Pembaca buku dan Penyuluh Antikorupsi Kak Johana Lanjar Wibowo memiliki keluangan waktu untuk membuat pandangannya kepada buku Kita Bisa Menulis, Belajar kepada Mereka yang Tak Menyerah. Buat saya ini adalah sesuatu yang manikam. Terima kasih banyak atas tulisannya ini.
Berikut pandangannya.
**
Banyak orang bertanya kepada saya, “Bagaimana memulai menulis?” Pun, diikuti pertanyaan lanjutan, “Bagaimana bisa merangkai kata?” Acapkali tanya itu dilontarkan saat menjadi narasumber menulis.
Biasanya saya mengumpulkan bahan materi dari pelatihan-pelatihan yang pernah saya ikuti. Pun, juga dari buku terkait menulis yang pernah saya baca. Dua buku berjudul “Seandainya Saya Wartawan Tempo” dan “Jurnalistik Dasar Tempo” selalu saya referensikan kepada penanya.
Pelbagai pelatihan menulis jawabnya sama: mulailah dengan menulis. Justru itu menjadikan calon penulis malah tidak semangat mengawali karya naskahnya. Malah enggan lanjut hasilkan karya.
Namun, Ki Dhalang ini berbeda. Strategi menulis yang rumit dikemasnya dalam buku “Kita Bisa Menulis.” Ada yang bilang, buku ini isinya daging semua. Kalau saya menyebutnya, “Gak kaleng-kaleng.”
Ya, isinya kempripik. Benar-benar pembaca dipersuasi dari nol, dari tahapan menulis, tekniknya, menyuntingnya, hingga memublikasikannya. Bahkan, menerbitkan buku dibocorkan seluas-luasnya.
Tidak rugi membeli buku ini. Jika nanti ada yang bertanya lagi bagaimana bisa menulis? Tentu, buku “Kita Bisa Menulis” ini bisa menjadi rujukan dan referensi awal. Ndak perlu ndakik-ndakik menulis, yang penting tulis dengan integritas, sesuai apa adanya yang kita amati, lihat, atau rasakan.
**
Untuk pembaca yang ingin membaca buku Kita Bisa Menulis dengan lebih saksama, silakan mengeklik tautan berikut: https://linktr.ee/rizaalmanfaluthi.
Riza Almanfaluthi
Dedaunan di ranting cemara
3 Oktober 2022
Riza Almanfaluthi 
Mantap, Pak! Congrats
LikeLiked by 1 person
Terima kasih banyak.
LikeLike