Entah kenapa air yang mengalir keluar dari salah satu kran dispenser di ruang kerja kami begitu kecilnya.
Teman saya menyeletuk, “Apakah kerajaan kecoak sudah mulai menutup lubang keluar air dispenser?”
Coro berwarna coklat dengan perawakan kecil ini memang bersimaharajalela di sudut-sudut kantor kami. Ini memungkinkan tumpukan kunarpa satoan ini menyumbat kran dispenser. Perlu dicek segera.
“Gen kita tercampur gen kecoak,” tukas saya.
Kita tentunya tahu di setiap tingkat kehidupan yang berbeda mempunyai parasit tersendiri. Di dalam usus hewan ada cacing, dalam darah cacing ada bakteri, dalam sel bakteri ada virus.
Sebuah gumaman tak karuan, hasil membaca buku bertemakan tentang gen manusia dan menceritakan kisah berikut.
Tubuh remaja putri berumur lima belas tahun, Dawn Ashworth, ditemukan tewas di semak-semak berduri dekat desa Narborough, Leicestershire, Inggris pada 2 Agustus 1986 setelah diperkosa dan dicekik terlebih dahulu. Seorang porter rumah sakit bernama Richard Buckland mengaku kepada polisi sebagai pembunuhnya sepekan kemudian.
Tiga tahun sebelumnya, Lynda Mann, juga dari Narborough, tewas setelah diperkosa, dicekik, dan ditinggalkan di sebuah lapangan terbuka. Kedua pembunuhan ini mirip, tetapi Buckland menolak mengaku sebagai pelaku pembunuhan pertama.
Untuk membantu kerja polisi, Kepolisian Leicester setempat mengundang ilmuwan bernama Alec Jeffreys yang sedang meneliti sidik jari genetik melalui DNA. Polisi ingin memastikan kebersalahan Buckland. Jeffreys menyanggupi.
Polisi memberikan air mani yang tertinggal di tubuh kedua korban untuk dicocokkan dengan sampel darah Buckland. Jeffreys menguji sampel tersebut. Hanya dalam waktu seminggu, Jeffreys menemukan berbagai tanda yang identik di kedua sampel itu dan memastikan bahwa sampel berasal dari pria yang sama. Tentu bukan air mani milik Buckland.
Kasus yang hampir ditutup itu memberikan kesimpulan, Buckland bukan pembunuh dua gadis. Kepolisian Leicester menolak keras kesimpulan itu. Jeffreys mengulang percobaannya, Kepolisian juga. Hasilnya tetap sama. Akhirnya, meskipun enggan, Kepolisian Leicester membatalkan kasus Buckland. Untuk pertama kalinya dalam sejarah, urutan DNA menjadi bukti valid dan membebaskan seorang yang tidak bersalah.
Lima pekan setelah kematian Ashworth, Polisi menggelar uji darah kepada 5500 laki-laki Narborough untuk mencari sidik jari genetik. Tidak ada yang cocok.
Sampai suatu ketika, karyawan pabrik roti di Lesicester bernama Ian Kelly menceritakan kepada teman-temannya bahwa ia mengikuti tes darah itu atas suruhan kawannya yang bernama Colin Pitchfork. Pitchfork malah bercerita kepada Kelly kalau dirinya merasa sedang dikejar-kejar polisi.
Teman Kelly yang mendengar kisah Kelly melaporkan kepada polisi tentang cerita itu. Pitchfork akhirnya ditangkap. Tanpa banyak bertele-tele Pitchfork mengaku kepada polisi. Sidik jari DNA-nya cocok dengan kedua sampel. Pitchfork dijatuhi hukuman seumur hidup setelah satu setengah tahun tubuh Ashworth ditemukan.
Cerita yang muncul pada buku yang ditulis Matt Ridley berjudul Genom: Kisah Spesies Manusia dalam 23 Bab ini adalah sedikit dari yang saya pahami di buku itu. Ini seperti mengulang pelajaran biologi semasa SMA dulu. Lebih membuat kening berkerut.
Jadi tubuh manusia itu terdiri atas sekitar 100 triliun sel yang kebanyakan berdiameter 0,1 milimeter. Di dalam tiap sel ada sebuah gumpalan hitam yang disebut nukleus. Di dalam nukleus ada dua perangkat lengkap genom manusia. Jika kita mengibaratkan genom sebagai sebuah buku. Maka buku itu terdiri dari 23 bab yang disebut kromosom. Tiap bab berisi beberapa ribu cerita yang disebut gen.
Setiap bab itulah yang diceritakan dalam buku ini. Kromosom mana yang gen-gennya berperan sebagai perekam sejarah masa lalu, berperan sebagai takdir, pencetus penyakit, muasal dari stres, dan lain sebagainya.
Ridley pada intinya menyodorkan satu hal yang bisa disebut sebagai penyederhanaan dari semuanya bahwa kita adalah jejak sekaligus penerus masa lalu sejak empat miliar tahun yang lampau. Penerus dari makhluk bersel tunggal.
Kita mafhum Ridley berdiri di pihak pendukung teori evolusi ketimbang teori penciptaan. Ia satu mazhab dengan Carl Sagan yang telah menulis tentang semesta: Kosmos. Carl Sagan sendiri yang bilang bahwa manusia diciptakan dari debu-debu angkasa.
Kembali kepada sidik jari DNA, pemeriksaan genetik pada saat ini semakin lebih maju lagi daripada pertama kali digunakan. Keandalannya menakjubkan dengan pemeriksaan pada sampel kecil jaringan tubuh seperti ingus, ludah, rambut, atau tulang dari tubuh yang sudah lama mati.
Teknik pemindaian sidik jari DNA itulah yang memastikan identitas jenazah Josef Mengele yang digali lagi dari kuburnya pada 1990. Mengele adalah seorang perwira SS Jerman dan seorang dokter di kamp konsentrasi Auschwitz milik Nazi yang melakukan percobaan medis dengan amat mengerikan kepada para tawanan.
Teknik ini, tulis Ridley lagi, digunakan untuk memastikan mani siapa yang menodai pakaian Monica Lewinsky dalam kasusnya melawan Presiden Amerika Serikat Bill Clinton. Juga untuk mengidentifikasi turunan tidak sah Presiden Amerika Serikat yang ketiga Thomas Jefferson.
Catatan penggunaan teknik pemindaian ini menyelip di halaman buku tebal Ridley. Buku yang membawa niat utama Ridley: memerangi kesan bahwa fungsi utama gen adalah menyebabkan penyakit.
Melanjutkan gumaman saya di atas, kepada teman-teman kerja, saya hanya bisa berceloteh tentang dispenser itu, “Semoga tak ada yang jadi Cochkroachman.”
***
Riza Almanfaluthi
dedaunan di ranting cemara
Argo Parahyangan, 27 Juli 2019
blog baru…..
LikeLiked by 1 person
siap
LikeLike
bukan mani kecoak tentunya
LikeLiked by 1 person
hahaha iya mas
LikeLike