T’lah kuterima suratmu nan lalu
Penuh sanjungan kata merayu
Syair dan pantun tersusun indah, sayang
Bagaikan madah fatwa pujangga
(Setiap malam ayah mendendangkan lagu melayu ini untukku. Entah apa yang dipikirkannya, sehingga kini pun yang terpikirkan olehku hanyalah semua lantaran dan perihal pujangga)
Kan kusimpan suratmu nan itu
Bak pusaka yang amat bermutu
Walau kita tak lagi bersua, sayang
Cukup sudah cintamu setia
(Lembaran-lembaran kertas bertulisan tangan telah banyak terkirim. Dengan syair-syair yang melukakan dirinya sendiri untuk menyebut-nyebutmu dengan kata pusaka)
Tapi sayang sayang sayang
Seribu kali sayang
Ke manakah risalahku
Nak kualamatkan
(Berulang kali engkau mempertanyakannya. Seperti matahari yang tak pernah bosan hinggap di jendela pagi. Cantumkan saja kode pos yang pernah kutitipkan pada tukang pos yang lewat depan rumahmu itu. Engkau ingat: rumah yang menghadap ke laut dengan satu meja dan dua kursi di terasnya dan banyak nyiur di tepian pantai)
Terimalah jawabanku ini
Hanyalah doa restu Ilahi
Mogalah Bang kau tak putus asa, sayang
Pasti kelak kita ‘kan bersua
(Risalah itu selalu kuterima. Kelak akan kubalas segera. Tunggu, tunggulah sahaja. Bukan lagi syair penuh madah. Biarkan saja yang itu rebah. Ini hanyalah cerita. Cerita tentang segala. Segalanya kita)
Penaku satu mendadak patah.
***
Riza Almanfaluthi
dedaunan di ranting cemara
Cikaret, 6 Januari 2018
Kalimat tanpa tutup buka kurung adalah lirik lagu Fatwa Pujangga yang dipopulerkan Aishah.