Pagi itu, Iba Susalit terkejut karena ada pesan dari mantan atasannya masuk ke dalam aplikasi percakapan Whatsapp.
Pesan itu berisikan ucapan selamat karena foto Iba muncul di akun resmi jejaring sosial Instagram milik Direktorat Jenderal Pajak (DJP) yaitu @DitjenPajakRI.
Karena Iba tidak memiliki akun Instagram, Iba meminta anak bungsunya bernama Brilianawati Nur Fajar untuk membuka akun Instagram dan melihat apa yang ditayangkan oleh @DitjenPajakRI.
Ya, foto yang hanya diambil sekali “take” itu memang sangat humanis, menghadirkan penyuka badminton ini berpakaian seragam hari Senin sedang mengecek kardus arsip.
Dalam unggahan itu akun @DitjenPajakRi memberikan takarir sebagai berikut.
Kerja-kerja pengarsipan di Direktorat Jenderal Pajak bukanlah kerja sederhana, menjaga ribuan arsip wajib pajak adalah tanggung jawab besar yang diampu oleh Direktorat Jenderal Pajak.
Salah satu yang memangku tanggung jawab ini adalah Iba Susalit, ASN Direktorat Jenderal Pajak yang mengabdi di KPP Pratama Tulungagung. Setiap harinya Iba bertanggung jawab atas seluruh arsip perpajakan yang ada di kantor pajak tempatnya bekerja.
Iba sehari-harinya melakukan seleksi arsip-arsip yang akan didigitalisasi, memasukkan arsip sesuai induk arsip di gudang lorong arsip, menyiapkan arsip yang dibutuhkan untuk didistribusikan ke seksi lain. Kerja ini membutuhkan ketelatenan dan ketelitian yang begitu tinggi.
Iba, di dalam gudang arsip memiliki peran yang penting dalam keseluruhan proses penyimpanan arsip Direktorat Jenderal Pajak.
Sampai artikel ini ditulis, konten tersebut mendapatkan tanggapan dari warganet sebanyak 3.821 like dan 96 komentar. Salah satu komentarnya dari pemilik akun Instagram Abrzaky, “Ke depannya post di balik layar seperti ini ditambahin, Min.”
Tenaga Pocokan
Iba Susalit berkhidmat di DJP sejak 1989 sebagai pegawai honorer di Kantor Pelayanan Pajak Pajak Bumi dan Bangunan (KPP PBB) Kediri. Iba waktu itu menjadi tenaga pocokan untuk pendataan objek PBB. “Kalau ada pendataan dipanggil, kalau tidak kita di rumah,” kata Iba.
Pada 1997 ada perekrutan tenaga honorer. Iba lolos seleksi lalu pada 1998 ia resmi menjadi pegawai tetap KPP PBB Kediri. Pada 2007 Iba ditugaskan di KPP Pratama Pare. Setelah enam tahun di sana, Iba ditugaskan di KPP Pratama Blitar pada 2013. Di kantor itu ia pernah ditempatkan di Seksi Ekstensifikasi Perpajakan, Seksi Penagihan, dan Seksi Pelayanan.
Di Seksi Pelayanan inilah ia mulai mengenal soal pembenahan dan pengarsipan berkas-berkas. Ia mengurutkan berkas di rak-rak tersedia walaupun waktu itu belum ada sistem penyimpanan berkas di dalam kardus. “Tugas saya itu menyimpan berkas wajib pajak supaya aman, mudah dicari, mudah saat dikembalikan ke tempatnya, dan mudah kalau ada peminjaman berkas,” jelas Iba.
Kemudian pada 2019 ia dipindahkan ke KPP Pratama Tulungagung. Di kantor pajak terakhir ini Iba masih ditugaskan di tempat yang sama seperti di kantor pajak sebelumnya yaitu di bagian pengarsipan. “Ya, namanya (mendapatkan) amanah saya siap. Sebagai ‘prajurit’ saya (harus) siap,” tegas Iba.
Iba dengan tekun mengerjakan tugas itu. Motivasi Iba cuma satu: selalu ada kepuasan tersendiri saat dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik. Meskipun sebagai manusia, tentu ada rasa jenuhnya juga menyelesaikan pekerjaan rutin. Apa pun pekerjaannya itu.
“Tinggal kita menyiasatinya saja bagaimana,” ujar Iba. Buat Iba, ngobrol serius tapi santai dengan pemagang yang secara bergilir membantu Iba adalah cara mengusir rasa jenuh itu.
Sistem pemberkasan DJP pada saat ini sudah membaik daripada tahun-tahun sebelumnya yang masih terlalu manual. Beruntung, saat ini ada aplikasi pengarsipan sederhana yang disediakan oleh kantornya. Itu sudah cukup membantu pekerjaan Iba.
