Musibah Ini untuk Menghapus Banyak Kesalahan


Setelah menginap di rumah Bi Idah di Segeran dan sebelumnya kami mengalami musibah di jalan (Ceritanya bisa dibaca di sini), besok paginya kami berangkat ke Jatibarang untuk ziarah ke makam bapak dan mamah.

Sebelum ke makam, kami menyempatkan diri silaturahmi ke toko mebel Bi Ghoniyah. Tokonya terletak di deretan toko mebel di samping BRI Cabang Jatibarang. Ada Maman, anaknya Bi Ghoniyah, juga di sana. Ia teman masa kecil saya dulu.

Continue reading Musibah Ini untuk Menghapus Banyak Kesalahan

Advertisement

Disebut Begini Manusia yang Tidak Tahu Berterima Kasih


Semuanya kehendak Allah. Mengapa kami mengalami dua kejadian ini dalam waktu kurang dari 24 jam saja? Kami adalah manusia yang tidak mengetahui masa depan. Mengetahui satu detik di depan pun kami tidak bisa.

Jadi, pada Selasa, 10 Mei 2022 itu kami berangkat dari Semarang menuju Jakarta. Tepatnya pukul 12.00. Kami berangkat siang karena di pagi harinya kami harus menuntaskan urusan soal visa Ayyasy yang saat itu sedang dalam proses pengurusan tinggal di tahun keduanya di Berlin, Jerman.

Baca Lebih Lanjut

Hilang Satu Tiket Enggak Bikin Gua Berantakan


Segelas nira sebagai muasal gula aren yang baru diambil dari pohon kelapa di Magelang.

Lebaran memang menjadi momen terbaik mendapatkan hikmah dari siapa saja.

Terutama pada saat silaturahmi kepada sanak saudara. Meminta doa ketika pamit malah dibalas dengan rentetan doa panjang. Salah satunya dengan doa semoga Allah memberikanmu rezeki yang banyak dan manfaat. Kata terakhir itu menghunjam kalbu sekali. Iya benar. Apa gunanya memiliki harta banyak, tetapi tidak memberikan manfaat buat sekitar?

Baca Lebih Banyak

Cerita Mudik: Kapan Kita Pulang?


“Jadi kapan kita pulang?” tanya istri di hari ke-28 Ramadan 1443 H.

“Kalau nanti malam pulang sayang banget. Malam ganjil soalnya,” kata saya. “Besok pagi saja. Sehabis iktikaf. Bakda Subuh langsung gas. Enggak usah buru-buru. Kalau ngantuk, tidur di jalan.

Baca Lebih Banyak

Cerita Mudik: Sarungan untuk Pulang ke Udik


Kau pilih mana?

Beberapa hari lagi Ramadan usai. Sabtu (1/6) pagi itu seluruh pegawai Kementerian Keuangan di mana pun mereka berada diwajibkan hadir mengikuti upacara Hari Lahir Pancasila.

Terserah mereka akan berupacara di mana. Bisa di kantor unit Kementerian Keuangan terdekat di kampung halaman atau bergabung dengan institusi lain yang mengadakan kegiatan itu. Yang penting, jangan dilupa, menyetorkan swafoto bukti mereka telah upacara.

Karena kami belum mudik, saya dan istri memilih Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cileungsi sebagai tempat upacara. Enam kilometer saja jaraknya dari rumah. Rencananya pada hari Minggu besok, hari ke-28 Ramadan, kami mulai mudik ke Indramayu, menginap di sana, dan kemudian lanjut ke Semarang pada keesokan harinya. Kami tidak terburu-buru. Lebaran masih tiga hari lagi.

Baca lebih Lanjut

Cerita Lebaran: Seusai Menjadi Salik Selama Sebulan


Bentangan sawah di Sempulur.

Azan Subuh mengamuk di gendang telinga. Menutupinya dengan bantal rasanya sudah cukup untuk meredakannya. Apalagi perjalanan semalam dari Wringinputih, Magelang menuju Sempulur, Boyolali yang menguras daya dapat menjadi alasan lebih dari sekadar.

