Suatu waktu, jari-jarimu memeluk gelas teh hangat yang tak rela kaujauhkan untuk sesaat. Tawamu mengombak, mencoba menepis raihan tangan matahari yang berusaha merengkuh pundak-pundak kita.
Di ujung persuaan, ada yang bergolak di dada, samudra keheningan yang akan segera tumpah. Muara dari sungai kehilangan. Di situlah, engkau seperti empu: “Mengapa kita harus kehilangan, kalau sesungguhnya kita tak punya apa-apa?”
Engkau mudah begitu. Sedangkan aku, pemilik segala pendakuan, sungguh muskil.
***
Riza Almanfaluthi
Dedaunan di ranting cemara
23 Agustus 2017
Foto Stasiun Jenar
aku menyebutnya harapan. Dan, itulah tujuan yang disemogakan.
LikeLiked by 1 person
Great.
LikeLiked by 1 person