Puan nan rupawan, sungguh tanpa tujuwankah? Sehingga Puan tabah berpusing-pusing singgahi waktu dan tempat. Apa yang kau cari, Puan? Sedangkan lama sudah sejarah membeku jadi cerita yang ingin dikisahkan hanya kepada satu orang.
O, Puan, entah kemana lagi aku hendak mencari tahu, sedangkan lidah membeku, di titik bawah 0 derajat celcius yang jauh, jauh, jauh, dan jauh, antartika saja tak sebeku ini, Puan.
O, Puan bukankah tanpa tujuwan adalah tujuwan itu sendiri? Maka bertanyalah kepada ibu arah karena ia muasal dari segala tujuwan.
O, Puan, kapankah akan berhenti, dan dengan apa jarak tak bertambah lagi? Dengan apa Puan?
***
Riza Almanfaluthi
dedaunan di ranting cemara
Commuter Line, 11 Agustus 2017