Genghis Khan dan penerusnya dari bangsa Mongol yang nomaden ketika menaklukkan Tiongkok dan mengatur administrasi pemerintahan yang wilayahnya sangat luas tetap menggunakan mesin birokrasi kekaisaran sebelumnya yang didominasi cendekiawan Konfusianisme dan berasal dari suku Han, sebagai suku asli Tiongkok.
Kucing kampung warna abu-abu itu tidur di atas keset panjang merah persis di depan pintu keluar layanan Kantor Imigrasi Jakarta Selatan. Ia terlelap walaupun kaki para tamu lalu lalang dan melangkahi tubuhnya.
Melihatnya, saya mengambil karnivora betina itu dengan hati-hati dan memindahkannya. Saya meletakkan tubuh si kucing tetap di keset merah, tetapi tidak di depan pintu persis. Ia bangun sebentar dan melanjutkan tidurnya yang asyik.
Memang ada urusan apa saya di Kantor Imigrasi Jakarta Selatan ini?
Jadi begini. Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak bekerja sama dengan Direktorat Jenderal Imigrasi menyelenggarakan program Easy Passport untuk pegawai Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak dalam rangka memperingati Hari Pajak yang jatuh pada 14 Juli 2020 lalu. Dengan program ini pegawai Direktorat Jenderal Pajak tak perlu datang ke kantor imigrasi. Kantor imigrasi yang menjemput bola dalam pembuatan paspor.
Saya dan keluarga ikut. Saya pernah menuliskan sedikit tentang acara pembuatan paspor untuk pegawai Direktorat Jenderal Pajak itu dengan judul DJP Bukan Google di sini. Nah, beberapa hari kemudian paspor itu jadi. Namun, ada sedikit masalah pada paspor anak kedua saya. Nama anak saya tidak tercetak lengkap. Seharusnya Muhammad Yahya Ayyasy Alman Faluthi, tercetak di paspor hanya Muhammad Yahya Ayyasy Alman.
Pada saat wawancara oleh petugas imigrasi, nama anak saya yang panjang itu nantinya tidak semuanya bisa ditulis di halaman utama, sisanya akan ditaruh di lembaran berikutnya. Kami mengiyakan. Ternyata setelah paspor itu jadi, sisa nama itu tidak ada di lembaran manapun di paspor.
Saya harus mengurusnya segera karena itu penting dan akan menjadi dasar dalam penulisan dokumen lainnya. Namun saya harus bertanya kepada dan menghubungi siapa? Kebetulan juga kalau Kantor Direktorat Penyuluhan, Pelayanan, dan Hubungan Masyarakat pernah mendapat kunjungan silaturahmi dari Bagian Hubungan Masyarakat Direktorat Jenderal Imigrasi.
Saya langsung menghubungi Mbak Nia, salah satu pegawai Direktorat Jenderal Imigrasi yang ikut dalam kunjungan tersebut. Saya memberitahukan persoalan ini kepada Mbak Nia.
Darinya saya mendapatkan informasi kalau saya cukup datang ke Kantor Imigrasi Jakarta Selatan dan menyampaikan ke bagian informasi tentang permasalahan itu. Untuk persyaratannya saya harus membawa dokumen anak saya berupa e-KTP, Kartu Keluarga, akta lahir, dan paspor. Saya tidak perlu booking nomor antrean layanan dan tinggal bilang kepada petugas informasi kalau saya pernah ikut program easy passport di kantor pajak.
Pada Rabu (30/9) kemarin itu saya bersama Ayyasy datang ke Kantor Imigrasi Jakarta Selatan di Jalan Warung Buncit Raya. Saya baru pertama kali datang ke sana. Situasi ramai, tetapi tidak padat. Satpam dan petugas parkir bahu membahu mengatur kendaraan yang masuk ke halaman kantor yang tidak seberapa luas.
Setelah memarkirkan motor kami masuk ke kantor imigrasi. Satpam mengecek suhu kami berdua. Masih di bawah suhu kritis, kami diperbolehkan ke dalam. Di sebelah kiri ada loket pelayanan dan di ujung ada meja informasi. Secara sebarang, saya menghampiri petugas imigrasi yang memakai seragam warna biru dan sedang berdiri di dekat loket. Di dada sebelah kanannya ada badge bertuliskan Arif.
Pak Arif menanyakan urusan saya dengan sopan. Saya mengutarakan permasalahan terkait paspor ini. Pak Arif kemudian mengajak kami ke ruangan dalam. Ia menyerahkan dua kartu pengunjung kepada kami untuk ditempelkan ke pintu masuk ruangan kantor. Kami kemudian naik ke lantai 4.
