Di Tepian Cilacap: Safar dan Kebodohan yang Kita Buat


Salah satu sisi benteng yang digunakan untuk menembak.

Ketika aku menawarkan kepadamu semangkuk mi ayam porsi kedua apakah engkau akan menerimanya seantusias porsi pertama? Tentu tidak kecuali engkau memang belum makan tiga hari tiga malam. Begitu pula dengan safar membelah lautan untuk mengudap senja di sebuah selat.

Setelah kami menyusuri kegelapan Benteng Pendem dengan ditemani seorang pemandu wisata, sore itu kami membelah diri menjadi dua grup. Masing-masing grup beranggotakan enam orang. Kami menyewa dua perahu nelayan yang bergerak cepat dari Pantai Teluk Penyu.

Baca Lebih Lanjut.

Advertisement

Nusakambangan: Arketipe dan Eskapisme di Suatu Hari


Nusakambangan yang saya tahu adalah masa lalu. Ketika seorang penjahat bernama Johanes Hubertus Eijkenboom berusaha melarikan diri dari Nusakambangan. Lalu setelahnya festivalisasi para pengebom dan gembong pengedar narkoba. Tak dinyana, pada akhirnya waktu jua yang mengantarkan saya menginjakkan kaki di nusa yang pernah ada badaknya di tahun 1890-an ini.

**

Senin siang itu tiba-tiba saya ditugaskan sekonyong-konyong untuk segera berangkat ke Cilacap. Besok Selasa, ada dua peristiwa yang mesti dikabarkan. Pertama, penandatanganan Memo of Understanding (MoU) antara Kepala Kantor Wilayah (Kanwil) Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Jawa Tengah II dengan Kepala Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Klas 1 Batu, Nusakambangan. Kedua, melihat penyerahan penunggak pajak yang disandera dan dipindahkan dari Lapas Mataram, Nusa Tenggara Barat ke Lapas Batu, Nusakambangan.

Continue reading Nusakambangan: Arketipe dan Eskapisme di Suatu Hari