Setelah menginap di rumah Bi Idah di Segeran dan sebelumnya kami mengalami musibah di jalan (Ceritanya bisa dibaca di sini), besok paginya kami berangkat ke Jatibarang untuk ziarah ke makam bapak dan mamah.
Sebelum ke makam, kami menyempatkan diri silaturahmi ke toko mebel Bi Ghoniyah. Tokonya terletak di deretan toko mebel di samping BRI Cabang Jatibarang. Ada Maman, anaknya Bi Ghoniyah, juga di sana. Ia teman masa kecil saya dulu.

Sewaktu kecil, saya sering main ke toko ini untuk menonton siaran televisi. Televisinya masih hitam putih yang memiliki layar filter di depan tabung sebagai pelindung dari paparan cahaya. Televisinya masih banyak ‘semut’, tanda televisi tidak bisa menangkap siaran dengan optimal.
Setelah itu barulah kami ke makam bapak dan mamah di kompleks pekuburan Gang Suci Jatibarang. Kami berdoa di sana dan menaburkan serumpun kembang di makam mereka. Doa tiada henti untuk mereka sehabis salat di mana saja.
Sebenarnya masih banyak tempat yang berkaitan dengan kehidupan masa kecil saya di Jatibarang ini untuk ditapaktilasi, tetapi sepertinya waktunya belum pas. Jadi kami langsung berangkat ke Jakarta.
Google Maps mengarahkan kami untuk menuju Gerbang Tol Kertajati. Ini jarak terdekat. Kami tidak diarahkan ke Gerbang Tol Palimanan ataupun melalui jalur pantura menuju Cikampek.
Jalur Jatibarang—Kertajati ini pernah saya lewati pada saat mudik lebaran 2018. Dua tahun setelah kejadian Brexit dan dua tahun sebelum pandemi datang. Waktu itu saya keluar dari Tol Cipali di Gerbang Tol Kertajati menuju Segeran di malam hari. Ceritanya bisa dibaca di sini.
Sekarang, kebalikannya. Saya dari Segeran menuju Gerbang Tol Kertajati di siang hari. Seumur-umur saya, bisa dihitung dengan jari saya melewati jalur ini: pada saat perkemahan Sabtu Minggu SMP dan ketika main ke rumah teman di kompleks perumahan Pabrik Gula Jatitujuh. Saya ingat betul, pada saat itu Mike Tyson di-KO oleh Buster Douglas.
Menyusuri jalanan menuju Gerbang Tol Kertajati ini, saya menjaga kecepatan mobil saya. Kecepatannya biasa saja. Kemudian tiba-tiba terdengar suara aneh dan keras. Suara yang tidak biasa. Saya kemudian menghentikan mobil. Mobil masih berada di badan jalan karena bahu jalan adalah tanah berumput yang ketinggiannya lebih rendah.
Saya turun dari mobil dan mengecek ban belakang. Allah karim. Luar biasa. Semalam ban belakang sebelah kiri yang bocor, sekarang ban sebelah kanan. Tepatnya adalah robek di sisi luarnya. Sudah tidak ada anginnya lagi. Otomatis selama beberapa saat tadi ada suara yang muncul kencang sekali. Rupanya itu adalah suara gesekan pelek ban dengan aspal jalanan.
Jelas, karena robeknya lebar, ban tentu tidak bisa ditambal. Ini harus diganti. Waktu itu posisi mobil masih di badan jalan, saya meminta dan memandu Mas Haqi untuk memundurkan mobil ke halaman rumah orang yang tak jauh dari situ. Namun sayang, posisi mundurnya tidak lurus, akhirnya ban mobil sebelah kiri masuk ke bahu jalan dan terperosok menggantung. Tidak bisa maju dan tidak bisa mundur.
Untuk mengakalinya kami harus menaruh banyak ganjalan di bawah ban. Datang seorang warga membantu kami dan langsung menaruh batu dan potongan kayu di bawah ban kiri. Kemudian saya pegang kemudi dan memajukan mobil dengan lurus. Alhamdulillah, mobil bisa maju ke depan, tetapi dengan posisi bagian depan mobil malah miring ke sebelah kanan menghalangi badan jalan.
Untuk menghindari terperosok lagi akhirnya saya putuskan untuk tetap mengganti ban mobil di badan jalan. Supaya kami aman dan pengguna jalan lain berhati-hati, saya mengambil segitiga pengaman dari bawah jok dan memasangnya beberapa meter di belakang dan depan mobil. Sejak tahun 2007, segitiga pengaman itu baru pertama kali saya pakai.
Kami segera mengganti ban mobil. Saya menurunkan ban serep yang semalam dipakai dan diisi nitrogen cukup. Karena ban utama itu sudah rusak, saya masukkan ban itu ke tempat ban serep.

Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak-bapak yang membantu kami. Kami melanjutkan perjalanan lagi. Perjalanan masih sekitar 170-an km lagi. Jelas kami harus lebih berhati-hati karena kami tidak punya ban cadangan. Kini Mas Haqi yang menjadi sopir. Saya selalu mengingatkannya untuk berhati-hati dan jangan mengebut.
Di sepanjang jalan menuju Gerbang Tol Kertajati itu, saya berharap saya menemukan toko ban. Ternyata nihil. Gerbang Tol Kertajati dalam keadaan sunyi ketika kami melewatinya. Namun, banyak mobil di jalan tol Cipali walaupun Syawal sudah memasuki hari ke-10. Di jalan tol Cipali kami mampir di salah satu rest area untuk menunaikan salat, makan siang, dan mengisi bensin.


Singkat cerita, perjalanan dari Gerbang Tol Kertajati sampai Pintu Tol Citeureup lancar. Kami sampai di Cibinong menjelang azan Magrib berkumandang. Saya tidak menunda esok lagi untuk mengganti ban. Saya mencari toko ban di Google. Ada. Saya menuju toko ban itu dan mencari ban yang sesuai spesifikasi mobil saya. Jenis ban Dunlop yang saya pakai sudah tidak diproduksi lagi, adanya yang kelas premium. Akhirnya saya memilih Goodyear.
Niatnya ban baru itu saya jadikan ban cadangan, tetapi kata petugas toko ban serepnya sudah tidak bisa lagi untuk dijadikan ban utama. “Kalau jadi ban serep masih bisa,” katanya. Betul juga sih apa yang dikatakannya. Umur ban serep itu lebih tua daripada anak bungsu saya Kinan yang sekarang duduk di bangku SMP kelas 8. Karena ban adalah faktor utama keselamatan, saya menyetujui pendapat profesional petugas itu.
Di toko ban itu juga saya sekalian membeli kunci roda ban silang. Daripada membeli di marketplace kelamaan, saya pilih yang ada di depan mata saya. Harganya Rp65.000. Kunci roda itu punya empat kunci. Di setiap ujung tangkai ada ukuran kunci yang berbeda. Untuk membuka kunci ban mobil, kita biasa pakai kunci ukuran 21.
Tidak sampai lama proses penggantian ban itu selesai. Alhamdulillah. Kami pulang ke rumah, tinggal 10 km lagi.
Dari dua kejadian itu kami dapat mengambil beberapa pelajaran soal ban. Kalau bepergian jauh dengan mobil pribadi pastikan hal-hal berikut.
Pertama, pastikan ban memiliki tekanan angin yang sesuai.
Kedua, pastikan ada ban serep dengan tekanan angin yang pas juga.
Ketiga, pastikan ada dongkrak.
Keempat, pastikan ada kunci roda ban (pilih yang silang).
Kelima, pastikan ada segitiga pengaman dan pasang segitiga pengaman itu saat mengganti ban.
Keenam, cari tempat yang aman untuk mengganti ban mobil.
Ketujuh, kalau ganti ban di bahu jalan tol, pastikan seluruh penumpang mobil berada di tempat yang aman.
Kedelapan, pastikan pintu mobil terkunci dengan benar saat proses penggantian ban untuk menghindari barang-barang diambil oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab.
Dan satu lagi pelajarannya.
“Duh, kenapa musibah ini berturut-turut yah?” tanya saya kepada istri.
“Buat menghapus dosa-dosa kita,” katanya. Wah iya juga.
Saya jadi ingat dengan perkataan Kanjeng Nabi Muhammad saw. yang lain, “Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu kelelahan, atau penyakit, atau kehawatiran, atau kesedihan, atau gangguan, bahkan duri yang melukainya, melainkan Allah akan menghapus kesalahan-kesalahannya karenanya.”
Dua musibah dan apa pun itu, kalau dipikir-pikir, masih jauh perbandingannya dengan keberkahan Ramadan dan silaturahmi yang kami terima, bahkan sampai sekarang dan pada tanda titik di ujung tulisan ini.
Masyaallah.
***
Riza Almanfaluthi
Dedaunan di ranting cemara
16 Mei 2022
Wah, pasti akan jadi pengalaman yang terkenang ya Pak.. Hehe.. Alhamdulillah semuanya selamat.
Kami waktu mudik tiga tahun lalu, tidak aware dengan tahun ban mobil. Karena kelihatannya sih masih tebal.. Ternyata ban belakang sudah tua sekali, tahun 2009.
Alhamdulillah meski lewat jalur yang naik turun, tidak ada kendala yang kami temui.. Sekarang sudah aware soal rotasi ban. Ternyata ban serep pun perlu gantian mengaspal menurut siklus rotasi ban..
Taqabbalallahu minna wa minkum..
LikeLike