Jakarta pagi ini sangatlah muram. Hujan menderasi apa yang menyudut di kota ini. Saya harus berangkat lebih awal untuk menyambut peserta Workshop Kontribusi Konten yang berdatangan dari seluruh penjuru tanah air.
Dari Stasiun Cawang saya jelas tidak akan pergi ke tempat mangkal bus APTB yang jauh itu. Saya tak bawa payung sama sekali. Ojek daring juga bukan pilihan karena ordernya yang lama sekali. Saya tahu dari percakapan yang ada di grup.
Pilihan ideal adalah ojek pangkalan dan saya memilih abang ojek yang jas hujannya paling lebar agar saya bisa berteduh dan tidak kebasahan.
Dan selama perjalanan ke kantor itu, saya tak melihat jalanan, saya hanya melihat punggung abang ojek berjaket merah itu. Tapi tetap saja, walaupun diselubungi jas hujan yang lebar itu sebagian saya basah. Basah?
Sebasah-basahnya tubuh yang dihujani rinainya, tak sebasah jiwa yang dihujani kenangan. Dan tahukah kamu apakah itu kenangan? Aku beritahu kepadamu, sesungguhnya kenangan adalah ibu dari segala kerinduan.
Maka di pagi ini, saya ucapkan kepada Anda sekalian, selamat datang di Jakarta, selamat berhujan-hujan, selamat mengenang-ngenang, selamat merindui, dan dirindui. 🙂
Riza Almanfaluthi
dedaunan di ranting cemara
Lantai 3, 27 September 2017