RIHLAH RIZA #55: Ronde Demi Ronde


.but I ain’t going no 10,000 miles

to help murder and kill other poor people.

If I want to die, I’ll die right here, right now,

fightin’ you, if I want to die.

~~Muhammad Ali dalam Ali

Kapan terakhir olahraga? Bertahun-tahun lamanya tidak pernah olahraga. Tidak tahu kapan terakhir mandi keringat karenanya. Barangkali seringnya mandi keringat kalau keluar dari Commuter Line di sore hari Jakarta yang padat. Pola makan pun tidak dijaga. Tidak tahu badan ini sehat atau tidak. Yang pasti hari-hari dilalui dengan rutininas bahkan setelah satu tahun di Tapaktuan. Sampai suatu hari tibalah hari yang mengejutkan itu.

Di kantor baru kami sekarang—yang sudah mulai digunakan sejak November 2014—sudah tersedia meja pingpong baru. Saya pun ikut gabung main dengan teman-teman. Tenis meja ini adalah satu-satunya olahraga yang sangat familiar dengan saya. Saya pernah memainkannya rutin waktu SD dulu. Itu pun numpang main di rumah tetangga yang punya satu set perlengkapannya.

So, ketemu permainan ini seperti mengenang masa kecil dulu. Saya beli bet yang sedikit berkualitas untuk berkomitmen menekuni olahraga ini. Setiap hari pun saya usahakan untuk bisa main barang satu atau dua set.

Sambil mengingat teknik-teknik bermainnya yang pernah saya kuasai dahulu, saya pun melawan teman-teman yang sudah mahir dan ahli. Kalah menang sudah biasa. Yang terpenting bagi saya adalah saya dapat sehatnya, dapat mandi keringatnya. Dan subhanallah, kalau sehabis itu mandi, jadinya luar biasa segarnya. Ini yang tidak pernah saya rasakan bertahun-tahun lamanya.

Di masa yang telah lewat, sewaktu masih di Direktorat Keberatan dan Banding, sebenarnya ada juga meja pingpong. Tapi saya tak pernah main. Benar-benar saya melewatkannya, semata karena banyak banget pekerjaan yang harus diselesaikan.

Sampai di suatu senja khas Tapaktuan. Ketika usai jam kantor. Seperti biasa saya main tenis meja. Bola lawan jatuh di luar meja. Saya mengambilnya sambil membungkuk. Ketika bangkit, di depan saya sudah terbentang siluet bayangan di kaca. Saya terpana.“What the?” Bayangan siapa tuh? Ya saya sendiri. Badan gede banget. Buncit lagi. Seperti inikah berat 78 kg? Benar-benar pre-obese. Hahahaha…

Semula dari keterpanaan dan keterkejutan melihat diri sendiri, mulailah googling cara menurunkan berat badan, mencoba push up, chest workout dan abs workout. Memulainya butuh perjuangan luar biasa. Pertama kali push up 10 kali saja luar biasa ngos-ngosan dan bikin tepar.

Tapi ada sebuah keyakinan yang timbul. Semuanya itu tidak instan. Yang penting mulai dulu dan kerjakan. Pepatah nenek moyang kita, sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit benar-benar bisa diterapkan di sini. Yang ingin instan, pikirannya sudah teracuni gaya orang zaman sekarang sekarang yang tak mau bersabar dan inginnya semua serba cepat dan dapat.

Kalau sudah terbiasa latihan dalam dua minggu, insya Allah push up sebanyak 30 kali tanpa berhenti dan merasa lelah pun bisa. Otot masih enteng dan nafas masih bisa dikendalikan. Ini berarti tubuh kita sudah bisa menyesuaikan diri. Dan ini belum pada titik maksimalnya. Tambahkan sesi latihan yang bisa kita sanggup dengan menambah jumlah push up atau bertekad tidak istirahat dalam satu ronde.

