Jangan Terlalu Cepat Menjadi Sixpack


Berkali-kali saya dibuat tercengang. Setelah ada yang berlari untuk mengambil buku Orang Miskin Jangan Mati di Kampung Ini, kini ada pula yang memang menyengaja datang jauh-jauh-jauh ke kantor saya sekadar untuk mendapatkan buku itu. Saya merasa menerima anugerah yang luar biasa besarnya.  Kali ini Pesohor Facebook Mas Wahid Nugroho menuliskan pengalamannya di laman Facebook.

Lelaki di sebelah saya ini namanya Riza Almanfaluthi. Saya biasa memanggil beliau mas Riza. Di kalangan terbatas, beliau biasa dipanggil Ki Dalang. Soal panggilan Ki Dalang ini ceritanya bisa panjang, jadi kita lewati saja lah ya, ha ha.

Sudah cukup lama saya mengenal beliau. Mungkin sebelas atau dua belas tahun. Mungkin. Selama rentang waktu itu, hanya beberapa kali saya bersua secara fisik dengannya. Selebihnya interaksi kami terjadi di ruang maya.

Pertemuan pertama saya dengan mas Riza adalah ketika beliau masih berkantor di Kalibata. Kami berdua sama-sama masih gembul. Saya masih ingat tampilan beliau ketika itu. Cek saja header blog beliau di rizaalmanfaluthidotkom. Terpampang jelas di sana gambaran mas Riza waktu masih mengalami periode “terberat” dalam hidupnya. Sebelas dua belas dengan saya lah, haha.

Sejak mengabdi di Tapaktuan, mas Riza mengalami banyak perubahan. Yang tampak adalah soal fisik. Yang tadinya sobat endut, jadi sobat ngebut. Ngebutnya sambil lari. Dari titik itu, saya sesekali bertukar pikiran dengan mas Riza perihal gaya hidupnya yang baru itu. Sempat saya berniat mengikutinya, tapi urung berhasil. Saya masih mudah menyerah, ternyata. Tapi di dalam hati, saya bertekad untuk mengikuti jejaknya.

Lama tak bersua, saya akhirnya bertemu beliau lagi di tahun 2017 saat masuk ke dalam tim penyusunan buku Suatu Kala di KP2KP. Saya masih jadi sobat endut dan mas Riza, ya begitulah, namanya juga sobat ngebut he he. Kalau saya berfoto di sebelahnya, saya mungkin bakalan dikira senior mas Riza ha ha. Padahal beliau senior saya yang cukup jauh, ha ha.

Awal tahun 2018, saya bertekad untuk berubah. Sambil sesekali bertanya dan berdiskusi dengan mas Riza, saya lalu mengubah gaya hidup yang tadinya begitu jadi begini. Sesuai dengan selera dan preferensi saya, pastinya. Sampai hari ini. Bedanya mas Riza orangnya tawaduk. Kalau saya, ya, sampeyan pahamlah.

Setelah mengalami beberapa kali reschedule karena satu dan lain hal, akhirnya kami bersua lagi. Adalah buku anyar beliau ini yang mempertemukan kami. Orang Miskin Jangan Mati di Kampung Ini adalah sebuah buku yang berisi kumpulan tulisan pendek mas Riza yang tersebar di beberapa laman dunia maya dan tak maya. Tulisan favorit saya adalah yang berjudul Dashrath Manjhi. Terutama dalam hal berproses supaya jangan terlalu cepat menjadi sikspeks ha ha ha.

Alhamdulillah, saya turut berbahagia dengan kelahiran karya mas Riza ini. Pesan menohok dari beliau di perjumpaan itu saya jadikan penyemangat untuk kembali menulis lagi. Insya Allah.

Yang berminat dengan buku itu bisa menghubungi mas Riza langsung.

Tahniah ndan!

Photo taken by: Agus Fredy

NB: abaikan sweater dan celana saya yg kegedean wkwkwk.

Pemesanan buku Orang Miskin Jangan Mati di Kampung Ini, silakan isi formulir berikut:

https://forms.gle/2XtH4KEPG9wqgYVq9

Sinopsis buku ini bisa dibaca pada tautan berikut: https://rizaalmanfaluthi.com/2020/02/24/buku-kedua-itu-terbit-orang-miskin-jangan-mati-di-kampung-ini/

Advertisement

Tinggalkan Komentar:

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.