Sulit untuk Tidak Jatuh Hati


Sulit untuk tidak jatuh hati pada karya bikinan Riza Almanfaluthi kali ini.

Dalam karya beliau berjudul “Kita Bisa Menulis”, saya beroleh afirmasi di tengah rimba kebimbangan untuk konsisten berkarya dalam dunia tulis menulis. Bahwa saya harus tetap berkarya lewat tulisan, menuangkan gagasan, dan lebih dari itu yakni mewariskan kenangan untuk anak cucu saya nanti. Oleh sebab itulah, patut kiranya saya berterima kasih kepada Riza yang lewat karyanya telah membantu saya beroleh nyala api semangat.

Saat saya membaca “Kita Bisa Menulis”, saya seperti sedang berhadapan dengan seorang kawan lama yang memberikan saya pencerahan dan pandangan tentang banyaknya manfaat dalam menulis, apa pun tujuannya.

Dan memang buat saya, Riza adalah seorang kawan. Yang juga saya tahu, Riza memang penulis veteran, saya lebih dahulu mengenal karya-karya beliau jauh sebelum saya mengenalnya secara pribadi. Kala itu sekira 16-17 tahun silam, Riza punya nama tenar melalui blognya “Dedaunan”. Saya rutin membaca karyanya di portal tersebut. Perjalanan membawa kami saling berkenalan satu sama lain, sampai saya mendapati secara nyata, bahwa Riza memang sudah mendermakan sebagian hidupnya untuk hobinya dalam menulis.

“Kita Bisa Menulis” mungkin menjadi penanda dimulainya perjalanan beliau meneguhkan eksistensi tersebut. Saya kira kelak ketika Riza dan kita semua wafat, tidak sulit bagi generasi mendatang untuk mengenang seorang Riza. Ia kadung lekat dengan citra sebagai seorang penulis. Lantas bagaimana dengan kita? Tentu itulah hikmah kehidupan dari seorang Riza yang patut kita tiru agar kita tergerak untuk beroleh ruang eksistensi yang menegaskan peran dan keberadaan kita semasa hidup.

Bagian terbaik dari “Kita Bisa Menulis” adalah ketika kita beroleh pelajaran langsung dari banyak pengalaman Riza sendiri selama puluhan tahun menggeluti dunia kepenulisan. Kita bahkan diceritakan soal kiat mengatasi rasa takut. Iya rasa rakut, kita takut memulai karena takut salah, takut dinilai orang lain, takut dihina, takut dibanding-bandingkan, takut terlihat lemah, bodoh, dan banyak lagi ketakutan lainnya.

Bahkan sekelas Riza pun memahami betul nuansa ketakutan ketika beliau memulai untuk menulis dan itu menunjukkan perjuangan merasa takut adalah perjuangan terus menerus yang harus dimenangkan. Sebab jika tidak, ketakutan akan menjadi penghalang terbesar bagi siapa pun yang hendak menulis. Saya tersenyum ketika mendapati Riza mengakui bahwa “Kita Bisa Menulis” ditulis dengan godaan rasa takut yang berhasil beliau enyahkan. Maka benar belaka yang kemudian dikatakan Riza bahwa cara terbaik untuk mengatasinya adalah dengan belajar tidak memedulikan ketakutan itu sendiri. Biarlah tulisan itu mengalir tanpa kungkungan teori atau giringan opini apa pun. Sampai kita tiba di satu titik untuk melakukan perbaikan-perbaikan mendasar dalam kepenulisan: tanda baca, ejaan, diksi, logika, dan sebagainya.

“Kita Bisa Menulis”, buat saya, seperti panduan teknis tanpa membuat saya merasa sedang didikte, melainkan sekadar diceritakan. Tapi ini manjur, saya seperti sedang dibentangkan banyak pengetahuan tentang ragam teknis yang belum sepenuhnya saya tahu, seperti teknik dasar dalam menulis, waktu yang paling cocok untuk menulis, sampai dengan beragam jenis tulisan yang dapat dikembangkan. Saya juga begitu tercerahkan ketika dibawa bersama lembaran-lembaran yang mengulas pendekatan prinsip jurnalistik 5W1H, penentuan angle, penggunaan lead paragraf sebagai fondasi dasar dalam membangun tulisan yang berkarakter baik, apa pun jenis tulisannya: opini, editorial, esai, atau feature. Riza kembali mengingatkan saya bahwa dunia kepenulisan bukan monopoli penulis ternama atau jurnalis saja, melainkan kita dan siapa pun yang hendak belajar menulis.

Bagi siapa pun yang mengalami kesulitan untuk meningkatkan kemampuan menulis, saya menyarankan untuk membaca “Kita Bisa Menulis” karya Riza Almanfaluthi ini. Saya termasuk yang telah mengambil manfaat dari karya beliau ini. Kesulitan saya dalam menulis adalah membuat kalimat judul yang tepat, tanpa saya ketahui sebelumnya, Riza membahasnya. Di dalam “Kita Bisa Menulis” Riza, halaman 89, menjelaskan bahwa membuat judul juga ada tekniknya. Riza menjabarkan soal penggunaan kata plesetan yang menarik, penggunaan makna, sampai dengan jumlah kata maksimal dalam suatu kalimat judul.

Lebih jauh lagi, “Kita Bisa Menulis” seperti sebuah peta navigasi lengkap yang menuntun pembaca untuk memahami lebih dari sekadar teknik riil dalam menulis, melainkan juga bagaimana memublikasikan tulisan sampai dengan soal bagaimana melakukan apa yang kini Riza telah lakukan, yakni menerbitkan buku.

Saya terinspirasi dengan apa yang dilakukan Riza. Buat saya, beliau sudah jadi senior sekaligus teman yang darinya saya banyak menyerap hikmah soal persistensi dan resiliensi dalam menulis.

Rasa-rasanya ada semacam gerakan di dalam nurani ini untuk menuntaskan banyak niat untuk menghasilkan karya yang bermanfaat, terlebih ketika “Kita Bisa Menulis” telah membekali saya dengan banyak wawasan dan kisah nyata soal bagaimana Riza dan banyak penulis produktif lainnya terus memilih bersetia kepada dunia menulis.

Terima kasih, salam hormat saya.

Erikson Wijaya.

***
Terima kasih banyak kepada kawan saya: Mas Erikson Wijaya yang telah berkenan mengapresiasi buku ini. Tutur kalimat dalam telaahan buku ini meneguhkan saya bahwa buku ini insya Allah bermanfaat sekali buat teman-teman yang hendak memulai menulis, awam sama sekali dengan dunia tulis menulis, ingin memperbaiki kualitas tulisannya, konsisten untuk tetap menulis, dan menerbitkan buku.

Beberapa kali buku ini diminta oleh calon pembacanya agar segera dikirim ke rumah hari itu juga. Bukan tanpa sebab. Pembaca buku itu hendak pergi bekerja di daerah, tak mau ketinggalan untuk membaca buku ini segera, dan ingin mereguk ilmu dari buku ini.

Sungguh tak tepermanai. Terima kasih banyak buat semuanya.

Buat yang hendak memesan buku ini silakan mengeklik tautan berikut: https://linktr.ee/rizaalmanfaluthi.

***
Riza Almanfaluthi
Dedaunan di ranting cemara
10 Desember 2022

Advertisement

Tinggalkan Komentar:

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.