Membaca Seloka dari Panggung ke Panggung


Membaca puisi itu seperti makanan sehari-hari waktu SD dulu. Saya pernah ikut juara membaca puisi dan menang. Membaca puisi di Malam Puncak 17 Agustusan tingkat kelurahan juga sering.

Pernah suatu ketika, puisi wali kelas saya bacakan di atas panggung malam Agustusan itu. Ada yang saya sesali di sana. Namanya lupa saya sebut setelah judul puisinya. Barangkali waktu itu saya lagi demam panggung, berdiri di hadapan ratusan orang. Pak Mastara, nama guru SD itu, mengingatkan saya soal itu setelah saya turun panggung. Ia tidak marah. Adegan ini puluhan tahun lalu itu, masih terekam di benak saya sampai sekarang.

Baca Lebih Banyak

Maria Apriliani, Penggiat Literasi dari Kalimantan Timur


MARIA APRILIANI***Penggiat literasi dari Kalimantan Timur. Baca bukunya diirit-irit supaya enggak cepat habis. Soalnya susah akses buku dari sana. Kalau saja Maria termasuk yang disurvei oleh lembaga itu, bisa jadi Indonesia tidak menjadi negara peringkat ke-60 Tingkat Literasi Dunia. Hanya di atas Botswana yang menduduki kerak peringkat literasi itu.

Di setiap buku yang saya tulis, di lembaran terakhirnya, saya menampilkan bab Tentang Penulis. Itu adalah biografi singkat saya. Sambil di sana diterangkan kontak surat elektronik (surel) bila ada pembaca yang ingin bercengkerama atau bertanya-tanya tentang buku itu kepada saya.

Sebenarnya selain itu saya juga mencantumkan akun media sosial Instagram di lembaran itu. Di zaman kiwari, kebanyakan orang langsung mengunjungi media sosial untuk bisa mengetahui informasi dengan cepat atau melalui Whatsapp. Untuk yang terakhir ini hanya orang-orang terdekat saja dan telah menyimpan nomor saya yang bisa menghubungi saya secara langsung.

Baca Lebih Banyak

Bomber Mafia: Bau Daging Terbakar di Langit Tokyo


Buku ini buku paling tipis yang pernah ditulis oleh Malcolm Gladwell sampai saat ini.

Ini wajar karena buku berjudul Bomber Mafia: Mimpi, Godaan, dan Malam Terpanjang pada Perang Dunia II mulanya ditulis dalam format buku audio yang kemudian diubah menjadi buku cetak.

Baca Lebih Banyak

Sebagai Titik Temu Chef d’oeuvre


Sewaktu SMP saya sering berkunjung ke perpustakaan di sela-sela jam istirahat dan jam kosong pelajaran. Membaca banyak buku terutama cerita pendek dari para pengarang terkenal dunia. Salah satunya Rabindranth Tagore.

Pemenang Nobel bidang sastra pada 14 November 1913 ini pernah mengunjungi Jawa, Bali, Kuala Lumpur, Malaka, Penang, Siam, dan Singapura pada 1927. Tagore menuliskan catatan perjalanan itu dalam karya yang berjudul Jatri.

Baca Lebih Banyak

Geger Besar Sebelum Perang Jawa-Resensi Buku Geger Sepoy


Sewaktu saya masih di SMP, sekolah saya mengadakan darmawisata ke Yogyakarta. Usai itu kami harus menulis laporannya. Kelompok kami mengambil tema Benteng Vredeburg. Saya baru tahu sekarang, benteng inilah yang digunakan Inggris untuk memeriam Keraton Yogyakarta.

Saat pasukan Inggris di masa kepemimpinan Raffles menaklukkan Kesultanan Yogyakarta, isi Keraton Yogyakarta dijarah sampai habis. Ini 13 tahun sebelum terjadinya Perang Jawa yang melibatkan Pangeran Diponegoro.

Baca Lebih Lanjut

‘Sapiens’ Yuval antara Perang, Eropa, dan Vitamin C


Photo by GEORGE DESIPRIS on Pexels.com

Kekuatan Eropa pada 1750 hanya cebol. Di tahun-tahun itu, membayangkan Eropa setara dengan Osmani, Mughal, atau Qing adalah khayalan. Sepuluh dekade kemudian waktu membaliknya.

Buku ini memang meneruskan cara berpikir Carl Sagan, evolusionis, dan tak memercayai teori penciptaan.

Continue reading ‘Sapiens’ Yuval antara Perang, Eropa, dan Vitamin C

Sekali dalam 10 Generasi Manusia Lahir Buku yang Tak Pernah Usang


Seorang penulis buku datang ke kubikel saya pagi ini.

Namanya Agus Muslim. Ia membawa dua bukunya yang baru terbit pada Februari 2021 dan menghadiahkannya kepada saya.

Continue reading Sekali dalam 10 Generasi Manusia Lahir Buku yang Tak Pernah Usang

Capek-Capek Lari 10 Km Hanya Untuk Mengambil Ini


Beberapa pekan lalu, seorang pelari datang ke rumah saya pagi-pagi. Ini yang kedua kalinya ia mengambil buku dengan berlari dari rumahnya.

Sebelumnya di tahun 2020, ia pernah datang ke rumah untuk mengambil buku Orang Miskin Jangan Mati di Kampung Ini. Ceritanya pernah saya bagi di sini.

Baca Lebih Lanjut

Jangan Bikin Google Marah


The Four

Teman saya pernah bilang, “Letakkan iPhone di meja dan kita akan lihat siapa yang akan datang menghampiri mejamu.”

 

Saya tidak salah memilih buku ini untuk dibeli di antara ribuan buku lainnya yang saya cek satu persatu di sebuah situs web toko buku daring.

Baca Lebih Lanjut

Testimoni Buku Dari Tanzania ke Tapaktuan: Mewarnai Perjalanan di Ujung Timur Negeri


Seorang teman bernama Yayat Supriyatna yang bertugas di Jayapura, Tanah Papua telah memiliki dan membaca buku Dari Tanzania ke Tapaktuan, Titik Tak Bisa Kembali, Kisah Lelaki Menaklukkan Ego dengan Berlari.

Alhamdulillaah ia berkesempatan memberikan testimoninya atas buku itu. Saya sunting sedikit penulisannya tanpa mengubah substansinya, semata agar lebih mudah dibaca. Berikut testimoninya.

Continue reading Testimoni Buku Dari Tanzania ke Tapaktuan: Mewarnai Perjalanan di Ujung Timur Negeri