Sulit untuk tidak jatuh hati pada karya bikinan Riza Almanfaluthi kali ini.
Dalam karya beliau berjudul “Kita Bisa Menulis”, saya beroleh afirmasi di tengah rimba kebimbangan untuk konsisten berkarya dalam dunia tulis menulis. Bahwa saya harus tetap berkarya lewat tulisan, menuangkan gagasan, dan lebih dari itu yakni mewariskan kenangan untuk anak cucu saya nanti. Oleh sebab itulah, patut kiranya saya berterima kasih kepada Riza yang lewat karyanya telah membantu saya beroleh nyala api semangat.
Riza Almanfaluthi membagi pengalamannya dalam menyunting konten di situs web pajak pada acara Lokakarya Kontributor Konten di Legian, Kuta, Bali pada 2017 silam.
Saya senang sekali banyak pembaca buku yang merasakan manfaat luar biasa dari buku Kita Bisa Menulis, Belajar kepada Mereka yang Tak Menyerah. Mereka pun tanpa diminta memberikan testimoni, telaahan, resensi untuk buku ini.
Saya meyakini satu hal: buku itu sangat-sangat memberikan wawasan baru dan banyak tentang menulis dari mula buat pembaca. Bukan dalam rangka meninggikan persona saya pribadi ataupun ‘ujub, pada saat saya iseng-iseng membaca buku itu lagi, saya juga senantiasa terbarukan, seperti banyak diingatkan, seperti membaca tulisan orang lain, dan banyak yang masuk ke kepala saya lagi.
Maka saya dengan sungguh-sungguh mengatakan, insyaallah, buku ini benar-benar manfaat buat pembaca karena ditulis dengan bahasa yang sederhana, diberikan contoh-contoh yang mudah, sehingga tidak meninggalkan pembaca dalam kebingungan dan sejuta tanya, dan komplet. Walaupun tentu, saya menyadari bahwa buku ini tidaklah sempurna. Namun, saya yakinkan bahwa buku ini layak untuk dimiliki dan dibaca.
Tanpa berpanjang kata lagi, mari kita baca apa pendapat Mas Herry Prapto atau Pradirwan ini usai membaca buku Kita Bisa Menulis, Belajar kepada Mereka yang Tak Menyerah. Selamat membaca.
**
“Jurnalistik adalah ilmu paling mendasar yang harus diketahui oleh semua penulis.” – Gola Gong.
Saya terkesiap membaca kalimat yang saya temukan di halaman 32 buku “Kita Bisa Menulis” karya Pak Riza Almanfaluthi itu. Betapa tidak, jurnalistik menjadi dunia yang sempat saya tekuni dalam 7 tahun belakangan ini. Namun, saya baru mengetahuinya hari ini.
Pak Riza mengutip lead (paragraf pembuka) yang ditulis Jonru dan disebarkan melalui milis Forum Lingkar Pena (FLP) pada 20 Juli 2009.
Beberapa waktu lalu, akun Instagram saya ditandai oleh @dannyarttt. Dalam akun Instagramnya itu ia mengeposkan foto disertai narasi tentang ulasannya terhadap buku Kita Bisa Menulis, Belajar kepada Mereka yang Tak menyerah.
Menurut saya ulasannya ciamik banget. Saya tak perlu berpanjang kata menerangkan maksudnya apa dengan keciamikan ulasannya itu. Saya ingin pembaca langsung membacanya.
Silakan menikmati. Oh ya, ia sangat peduli bahasa oleh karena itu saya tidak menyuntingnya sama sekali. Saya membiarkannya. Saya fokus pada substansinya. Terima kasih, Mas @dannyarttt.
Kak Elfrida Simbolon, Fungsional Penilai Pajak Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak, memberikan testimoninya terhadap buku Kita Bisa Menulis, Belajar kepada Mereka yang Tak Menyerah.
