Kalau di dunia penerbangan mah ada istilah Point of No Return.
Suatu titik ketika jarak terbang sebuah pesawat tidak bisa lagi
untuk kembali ke tempat landas semula.
Begitu pula ini.
~~~
Azan subuh sudah jauh berkumandang sedari tadi. Jam telah menunjukkan pukul enam pagi waktu Tapaktuan. Saya gelar matras di atas rerumputan halaman belakang. Bulan sabit masih bercahaya dengan terang dan satu bintang menemaninya dalam kesendirian dan keheningan. Mereka menjadi sahabat sekaligus menjadi saksi latihan saya saat itu. Latihan yang menembus batas ketidakmampuan, mental block, dan segala rupa kenikmatan di dalam comfort zone.
Minggu kedua Freeletics dimulai dengan berat badan yang sudah mulai turun. Semula 72 kg menjadi 70,7 kg. Walau penurunan berat badannya tidak sedrastis di tiga minggu percobaan yang sampai 6 kg itu tapi tetap sesuatu yang patut disyukuri.
Masih dengan menjaga makanan yang masuk ke dalam tubuh, menyedikitkan (tepatnya menyeimbangkan) karbohidrat, dan memperbanyak protein. Sederhananya, nasi dikurangi, buah dan sayuran diperbanyak. Ikan, telur, dan daging ayam sebagai sumber protein hewani juga diperbanyak. Syukurnya di Tapaktuan ikannya segar-segar, fresh from the sea, tanpa formalin pula. Ikan yang saya pilih pun ikan panggang atau ikan bakar. Daging sapi? Tidak ada.
Di minggu kedua ini pun saya sudah jarang minum teh manis. Apalagi kopi. Kopi sudah tidak menjadi menu teman sarapan sejak bulan November tahun lalu. Sekarang malah sudah mulai minum susu. Terutama susu kedelai yang saya bawa dari Jakarta. Di Tapaktuan tidak ada yang menjual susu bubuk kedelai. Dibandingkan susu jenis lainnya, seperti susu protein dari sapi, ternyata susu kedelai ini tinggi sekali proteinnya. Bisa 30 gram protein per 100 gram sajian.
Nah, latihan Freeletics di minggu kedua ini terdiri dari 5 sesi.
Artemis itu terdiri satu ronde saja.
Sedangkan Metis terdiri dari tiga ronde, yakni:
Berbeda di minggu pertama, di minggu kedua ini ada tantangan mingguan (Wochenaufabe) yang diinstruksikan Freeletics untuk dapat diselesaikan oleh kita. Tantangan ini adalah bagaimana bisa memperbaharui Personal Best dari Aphrodite dan Burpee Max.
Catatan waktu dari minggu kedua ini adalah sebagai berikut:
Jadi di minggu kedua ini saya tambahkan sesi bonus, latihan yang tidak ada dalam program Freeletics di minggu kedua itu. Seperti lari 2,4K dan 5K, Plank Max, 100 Situps, 100 Squats. Hasilnya lumayan. Alhamdulillah di sesi lari itu saya sudah tidak berhenti-berhenti lagi, tidak jalan kalau sudah kelelahan, tidak ngap-ngapan. Sudah punya strateginya.
Atlit nasional cukup menyelesaikan lomba 5K dalam waktu 15 menit. Atau para pehobi lari menyelesaikannya dengan waktu dibawah 30 menit. Saya? Masih jauh. Walaupun catatan waktunya masih buruk tapi saya yakin masih bisa diperbaiki. Lagi belajar cara meningkatkan kecepatan dan bernafas efisien pada saat lari.
Niatnya lari saya lakukan tiga kali dalam seminggu agar latihan cardio-nya bisa banyak, tapi masih berasa tidak kuat karena stamina harus dipersiapkan terutama untuk menyelesaikan program Freeletics. Saya sendiri yang tahu kondisi tubuh sebenarnya. So, tidak memaksakan diri. Namun, untuk yang Freeletics ini tetap dengan pedoman: No Excuse.