Apalagi sekarang, pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT) sudah menggunakan sistem elektronik. Wajib pajak merekam sendiri pelaporan pajaknya ke dalam aplikasi yang disediakan oleh DJP kemudian melaporkannya secara daring dan otomatis SPT masuk ke dalam sistem informasi DJP. Ini mengurangi beban kantor dan tentunya Iba serta seluruh pegawai pajak yang bertugas di bidang pengarsipan.
Dari data yang ada per 1 April 2021 pukul 00:00, SPT yang masuk mencapai jumlah 11.277.713 SPT. Jumlah SPT yang masuk dengan menggunakan e-Filing (aplikasi pelaporan SPT Tahunan milik DJP) mencapai 96,04 persen. Masih ada 446 ribuan SPT yang dilaporkan secara manual.
DJP secara berkesinambungan memang bertekad untuk mendigitalisasi proses bisnisnya sehingga akan mengurangi pekerjaan klerikal yang membutuhkan sumber daya besar.
Pekerjaan pengarsipan membutuhkan ketekunan dan tentunya semangat agar berkas yang ada tersimpan dengan baik dan aman. Oleh karena itu, memang butuh dedikasi untuk mengerjakannya.
“Nilai-nilai Kementerian Keuangan itu sebenarnya sudah cukup melingkupi semuanya dan menjadi bekal bekerja buat petugas arsip,” ujar Iba. Terutama, lanjut Iba, soal integritas. Tak bisa dimungkiri, tugas Iba tentunya berkaitan dengan rahasia negara.
Iba selalu berusaha menjaga kebersihan gudang berkas supaya tempat kerjanya itu nyaman, terutama menjaga sirkulasi udara agar tidak menimbulkan alergi pada saluran pernafasannya.
Filosofi Kaca Mobil
Kurang dua tahun lagi Iba akan memasuki masa purnabakti. Iba masih semangat menjalani pekerjaannya. Setiap pagi ayah dua orang anak ini berangkat dari rumahnya di Mojoroto, Kediri menuju Tulungagung dengan menggunakan mobil angkutan umum yang disewa bersama teman-temannya sekantor. “Satu jam juga sudah sampai. Jadi enggak capek seperti kalau bawa motor,” kata Iba.
Di mata anak-anaknya, Iba adalah sosok yang sabar dan sering memberikan motivasi. “Bapak itu contoh bapak yang super. Sama anak-anaknya enggak pernah mendidik yang keras. Setiap kalau lagi down bapak juga menyemangati saya,” kata Brilianawati.
Dorongan itu membuat Brilianawati mampu melewati tekanan sewaktu membuat skripsi dan menyelesaikan kuliahnya lebih cepat dari perkiraan, hanya tujuh semester. “Waktu itu bapak bilang ‘Enggak apa Dek. Itu namanya ujian mental. Semua perlu proses. Tidak ada yang instan’,” kata Brilianawati menirukan perkataan Iba.
Iba selalu membangun komunikasi dua arah dengan anak-anaknya. Ia meminta kedua anaknya itu untuk berani bercerita kepada orang tua ketika menghadapi masalah daripada bercerita kepada orang lain yang belum tentu benar dalam menyodorkan solusi.
Iba orang yang selalu optimis dan berusaha menanamkan sikap itu kepada keluarganya. Hidup itu, menurut Iba, adalah sebuah realitas, masa lalu tinggal masa lalu, dan tidak terulang lagi, sedangkan masa depan itu masih suci, belum tersentuh, dan tak seorang pun tahu. “Hiduplah pada saat ini. Hadapi apa yang ada,” ujar Iba.
Iba memandang kehidupan dengan mengibaratkannya seperti mengemudikan mobil. Kaca depan mobil didesain dengan besar dan memiliki sudut pandang yang luas. Ini, menurut Iba, sebagai perlambang peluang ke depan itu masih besar. Sedangkan spion mobil didesain dengan ukuran kecil sebagai pertanda cukuplah masa lalu ditengok sekali-kali. “Sekadar untuk evaluasi,” katanya.
Memungkasi pertemuannya dengan Intax, Iba berharap DJP semakin tertata lebih baik lagi dan wajib pajak semakin sadar untuk memberikan kontribusinya kepada negara. “Tanggung jawab DJP itu berat sekali, mengumpulkan penerimaan negara untuk memenuhi APBN,” pungkas Iba.
Kerja Iba menjadi bagian dari kerja DJP dalam menjamin ketersediaan kearsipan yang autentik dan tepercaya serta memastikan DJP memiliki tata kelola pemerintahan yang baik.
Tugas tak enteng di pundak Iba dan rekan-rekan seprofesinya di DJP yang dalam kesehariannya bersekutu dengan dokumen dan debu di gudang berkas. (RA)
***
Riza Almanfaluthi
9 Juli 2021
Tulisan tersebut dibuat untuk dan telah dimuat di Majalah Elektronik Internal Direktorat Jenderal Pajak Intax Edisi 2 Tahun 2021.
Foto Ardi Sukmono