Berikut adalah testimoni dari Kak Johana Lanjar Wibowo saat buku Orang Miskin Jangan Mati di Kampung Ini telah tiba dalam genggamannya:
“Barangkali karena saya hanya cukup berpuas diri sekadar memublikasikan tulisan yang saya buat di blog, menyebarkan tulisan itu melalui aplikasi Whatsapp, atau mengeposkannya di akun-akun media sosial. Sebenarnya itu belumlah cukup. Membukukannya itu mesti karena ia adalah simbol dan salah satu warisan budaya. Bahkan di era ketika fisik buku berubah menjadi digital.”
Begitulah kutipan pengantar buku “Orang Miskin Jangan Mati di Kampung Ini.” Ada tanda tangan sang penulis, Riza Almanfaluthi di halaman depan buku ini. Sebuah pesan hinggap, “Untuk Kak Jo, Ditunggu bukunya, yah…”
Sebuah inspirasi dan dorongan semangat untuk terus menulis. Maklum, produktivitas untuk menghasilkan sebuah karya, entah mengapa menurun. Padahal, targetnya satu bulan minimal satu tulisan. Entah mengapa (lagi), penulis genre tulisan opini teknis akademis soal fiskal dan perpajakan yang karyanya bisa disimak di www.johanalanjar.id ini susah sekali banting setir ke tulisan feature atau yang agak “nyastra.”
Pernah dulu, istri saya nyeletuk. Mbok ya sekali kali bikin cerita fiksi, gak melulu soal pajak katanya. Sering kali disodorin tema, mungkin istri berharap bisa jadi puisi atau apalah itu. Tapi akhirnya tetap berupa tema yang disodorin tadi.
Sinopsis buku ini bisa dilihat di laman ini.
Untuk pemesanan buku silakan mengisi formulir Google ini.