Saya tambahkan juga program Plank Max. Yakni bagaimana bisa bertahan dalam waktu 2 menit dalam posisi plank. Posisi tubuh yang tidak menyentuh tanah kecuali jemari kaki dan kedua lengan. Posisi ini melatih otot tubuh semuanya. Dan alhamdulillah bisa. Lain waktu saya akan mencoba tantangan selama tiga menit. Rekor dunia plank adalah selama 30 menit. Luar biasa bukan?
Sedangkan 100 situps dan 100 squats saya tambahkan sebagai sesi bonus hanya untuk memperbaiki waktu saja. Dua sesi ini adanya di minggu percobaan. Dulu 100 situps butuh waktu 7 menitan, sekarang bisa 5 menit lebih. Sedangkan squats yang butuh 3 menitan alhamdulillah bisa 2,5 menitan.
Latihan utama Freeletics minggu ini, semuanya bisa dilalui dengan Personal Best. Walau di Artemis saya terus terang belum bisa melakukan pullups secara sempurna. Masih pakai meloncat dari bawah atau memakai metode Negative Pull Up. Lain kali saya harus melakukannya dengan benar. Tidak perlu memikirkan cepat atau tidaknya.
Akhirnya saya bisa meraih PB buat Metis. Yang tadinya delapan menitan bisa diselesaikan dalam waktu hampir 7 menitan. Alhamdulillah. Terutama sekali saya bisa menyelesaikan dua tantangan di minggu kedua ini. Perbaikan PB untuk Aphrodite dan Burpee Max.
Aphrodite yang semula tercatat PB-nya 32 menit 33 detik akhirnya bisa selesai dalam waktu 28 menit 36 detik. Ini semata karena saya mengurangi jumlah rest (ambil nafasnya)-nya. Burpee yang dipercepat. Jumlah repetisi situp yang saya perbanyak. Biasanya 10 repetisi lalu berhenti, saya ubah split-nya menjadi 20 baru berhenti dan ambil nafas. Ke depan, saya semoga bisa PB di bawah 25 menit. Dengan strategi situp dan squat tanpa berhenti.
Lalu burpee max, niatnya saya 70 repetisi ternyata cuma bisa 68 repetisi. Waktu itu yang saya lakukan adalah membagi burpee: 30, 10, 10, 10, 8. Kurang dua repetisi lagi, tapi waktu 5 menitnya sudah habis. Masih belum kuat 30, 20, 10, 10. Masih punya kesempatan di lain waktu supaya PB-nya diperbaiki. Minimal 70 repetisi dengan split burpee: 30, 20, 20. Master Freeletics sudah bisa mencapai 100 repetisi dalam 5 menit.
Masih tetap merasakan “mau mundur” saja dari latihan ini? Iya, manusiawi. Pengen banget mundur. Tapi sudah pantang mundur. Kalau di dunia penerbangan mah ada istilah Point of No Return. The point in the flight of an aircraft beyond which there is insufficient fuel for return to the starting point. Suatu titik ketika jarak terbang sebuah pesawat tidak bisa lagi untuk kembali ke tempat landas semula. Iya sudah pantang mundur, karena sudah jalan lima minggu. Dan saya yakin no pain no gain. Itu sebuah sunnatullah. Komitmen dan disiplin itu tidak pernah ingkar janji. Atas segala apa pun. Dan mau tahu…
Mau tahu berat badan saya di akhir minggu kedua ini? 69 Kilogram. Berat yang sudah lama tidak pernah saya rasakan selama 10 tahun lebih.
***
Riza Almanfaluthi
dedaunan di ranting cemara
17 Januari 2015
jadi freeletics itu apaan om? latihan penerbangan ya. jadi om ini pilot ya. jadi lebih menyehatkan dan menjaga berat badan dengan susu kedelai ya, om.
LikeLike
Lucu juga ente… On 2015 1 24 05:54, “Blog Riza Almanfaluthi” wrote:
>
LikeLike