahnya.

Sebelumnya di tahun 2020, ia pernah datang ke rumah untuk mengambil buku Orang Miskin Jangan Mati di Kampung Ini. Ceritanya pernah saya bagi di sini.

Baca Lebih Lanjut

Surat dari Larantuka


Komik Ganes Th banyak memengaruhi saya sampai sekarang.

Saya hobi membaca buku sejak kecil. Ini barangkali karena banyak hal. Pertama, bapak saya juga penjual majalah bekas dan penyuka buku. Kedua, kakak-kakak ibu saya juga penulis buku. Setiap saya datang ke rumah mereka, buku adalah hadiah mereka untuk saya.

Baca Lebih Lanjut

Testimoni Buku Dari Tanzania ke Tapaktuan: Mewarnai Perjalanan di Ujung Timur Negeri


Seorang teman bernama Yayat Supriyatna yang bertugas di Jayapura, Tanah Papua telah memiliki dan membaca buku Dari Tanzania ke Tapaktuan, Titik Tak Bisa Kembali, Kisah Lelaki Menaklukkan Ego dengan Berlari.

Alhamdulillaah ia berkesempatan memberikan testimoninya atas buku itu. Saya sunting sedikit penulisannya tanpa mengubah substansinya, semata agar lebih mudah dibaca. Berikut testimoninya.

Continue reading Testimoni Buku Dari Tanzania ke Tapaktuan: Mewarnai Perjalanan di Ujung Timur Negeri

Buku Rekomendasi Banget: Dari Tanzania ke Tapaktuan


Di layar komputer saya menemukan “post it” virtual anak saya bakda subuh tadi. Di sana ada catatan “Tugas individu baca buku tentang pengembangan diri”. Ini sepertinya tugas kuliah anak saya yang sekarang sedang duduk di semester 5 jurusan psikologi.

Langsung saja saya tanyakan kepadanya, “Sudah punya bukunya belum?”

Baca Lebih Lanjut

3 Alasan Menerbitkan Buku Ini: Dari Tanzania ke Tapaktuan Titik Tak Bisa Kembali Kisah Lelaki Menaklukkan Ego dengan Berlari


Alhamdulillaah, berkat doa dan dorongan dari teman-teman semua, buku Dari Tanzania ke Tapaktuan, Titik Tak Bisa Kembali, Kisah Lelaki Menaklukkan Ego dengan Berlari memasuki proses cetak kedua kali.

Perlu teman-teman ketahui, tujuan saya menerbitkan buku ini adalah pertama, ingin memotivasi teman-teman yang ingin berubah. Dari yang belum baik menjadi baik. Dari yang mulanya tidak suka olahraga menjadi hobi. Dari yang belum bisa lari menjadi senang lari. Itu semua butuh dorongan dan motivasi. Insya Allah buku ini menjadi pendorongnya.

Baca Lebih Lanjut

Ayo, Hadiri Acara Bedah Buku Dari Tanzania ke Tapaktuan Malam Ini


Malam nanti Komunitas Sastra Kementerian Keuangan (KSK) akan menggelar acara bedah buku melalui virtual Zoom Meeting (Sabtu, 21 November 2020).

Ada dua buku yang dibedah. Buku pertama adalah buku puisi yang ditulis oleh Mas Nugroho Putu W dan berjudul Kidung Para Pencari. Sedangkan buku kedua adalah bukuku sendiri yang berjudul Dari Tanzania ke Tapaktuan, Titik Tak Bisa Kembali, Kisah Lelaki Menaklukkan Ego dengan Berlari.

Baca Lebih Lanjut

Review Buku Dari Tanzania ke Tapaktuan: RUN, RIZA, RUN!


Dhimas Wisnu Mahendra, teman saya sekaligus penulis novel, membuat ulasan kecilnya terhadap buku saya yang berjudul Dari Tanzania ke Tapaktuan, Titik Tak Bisa Kembali, Kisah Lelaki Menaklukkan Ego dengan Berlari yang terbit pada awal November ini.  Berikut ulasannya.

Dia bukan Forrest Gump. Beratnya dulu 78 kg. November 2014, Tapaktuan, Aceh Selatan. Memungut bola pingpong yang jatuh, menatap kaca, ia melihat sosok kegendutan menatap balik. Itu awalnya.

Baca Lebih Lanjut

Dari Tanzania ke Tapaktuan: Enggak Rugi Baca Buku Ini


Dulu ketika saya memulai lari, saya banyak mencari-cari informasi di internet. Mencarinya di Google, tentunya. Mencari informasi apa? Informasi cara lari, lomba lari, dan pengalaman lari di suatu ajang.

Saya sering kali terpukau membaca cerita lari orang dalam mengikuti lomba. Pengalaman mereka mencari penginapan di sekitar lomba dan pengalaman menegangkan pada saat lombanya itu. Mengasyikkan. Seperti mendapatkan cahaya dari langit di atas Bukit Tursina.

Baca Lebih Lanjut