Sebuah Testimoni: Buku Sajak di Awal Tahun yang Layak Anda Baca


Salah satu pembaca buku tingkat akut adalah Sigit Raharjo. Ia juga pembaca buku puisi Seseloki Seloka di Pinggir Selokan.

Ia menuliskan ulasan singkat di akun Instagramnya dengan nama @om.sig. Buat saya ulasannya berharga. Apa katanya setelah mendapatkan dan membaca buku tersebut?

Langsung saja kita simak testimoninya.

Baca Lebih Lanjut

Di Balik Layar Seseloki Seloka di Pinggir Selokan


Merah Buku

Tidak tebersit dalam benak saya untuk menerbitkan buku kumpulan sajak dalam waktu dekat. Sebabnya, saya sedang menulis buku lain dengan tema khusus.

Apa daya, diselingi dua proyek buku formal dari kantor konsentrasi saya terpecah. Saya belum sempat meneruskan naskah buku keempat saya itu.

Baca Lebih Banyak

Maria Apriliani, Penggiat Literasi dari Kalimantan Timur


MARIA APRILIANI***Penggiat literasi dari Kalimantan Timur. Baca bukunya diirit-irit supaya enggak cepat habis. Soalnya susah akses buku dari sana. Kalau saja Maria termasuk yang disurvei oleh lembaga itu, bisa jadi Indonesia tidak menjadi negara peringkat ke-60 Tingkat Literasi Dunia. Hanya di atas Botswana yang menduduki kerak peringkat literasi itu.

Di setiap buku yang saya tulis, di lembaran terakhirnya, saya menampilkan bab Tentang Penulis. Itu adalah biografi singkat saya. Sambil di sana diterangkan kontak surat elektronik (surel) bila ada pembaca yang ingin bercengkerama atau bertanya-tanya tentang buku itu kepada saya.

Sebenarnya selain itu saya juga mencantumkan akun media sosial Instagram di lembaran itu. Di zaman kiwari, kebanyakan orang langsung mengunjungi media sosial untuk bisa mengetahui informasi dengan cepat atau melalui Whatsapp. Untuk yang terakhir ini hanya orang-orang terdekat saja dan telah menyimpan nomor saya yang bisa menghubungi saya secara langsung.

Baca Lebih Banyak

Capek-Capek Lari 10 Km Hanya Untuk Mengambil Ini


Beberapa pekan lalu, seorang pelari datang ke rumah saya pagi-pagi. Ini yang kedua kalinya ia mengambil buku dengan berlari dari rumahnya.

Sebelumnya di tahun 2020, ia pernah datang ke rumah untuk mengambil buku Orang Miskin Jangan Mati di Kampung Ini. Ceritanya pernah saya bagi di sini.

Baca Lebih Lanjut

Testimoni Buku Dari Tanzania ke Tapaktuan: Mewarnai Perjalanan di Ujung Timur Negeri


Seorang teman bernama Yayat Supriyatna yang bertugas di Jayapura, Tanah Papua telah memiliki dan membaca buku Dari Tanzania ke Tapaktuan, Titik Tak Bisa Kembali, Kisah Lelaki Menaklukkan Ego dengan Berlari.

Alhamdulillaah ia berkesempatan memberikan testimoninya atas buku itu. Saya sunting sedikit penulisannya tanpa mengubah substansinya, semata agar lebih mudah dibaca. Berikut testimoninya.

Continue reading Testimoni Buku Dari Tanzania ke Tapaktuan: Mewarnai Perjalanan di Ujung Timur Negeri

Karyawan Pabrik Juga Membaca Buku, Sebuah Testimoni


Sahabat saya adalah seorang karyawan pabrik. Namanya Enjang Anwar Sanusi. Tinggal di Bekasi.  Seorang buruh yang saya kenal lekat dengan literasi. Penulis sekaligus pembaca rakus. Maka tak heran buku saya yang berjudul Orang Miskin Jangan Mati di Kampung Ini  dilahapnya juga.

Jazaakallaah atas apresiasinya pada buku ini. Itu yang saya tulis di atas tanda tangan saya dalam lembaran pertama buku  yang ia beli. Tak hanya itu, ia buktikan lagi dengan memberikan telaahan (review) buku. Buat saya, ini sebuah penghargaan terbaik yang diberikan seorang pembaca.

Baca Lebih Lanjut

Menjemput Buku di Waktu Pagebluk


Photo by Pixabay on Pexels.com

Menulis itu gampang. Itu saya akui betul. Namun mengupayakannya menjadi sebuah buku itu tantangan luar biasa. Apalagi di tengah budaya literasi di Indonesia yang kurang mendukung—untuk tidak mengatakannya rendah.

Maka apresiasi pembaca dengan membeli buku, membacanya di perpustakaan, memberikan testimoni, membuat telaah (review) atau resensi buku adalah laku yang membuat penulis buku bersemangat untuk terus berkreasi.

Baca Lebih Lanjut

Meja yang Tak Berantakan Lagi


Mejaku berantakan. Buku-buku menjulang berusaha menggapai langit walau baru sekadar 30 cm. Meja di belakangku juga serupa. Kertas centang perenang, benda-benda kecil bertaburan, dan berdebu.

Niat untuk membereskan meja itu sedari dulu sudah muncul, tetapi tak kuasa menjelma menjadi upaya. Aku hanya masih bisa terpukau dengan mejanya teman sejawat, Bu Harmini di Direktorat P2Humas dan Mas Rizky Piet di Direktorat Penegakan Hukum, yang bersih tiada tara.

Baca Lebih Lanjut

Buku dan Kopi Pagi


Di atas pesawat Pak Muchamad Ardani membaca buku kedua saya yang berjudul Orang Miskin Jangan Mati di Kampung Ini. Ia kemudian menulis panjang atas pembacaannya itu di akun Facebook-nya. Buat saya itu adalah sebuah kehormatan.

Maka benarlah yang William Gibson katakan kepada kita, “Ketika Anda bertemu dengan seorang penulis, Anda bukan bertemu dengan pikiran yang menulis buku. Anda bertemu dengan tempat pikiran itu tinggal.”  Berikut testimoninya.

Baca Lebih Lanjut

Menulis Itu Bekerja untuk Keabadian


 

Buku Orang Miskin Jangan Mati di Kampung Ini terbang melewati ngarai dan lembah, samudra dan daratan menuju Pulau Lombok. Teman saya Mas Yacob Yahya telah menerima buku yang dipesannya. Ia memberikan tertimoni yang mengesankan buat saya. Terima kasih Mas Yakob. Semoga buku tersebut bermanfaat buat kita semua.

Berikut testimoninya di laman Facebooknya pada tanggal 15 Maret 2020:

 
Baca Lebih Lanjut