Lidahmu hitam, taringmu tajam, dan kau jerembapkan di leherku segala kepahitan, lalu kauhisap seluruh kebahagiaan. Relakan aku memeluk diriku sendiri, menghilangkan kepala sebab ia tempat semua kepedihan, salahku apa?
Kata-katamu panah, mulutmu busur, dan kau bidikkan di inti jantungku yang luka, lalu kau teteskan asam cuka. Ikhlaskan aku berbincang-bincang kepada kucing yang sedari tadi melihatku dengan aneh. Aku memang aneh, I’m not okay, salahku apa?
Terima kasih aku ucapkan, sebabmu aku berdamai dengan rasa sakit. Aku adalah harapan, mimpi, dan hati yang tak pernah ada.
***
Riza Almanfaluthi
dedaunan di ranting cemara
Bojonggede, 12 Agustus 2017
Kok terbacanya “lada hitam” ya….
#Laper
LikeLike