Review Buku Kita Bisa Menulis: Lakukan untuk Bahagia


Pagi itu, seorang sahabat datang ke ruang kerja saya. Ia langsung mengambil buku Kita Bisa Menulis yang sengaja saya bawa khusus untuknya. Ia telah memesan buku itu sejak lama.  Kemudian, di sorenya, beberapa paragraf tertulis mengomentari pertemuan pagi tadi. Buat saya ini bagus sekali. Terima kasih Mas Dhimas Wisnu Mahendra sudah meluangkan waktunya untuk menuliskan rendezvous tadi pagi.

**

“Lakukan apa yang paling membuatmu bahagia!”

Baru juga menarik kursi untuk duduk di hadapan meja kubikel kerjanya, ia sudah menembak saya dengan kalimat sakti yang buat saya henyak mata belalak dan darah sontak gelegak.

Wahhh! Lagi-lagi kami sepemikiran. “Kok tahu, Mas? Prinsip saya juga begitu.” Dan mengalirlah curah hati bahwa saya sungguh rindu menulis lagi.

“Akhir-akhir ini, apa kesibukan Mas?” Saya katakan, sibuk menggurat naskah teater. Nah, itu juga menulis, dan kalau bermain teater membuat bahagia, lakukan saja! Abaikan kata orang.

Saya seorang penulis. Novelis, ya. Kolumnis, oke. Cerpenis, yes. Opini, yuk. Naskah teater sikat. Playwright drama musikal pun kini tengah digarap. Tapi belakangan sudah amat sangat jarang saya menulis, dalam arti berkarya dalam bentuk buku lagi.

Meski konsep banyak teronggok di laci, sekuel novel berkuel-kuel sudah hampir jadi, tapi penuntasan tak kunjung hampiri, semasih tidak sadari, bahwa Godot sudah jauh pergi tak hendak kembali. Setidaknya Komet Halley tidak lewat dalam waktu dekat ini.

Mas Riza Almanfaluthi juga seorang penulis. Saya kenal banyak sahabat penulis. Tapi sedikit sekali yang punya antusiasme selalu bergelora sepertinya. Tak hanya saat berapi luap-luap menceritakan hasrat dan kegigihan perjuangannya menulis, tapi juga betapa semudah memantik berpercik, semangat auto-terbakar menyala, begitu tukasnya mengobar saya geliat, bergiat menulis lagi!

Bahkan sebelum menerima apalagi membaca buku terbaru Mas Riza, “Kita Bisa Menulis”, saya sudah otomatis mengiya, menjawab, “Bisa!” Insya Allah.

Padahal kubikel kami hanya pisah setikungan, tapi kesibukan masing-masing buat baru sempat temu dan menjemput buku. Kemarin stok habis, baru hari ini karya bernas sarat ilmu dan manfaat “Sang Dedaunan di Ranting Cemara” mendarat di hangat genggaman. Tentu dengan tanda tangan!

Terima kasih Mas Riza. Salah sendiri menulis buku ini. Semoga saya bisa mengejar ketertinggalan dan susul lari hingga salip di tikungan, berlomba berkarya dan berbuku lagi! Selamat dan semoga berkah, jadi amal jariyah ilmu bermanfaat mengalir pahala tiada putusnya, aamiiin.

Saya siap bahagia lagi. Anda? 🙂

*

Terima kasih banyak, Mas Dhimas. Tak tepermanai buat saya. Buat para pembaca yang hendak mengulik lebih dalam buku ini silakan memesannya di https://linktr.ee/rizaalmanfaluthi. Insyaallah, sangat bermanfaat buat semua orang yang hendak belajar menulis dari A sampai Z.

Riza Almanfaluthi
dedaunan di ranting cemara
06 Oktober 2022

Tinggalkan Komentar:

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.