Dari Tanzania ke Tapaktuan: Enggak Rugi Baca Buku Ini


Dulu ketika saya memulai lari, saya banyak mencari-cari informasi di internet. Mencarinya di Google, tentunya. Mencari informasi apa? Informasi cara lari, lomba lari, dan pengalaman lari di suatu ajang.

Saya sering kali terpukau membaca cerita lari orang dalam mengikuti lomba. Pengalaman mereka mencari penginapan di sekitar lomba dan pengalaman menegangkan pada saat lombanya itu. Mengasyikkan. Seperti mendapatkan cahaya dari langit di atas Bukit Tursina.

Informasi dan cerita-cerita tersebut membuat saya ingin sekali mengikuti lomba dan tentunya untuk bisa konsisten lari. Waktu itu saya masih di Tapaktuan, Aceh Selatan. Tentunya dengan jarak yang jauh itu, kurang memungkinkan saya mengikuti banyak lomba lari yang kebanyakan diselenggarakan di Pulau Jawa.

Saya bertekad nanti ketika saya sudah ditugaskan lagi di Pulau Jawa, saya akan mengikuti race-race itu. Saya juga bertekad untuk menuliskan cerita lari saya untuk bisa dibaca oleh banyak orang dan insya Allah bermanfaat untuk mereka. Kebetulan saya sedikit memiliki anugerah Tuhan berupa kemampuan menulis.

Ya, akhirnya setiap latihan dan lomba lari yang saya ikuti, saya buat tulisannya. Sebagai catatan perjalanan saya juga.

Pelan-pelan saya tulis, kumpulkan, dan akhirnya jadi banyak. Patut untuk dijadikan sebuah buku. Saya biasanya enggak berani untuk mengeklaim prestasi diri sendiri, takut jadi takjub pada diri sendiri.

Namun, untuk kali ini saya percaya diri sekali, insya Allah, buku ini tak akan membuat mereka yang membacanya rugi waktu. Saya dengan tulus hati ingin membaginya kepada para pembaca.

Saya mengisahkan pengalaman lari mulai lari 5 km, pertama kali menyelesaikan 10 km, 21 km, dan full marathon. Ini mengesankan banget buat saya. Apalagi saya pernah meneteskan air mata di tengah lomba. (Suer).

Manusia itu senang didongengin, diceritain. Apalagi dari pengalaman (ingat, menulis yang paling gampang itu adalah menuliskan pengalaman sendiri) nyata orang yang melakoninya sendiri, tentu lebih punya kekuatan persuasi.

Buku Dari Tanzania ke Tapaktuan ini saya persembahkan buat kamu, Anda, kalian, panjenengan, antum:

para pecinta kisah, yang ingin dan sedang mau berubah, yang baru sekadar punya niat, yang masih rebahan, yang sedang lari, yang sudah berpengalaman lari, yang namanya pernah tercatat dalam kisah-kisah lari saya, yang gabut mau mengisi hari-harinya dengan apa, yang bimbang mau lari atau menulis, yang medalinya banyak tergantung di dinding, yang menjaga sang tercinta di garis finis, yang tersandung pada saat lari di trotoar, yang berat badannya belum turun-turun atau naik-naik, yang sering bilang jangan terlalu cepat six pack Wahid Nugroho, yang pace keong atau kelinci, para pencari jersey, para pelari hobi, sungguh, kalau saya bisa, tentunya Anda juga bisa.

Serius. Rasakanlah juga sensasi endorfin mengguyur sekujur tubuh ketika tiba di garis finis. Aku ingin kamu merasakannya juga.

Baca buku ini.

***
Buat yang mau pesan, silakan untuk mengisi formulir di sini. 😃

#daritanzaniaketapaktuan #orangmiskinjanganmatidikampungini

Advertisement

Tinggalkan Komentar:

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.