Biasanya sesi push up ini saya gabung dalam 8 minutes chest workout yang saya jalani setiap hari. Terbagi 4 ronde. Setiap ronde berisi standard push up, incline push up, dan bench dip. Masing-masing 15 repetisi. Jadi kalau ditotal masing-masing 60 kali. Kalau memang bisa dan mau mengetahui sampai mana batas kita silakan ditambah rondenya.

chest

Selain chest workout, saya juga lakukan abs workout. Biasanya dilakukan sebelum chest workout sehabis salat Subuh. Tepatnya jam enam pagi. Abs workout dilakukan selama enam menit. Terdiri dari 4 ronde yang setiap rondenya berisi reverse crunch (20 kali), toe touches (20 kali), dan plank (30 detik).

Abs

Sampai suatu hari saya ketemu freeletics. Nge-gym atau nge-fitness tanpa alat. Bisa dilakukan sendirian di rumah. Setelah daftar di situs resminya, saya dapat kiriman email untuk memulai sesi latihan pre-programnya yang sampai 5 minggu. Setelah sesi pemanasan itu nanti ada sesi latihan selama 15 minggu.

Apa isi latihan 15 minggu itu bisa didapatkan di Komunitas Freeletics Kaskus. Saya sarankan bagi yang mau memulai, untuk ikutan gabung dalam komunitas ini agar bisa mendapatkan jawaban atas banyak pertanyaan kita tentang freeletics. Di Jakarta sudah ada komunitas off air-nya. Ada sesi latihan bersamanya pula. Di Tapaktuan? Mana ada atuh

Tanggal 29 November 2014 jadi tanggal titik tolak. Saya dokumentasikan semua yang saya lakukan setiap hari dalam sebuah tabel sederhana di kertas kerja Excel. Mulai chest workout, abs workout, sampai freeletics-nya. Setelah ketemu freeletics ini, semua workout yang ada saya jadikan “sunnah” saja, bukan wajib. Freeletics dijadikan menu latihan utama. Karena nantinya di tugas-tugas yang diberikan freeletics sudah mencakup semua workout itu.

Tanggal itu pun bukan berarti saya langsung menjalani program yang dirancang dan diberikan oleh Freeletics.com. Tubuh saya masih harus melalui penyesuaian. Karena saya tahu batasan dari diri saya sendiri. Akhirnya mulai berkomitmen memasuki Week #1 Pre-Program Freeletics pada hari Sabtu kemarin (13/12).

Minggu pertama saya diberi tugas menyelesaikan 3 sesi. Sesi Aphrodite, Metis, dan 50 burpees, 50 squat, dan 50 sit up. Aphrodite itu sesi latihan burpee, squat, dan sit up selama lima ronde. Ronde pertama masing-masing 50 kali, ronde kedua 40 kali, ronde ketiga 30 kali, ronde keempat 20 kali, ronde kelima 10 kali. Sedangkan Metis itu sesi latihan burpee, climber, dan jump. Sebanyak tiga ronde. Ronde pertama masing-masing 10 kali, ronde kedua 25 kali, dan ronde ketiga 10 kali.

Burpee dari freeletics-experiment.blogspot.com

Saya sikat (belagu banget pakai istilah ini) Aphrodite dalam jangka waktu 1 jam lebih 32 detik walau belum sempurna gerakannya. Maklum masih pemula dan banyak istirahatnya. Syukurnya tidak seperti yang lain yang matanya berkunang-kunang dan muntah atau bahkan tidak bisa menyelesaikan semua ronde yang telah ditentukan. Barangkali karena saya dimulai dengan latihan adaptasi dulu selama dua minggu itu.

Tapi yang pasti, saya mandi keringat luar biasa dan setelah mandi segarnya pun luar biasa juga. Ini yang tidak pernah saya rasakan selama tidak berolahraga. Di Tapaktuan pula saya baru merasakannya. Barangkali ini salah satu hikmah ditempatkan di sini.

