Anak kelas satu SMA di sampingku itu menyalakan sebatang rokok. Karbon monoksidanya terbang ke mana-mana di bus ekonomi yang melaju dari Magelang menuju Yogyakarta, Minggu sore itu (18/11).
“Tolong matikan. Aku tak tahan dengan asapnya,” pintaku .
“Eh, iya. Iya, Pak.” Ia segera mematikan rokok. Itu membuatku lega dan bisa memberikan kesempatan buatku mengingat-ingat apa yang telah kulakukan semenjak dini hari itu: lari sepanjang 42,195 kilometer di Borobudur Marathon 2018.
**