Seringkali aku belajar pada puisi, ia guru yang sabar mengajariku cara menempatkan gerimis yang ritmis dan jatuhnya rindu di sela-sela dedaunan pohon mangga.
Paling jauh aku diminta puisi, guru yang sederhana, untuk memilih, membongkar-pasang, menghapus deretan kata-kata atau sekadar baiknya menaruh titik dan koma.
Tapi dari semua itu, aku bisa belajar pada puisi, guru yang rendah hati dan tahu bagaimana cara terindah menyembunyikan mahaduka di sela-sela rerimbunan kata.
***
Riza Almanfaluthi
dedaunan di ranting cemara
Lantai 16, 11 Juli 2017