Dalam Excel saya sudah tersusun program freeletics untuk dua minggu. Untuk awalan tidak setiap hari latihan karena ada jeda untuk mengistirahatkan ototnya. Karena nanti ada juga program yang setiap harinya. Gambar before-nya sudah saya simpan. After-nya? Nantilah.

Yang terpenting dari semua ini luruskan niat untuk apa melakukan semua itu. Niatkan hanya karena Allah. Sebagai upaya melaksanakan perintah Allah. Niat mencari rida Allah. Niat cari sehat dan bukan untuk pamer. Sehat itu penting dan pondasi menjadi orang kuat.

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah Azza wa Jalla daripada mukmin yang lemah; dan pada keduanya ada kebaikan. Bersungguh-sungguhlah untuk mendapatkan apa yang bermanfaat bagimu dan mintalah pertolongan kepada Allah (dalam segala urusanmu) serta janganlah sekali-kali engkau merasa lemah. Apabila engkau tertimpa musibah, janganlah engkau berkata, “seandainya aku berbuat demikian, tentu tidak akan begini dan begitu,” tetapi katakanlah, “Ini telah ditakdirkan Allah,” dan Allah berbuat apa saja yang Dia kehendaki, karena ucapan seandainya akan membuka (pintu) perbuatan syaitan.”

Dalam kaitannya dengan olahraga ini, maka dari hadis di atas saya tertarik pada tiga hal. Pertama, mukmin yang kuat lebih baik dan dicinta Allah. Kedua, bersungguh-sungguhlah untuk mendapatkan apa yang bermanfaat bagimu. Ketiga, janganlah sekali-kali merasa lemah, maka mintalah pertolongan kepada Allah.

Lakukan freeletics dan semua olahraga ini dengan niat hanya karena Allah ta’ala, dengan kesungguhan, tidak menyerah, push beyond your limits karena tubuh kita akan senantiasa menyesuaikan, janganlah sekali-kali lemah, don’t stop when you’re tired, stop when you’re done.

Dari berbagai testimoni, ada ronde-ronde freeletics yang bikin kita serasa mau mati. Pesan mereka, “lawan dan taklukkan diri sendiri.” Bukan fightin’ you seperti yang pernah dikatakan Ali, melainkan If I want to die, I’ll die right here, right now, fightin’ with myself. Kemudian saya jadi ingat tagline freeletics lainnya, “You are not going to die because you feel a little pain.” Ya, cuma sedikit rasa sakit yang akan sembuh.

Semoga saya bisa istikamah. Tidak hangat-hangat “tet tot” ayam. Seorang dokter dan pakar transformasi, Dr Maxwell Maltz, pernah memopulerkan 21 hari membangun kebiasaan. Katanya, sebuah kebiasaan baru membutuhkan waktu 21 hari. Kegiatan olahraga sendiri sampai ngos-ngosan ini baru 14 hari saya lakukan. Semoga ketika mencapai pekan ketiganya ini sudah menjadi gaya hidup baru dan sehat.

Dua saran terakhir. Banyak minum air putih dan jaga makanan. Insya Allah.

 

***

Riza Almanfaluthi

dedaunan di ranting cemara

di tengah kesendirian menanti akhir tahun.

Tapaktuan, 14 Desember 2014

Gambar pembuka dari weheartit.com

Advertisement

3 thoughts on “RIHLAH RIZA #55: Ronde Demi Ronde

    1. UNTUK lengkapnya program pree week saya bisa di baca di blog saya tulisan berjudul: Freeletics Buat Pemula. Lengkap di sana.Itu ptogram lama. sekarang pre week cukup dua minggu. Ikuti program itu secara gratis dan selesaikan. CUma dua minggu saja.

      2016-07-28 5:46 GMT+07:00 Blog Riza Almanfaluthi :

      >

      Like

Tinggalkan Komentar:

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.