Ingatlah, ketika aku menggelepar di suatu pagi,
kuyup dihujani cahaya tak henti-henti,
malu ditelanjangi kabut, awan, langit, dan pohon-pohon tinggi
melayang diterbangi kesiut dingin di genting-genting rumah dan tiang-tiang besi.
Hijau, seperti wangi atarmu, tak ingin pergi,
dari mata, sedikit pikiran, dan hati.
Kelak, punggung-punggungku yang kaudaki
tak akan menjadi abu karena terbakar api.
Padam! ada gerimis bergemuruh di dada kiri.
***
Riza Almanfaluthi
dedaunan di ranting cemara
06 Oktober 2017
Gambar koleksi Riza Almanfaluthi