Pada akhirnya tidak demikian juga. Saya masih bisa beranjak. Kandung kemih yang penuh mendorong saya untuk segera turun ranjang.
Baca Lebih Lanjut.

Bagaimana Kalau Kangen?


Main Mercon.

…telah sampailah  kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentosa mengantarkan kami ke dusun Wringinputih, tempat Mbah Rejo yang tua, bongkok, berdaulat, memakai tongkat, dan kopiah hitam yang sudah kecokelatan dengan ukuran nomor 5.

*

Dua prajurit itu menguntitku di belakang. Awalnya aku tak tahu siapa mereka. Tetapi penampilan rambut mereka yang cepak sudah bisa memastikanku. Satu prajurit berlari mendahuluiku, namun bisa kususul kembali. Satu lagi menyusulku dan tak bisa kusalip lagi. Itu juga karena kami berbeda arah. Ia ke timur, aku ke utara.

Pagi itu (16 Juni 2018), aku memang berlari dari rumah di Wringinputih, Borobudur, Magelang menuju depan kompleks Candi Borobudur. Jaraknya kurang lebih 5 kilometer. Jadi pagi itu genaplah 10 kilometer aku berlari. Itu juga dengan perjuangan berat bangun dari peraduan seperti Anaconda yang kekenyangan sehabis makan kapibara, rodensial terbesar di dunia.

Baca Lebih Lanjut.

Di Titik Didih Kerinduan


Malam lebaran di salah satu sudut Semarang.

Suara mirip peluit mencelat dari ketel yang isinya air mendidih. Uap panasnya berontak dan buru-buru keluar dari celah sempit di ujung moncong ketel seperti iblis dengan bala tentaranya ketika azan Magrib 1 Syawal besok berkumandang.

Mereka kembali merapatkan barisan, berkoordinasi, dan membagi tugas mengembalikan manusia kepada kesesatan setelah sebulan mereka dipenjara. Mereka ingin agar kawan-kawannya dari kalangan manusia yang sudah suci dibasuh Ramadan, kembali menjadi anggota yang akan menemani mereka di neraka.

Baca Lebih Lanjut.

Membeli Martabak di Bulak


MEMERANGKAP***Senja.

Ketika kami tiba di Masjid Alhusna, Kinan langsung menuju saf terdepan saja.  Tak ada yang menemaninya. Umminya Kinan sedang tak enak badan jadi tak bisa salat id. Sedangkan kami bertiga segera masuk ke dalam ruangan utama masjid.

Hari ini lebaran. Kami kembali salat di masjid ini. Mengulang ritual setahun sekali. Khatibnya berkhotbah selama 30 menit yang isinya diingat dengan baik oleh Kinan. Di antaranya tentang nyamuk, organ tubuhnya, alat untuk menusuk korban, dan obat bius yang dipakai satoan itu saat menggigit manusia.

Baca Lebih Lanjut.

Cerita Mudik 2017: Tak mau Mengulang Brexit


Musim mudik usai. Besok Senin semua pekerja akan menjalani rutinitasnya masing-masing. Saya termasuk di antaranya. Dengan menyisakan perjalanan mudik 2017 di kepala sebagai perjalanan yang tidak memberatkan. Mudik atau baliknya. Salah satunya adalah saya akan menepi kalau saya sudah mengantuk mengendarai mobil. Daripada terjadi hal-hal yang tidak diinginkan lebih baik antisipasi.

Sebenarnya banyak hal dilakukan agar tidak mengantuk seperti menampar-nampar pipi, memukul-mukul paha, mengusap-usap wajah dan kepala berulang-kali, minum air putih banyak-banyak, cuci muka, dan minum kopi. Tapi kalau sudah mengantuk ya ternyata semua tidak mempan. Obatnya cuma satu: tidurlah yang nyenyak.

Continue reading Cerita Mudik 2017: Tak mau Mengulang Brexit