Di sana, Pak Arif mempersilakan kami menunggu di bangku tamu yang sudah disediakan. Ruang tunggunya luas dan nyaman. Hanya sedikit orang yang duduk di sana. Kurang lebih 10 menit kemudian, Pak Arif menghampiri kami sambil menyerahkan buku paspor yang halaman empatnya sudah ada tulisan nama lengkap Muhammad Yahya Ayyasy Alman Faluthi.
Wah cepat sekali. Saya tidak menyangka karena kami pikir akan susah dan lama. Oleh karena itu, kami sudah menyiapkan waktu sampai siang hari untuk urusan ini. Bahkan kami tidak diminta berkas-berkas yang sudah kami bawa. Kami hanya menyerahkan paspor asli dan tinggal duduk saja. Mereka cukup mengandalkan data-data dan dokumen digital kami yang sudah terekam dalam sistem informasi mereka. Luar biasa. Gratis lagi.
Kalau saya simpulkan dari pengalaman ini, maka penilaian atas layanan Kantor Imigrasi Jakarta Selatan untuk pengoreksian atau penambahan data paspor adalah:
- Tanggap
- Ramah
- Tidak berbelit-belit
- Tanpa banyak meja
- Cepat
- Nirkertas
- Gratis
Sebagai sesama Aparatur Sipil Negara (ASN) saya terus terang saja terinspirasi dengan pelayanan itu. Minimal, kalau ada wajib pajak butuh sesuatu maka saya harus melayani dengan baik agar mereka tidak merasa sia-sia dengan pajak yang mereka bayarkan. Saya dan Pak Arif sama-sama ASN, sama-sama menjadi abdi masyarakat.
Saya jadi teringat dengan buku yang belum terlalu lama diterbitkan, sekitar tahun 2017. Buku berjudul Etika Birokrat ini ditulis oleh Profesor Andi Rasyid Pananrangi dan Dr. Murlinah. Saya kutip secara lengkap:
“Salah satu agenda utama dan pertama yang harus dilakukan dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan birokrasi pemerintah terhadap masyarakatnya, adalah perubahan perilaku aparatur birokrasi dalam memberikan pelayanan.”
“Paradigma perilaku birokrasi harus diubah dari yang lebih condong sebagai abdi negara ketimbang abdi masyarakat diubah menjadi lebih mengutamakan peranan sebagai abdi masyarakat ketimbang abdi negara.”
“Pada hakekatnya, jika aparatur birokrasi sudah melaksanakan tugasnya dengan sepenuh hati maka sesungguhnya mereka telah melaksanakan tugasnya dengan baik sebagai abdi masyarakat maupun sebagai abdi negara.”
“Dengan perilaku aparatur birokrasi yang berorientasi pada kepuasan masyarakat, maka diharapkan melahirkan dan meningkatkan partisipasi masyarakat kepada birokrasi pemerintah dalam menyelenggarakan tugas pemerintahan, pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat. Dengan demikian maka keberadaan birokrasi pemerintah bukan hanya karena adanya dukungan legalitas formal, tetapi keberadaannya didukung dan dibutuhkan oleh masyarakat.”
Berkaca kepada sejarah, Genghis Khan dan penerusnya dari bangsa Mongol yang nomaden ketika menaklukkan Tiongkok dan mengatur administrasi pemerintahan yang wilayahnya sangat luas tetap menggunakan mesin birokrasi kekaisaran sebelumnya yang didominasi cendekiawan Konfusianisme dan berasal dari suku Han, sebagai suku asli Tiongkok. Mesin birokrat yang efektif dan efisien menjadi sangat dibutuhkan oleh siapapun pemerintahannya. Sebaliknya, menjadi pemicu kejatuhan rezim dan dinasti.
Apa pun itu saya mengucapkan terima kasih kepada Pak Arif dan Kantor Imigrasi Jakarta Selatan atas layanan terbaiknya. Saya yakin pelayanan prima yang Pak Arif berikan itu karena budaya pelayanan yang sudah terbentuk di Kantor Imigrasi Jakarta Selatan.
**
Usai semua itu, Pak Arif mengantarkan kami sampai ke bawah dan pintu keluar. Di sana, saya menjumpai kucing yang terlelap dan tak peduli langkah kaki orang-orang.
Kucing memang predator yang menyimpan energi dengan cara tidur lebih banyak daripada binatang lain. Namun, ASN bukan penidur dan predator. Ia tetap manusia, sekaligus menjadi budaknya masyarakat.
***
Riza Almanfaluthi
Dedaunan di ranting cemara
1 Oktober 2020
Foto dari laman situs web jakartaselatan.imigrasi.go.id