Testimoni kepada buku Kita Bisa Menulis, Belajar kepada Mereka yang Tak Menyerah terus berdatangan tanpa diminta. Tentu itu membuat sayabersyukur. Pun, sekaligus sebagai tanda bahwa buku tersebut sangat bermanfaat buat pembaca. Insyaallah.
Selain testimoni, kritik juga datang. Buat saya, kritik menjadi masukan berharga untuk perbaikan di edisi atau cetakan mendatang. Pada cetakan kedua yang sudah mulai diedarkan apda pertengahan Oktober 2022, perbaikan berdasarkan kritik itu saya akomodasi.
Terima kasih kepada pembaca yang telah berkenan memberikan testimoni dan kritiknya. Luar biasa.
Dan saya sungguh terharu membaca testimoni dari teman Faceboook saya, Mbak Darmini Setyo Pinurbo. Namanya mengingatkan saya kepada penyair Joko Pinurbo dan mereka memang tidak ada pertalian darah, sekadar sama nama belakang saja.
Terima kasih banyak. Berikut testimoninya yang saya sunting sekadar salah ketik belaka. Selamat membaca.
**
Pagi ini kehadiranku di kantor disambut oleh bungkusan rapi yang dikemas dalam sebuah plastik JNE. Pada kemasan cokelat pembungkusnya, tertempel secarik kertas putih bertuliskan nama dan alamat kantorku. Alhamdulillah, buku yang kutunggu-tunggu beberapa hari terakhir ini telah datang.
Lembar pertama, tertera salam dan tanda tangan basah penulis. Ini kurasakan sebagai sebuah motivasi yang meng-upgrade nyaliku untuk segera menulis. “Salam literasi,” kata Mas Riza.
Tidak tanggung-tanggung, Nufransa Wira Sakti, Staf Ahli Menteri Keuangan Bidang Pengawasan Pajak berkenan memberikan kata pengantar.
Begitu masuk prakata dari penulis, mataku mulai terasa berat, seolah ada yang mau tumpah. Ada rasa haru menyesakkan dada. Aku merasakan bagaimana komitmen dan kesungguhan Mas Riza dalam menyelesaikan buku ini.
Aku pun merasakan kesungguhan Mas Riza untuk memberikan manfaat dan nilai lebih pada pembaca. Terbukti di akhir pengantar beliau menuliskan : “Ketika saya menulis setiap bagian ataupun subbab buku ini, saya selalu diterangi dengan pertanyaan berikut,” Apakah bagian buku ini akan memberi manfaat dan nilai tambah buat pembaca?” Jika tidak, saya akan membuangnya walaupun sudah ditulis dengan paragraf yang banyak.”
Di tengah kesibukan beliau sebagai abdi negara, menyisihkan waktu setengah hingga satu jam setiap hari bukanlah hal yang mudah. Hingga dalam waktu dua bulan buku ini kelar.
“…dikerjakan selama dua bulan penuh tanpa henti, di waktu-waktu tersisa, setelah pulang kerja, ketika bangun di tengah malam, dini hari, di Sabtu dan Ahad.”
Baru sampai pada pengantar penulis saja, saya sudah mendapatkan semangat yang besar.
Barakallah dan terima kasih atas ilmu yang dibagi Mas Riza Almanfaluthi. Insyaallah buku ini sangat bermanfaat.
Yogyakarta, 21/9/22
**
Untuk pembaca yang hendak memesan atau membaca lebih detail buku Kita Bisa Menulis, silakan mengeklik tautan berikut: https://linktr.ee/rizaalmanfaluthi.
***
Riza Almanfaluthi
Dedaunan di ranting cemara
15 Oktober 2022