Sahabat saya adalah seorang karyawan pabrik. Namanya Enjang Anwar Sanusi. Tinggal di Bekasi. Seorang buruh yang saya kenal lekat dengan literasi. Penulis sekaligus pembaca rakus. Maka tak heran buku saya yang berjudul Orang Miskin Jangan Mati di Kampung Ini dilahapnya juga.
Jazaakallaah atas apresiasinya pada buku ini. Itu yang saya tulis di atas tanda tangan saya dalam lembaran pertama buku yang ia beli. Tak hanya itu, ia buktikan lagi dengan memberikan telaahan (review) buku. Buat saya, ini sebuah penghargaan terbaik yang diberikan seorang pembaca.
Review bukunya ia poskan di laman Facebooknya. Berikut telaahannya yang tidak saya sunting sama sekali. Saya menuliskan apa adanya di sini:
“Orang Miskin Jangan Mati di Kampung Ini”
Inilah judul buku yang sedang saya baca. Ditulis oleh seorang sahabat. Riza Almanfaluthi namanya.
Cukup lama mengenal nama Riza Almanfaluthi. Sepertinya dari zaman Yahoo groups. Di grup Yahoo Forum Lingkar Pena sepertinya. Zaman main internet masih bayar enam ribu rupiah per jam di warnet.
Kemudian bertemu lagi dengan nama ini di zaman Grup WhatsApp. Sama-sama jadi anggota grup WhatsApp Blogger.
Cuma seingat saya, selama ini kami hanya saling kenal di dunia Maya dan belum pernah bertemu langsung. 😅
#
Buku ini adalah kumpulan tulisannya. Riza Almanfaluthi, seorang pegawai pajak yang suka ikut lomba lari dan rajin menulis.
Ada tulisan yang diambil dari blognya, ada yang pernah dimuat media dan ada juga tulisan yang menjadi pemenang lomba.
Ada 34 judul yang terbagi kedalam 3 bab. “Orang Miskin jangan mati di kampung ini” masuk ke bab 3.
Dari tulisan-tulisan yang telah saya baca di bab pertama dan setengah bab kedua; sangat menarik! mengalir, enak dibaca dan kaya dengan hikmah.
Tergambar bahwa penulisnya rajin mengambil hikmah dari setiap buku, film dan peristiwa seremeh temeh apapun. Selalu ada hikmah yang tercatat.
Di bab pertama, tulisan berjudul “Mel” sangat menarik. Berlatar kereta api, pedagang asongan dan budaya lama yang kini sudah ditinggalkan.
Tulisan ini ada kaitannya dengan “Pemburu Dollar” di halaman berikutnya. Kenapa ia sangat piawai bercerita tentang suasana di jalur kereta api tahun 80an? terjawab disini.
Membaca “Pemburu Dollar” seperti membaca Andrea Hirata atau Ahmad Fuadi dengan kisah-kisahnya. Nyata!
Tulisan berjudul “Orang Miskin Jangan Mati di Kampung Ini” yang ada di bab 3 yang jadi judul buku ini sendiri tentang apa?
Pokoknya mengandung hikmah dah. Sama bae banyak taburan hikmahnya.
Terimakasih Bang Riza!
Dari buku ini pula saya jadi kenal Roger Bannister, Dashrath Manjhi, Alex Danyliuk, Pak Pardi dan yang lainnya.
###
Enjang Anwar Sanusi
Karyawan Pabrik
***
Riza Almanfaluthi
dedaunan di ranting cemara
28 April 2020
Pemesanan buku Orang Miskin Jangan Mati di Kampung Ini, silakan isi formulir berikut:
https://forms.gle/2XtH4KEPG9wqgYVq9
Sinopsis buku ini bisa dibaca pada tautan berikut: https://rizaalmanfaluthi.com/2020/02/24/buku-kedua-itu-terbit-orang-miskin-jangan-mati-di-kampung-ini/