Kata-kata kunci ulasan terhadap buku Kita Bisa menulis ini adalah, “Penyajian tulisan yang sangat detail namun tetap menarik untuk dibaca, memudahkan saya membayangkan suasana yang seperti diceritakan dalam tulisan tersebut.”
Terima kasih banyak, Kak Elfrida. Setelah membaca buku ini, saya tunggu tulisan-tulisannya. Berikut testimoninya.
Testimoni kepada buku Kita Bisa Menulis, Belajar kepada Mereka yang Tak Menyerah terus berdatangan tanpa diminta. Tentu itu membuat sayabersyukur. Pun, sekaligus sebagai tanda bahwa buku tersebut sangat bermanfaat buat pembaca. Insyaallah.
Selain testimoni, kritik juga datang. Buat saya, kritik menjadi masukan berharga untuk perbaikan di edisi atau cetakan mendatang. Pada cetakan kedua yang sudah mulai diedarkan apda pertengahan Oktober 2022, perbaikan berdasarkan kritik itu saya akomodasi.
Pagi itu, seorang sahabat datang ke ruang kerja saya. Ia langsung mengambil buku Kita Bisa Menulis yang sengaja saya bawa khusus untuknya. Ia telah memesan buku itu sejak lama. Kemudian, di sorenya, beberapa paragraf tertulis mengomentari pertemuan pagi tadi. Buat saya ini bagus sekali. Terima kasih Mas Dhimas Wisnu Mahendra sudah meluangkan waktunya untuk menuliskan rendezvous tadi pagi.
Staf Ahli Menteri Keuangan Bidang Pengawasan Pajak Nufransa Wira Sakti menerima buku Kita Bisa Menulis beberapa waktu lalu.
Pembaca buku dan Penyuluh Antikorupsi Kak Johana Lanjar Wibowo memiliki keluangan waktu untuk membuat pandangannya kepada buku Kita Bisa Menulis, Belajar kepada Mereka yang Tak Menyerah. Buat saya ini adalah sesuatu yang manikam. Terima kasih banyak atas tulisannya ini.
Beberapa waktu lalu, saya mendapatkan tulisan review buku Kita Bisa Menulis dari penulis produktif sekaligus pegawai Direktorat Jenderal Pajak bernama Eko Novianto yang biasa dikenal dengan sebutan Ekonov.
Saya mengucapkan terima kasih atas resensinya ini. Sangat bermanfaat sekali buat calon pembaca buku ini. Tidak perlu berpanjang kalam, mari kita simak narasinya.
Buku Kita Bisa Menulis (KBM), Belajar kepada Mereka yang Tak Menyerah ini diluncurkan pada 1 September 2022. Tim kami membuka pemesanan Pre Order mulai 1—13 September 2022.
Buku datang dari penerbit sebelum tanggal 13 September 2022 sehingga kami bisa langsung mengirimkan kepada para pemesan buku. Respons pembaca sangat luar biasa. Foto-foto buku itu datang dan telah diterima oleh para pemesan dikirim kepada saya. Satu, dua, tiga testimoni bermunculan tanpa diminta. Ini yang kami syukuri.
Menulis layaknya istri kedua bagi seorang Riza Almanfaluthi. Komitmennya untuk membuat buku ini dalam waktu dua bulan telah membuatnya asyik mencumbu kata dengan penuh cinta lalu memadukannya menjadi kalimat sehingga akhirnya terwujud buah hati berbentuk buku. Menulis dengan cinta adalah gambaran yang cocok baginya.
Semua yang dituliskannya berdasarkan pengalaman lebih dari dua puluh tahun, mulai dari pendekatan, pembelajaran, serta praktik nyata dalam dunia penulisan. Pembaca buku ini sangat beruntung karena Riza rela untuk berbagi istri keduanya. Buah cinta dalam buku ini sangat terlihat dari setiap bab yang menggambarkan perjalanan sebuah penulisan dari sekelumit ide sampai menjadi tulisan bahkan berbonus teknik penyuntingan serta publikasi.