Dulu aku pernah berteduh
dari hujan rindu yang deras
di langit -langit lidahmu
yang terjejak lidahku,
setelah itu yang ada
hanyalah sisa-sisa badai,
berantakan.
Kita hanyalah
sepasang waktu
di bawah tiang guillotine.
Terbang, terbanglah
melompat, berputar, bersalto
bersama percikan-percikan biru
di jantungmu yang samudra.
Gapai-gapailah.
***
Riza Almanfaluthi
dedaunan di ranting cemara
Commuter Line, 18 Oktober 2017