Sedang membaca sajak, doa, atau sebentuk apa?
jejak nafasmu masih tercetak
di permukaan kopi
seperti jejak nafasku masih tertanda
di permukaan kulitmu
ceceran kopi di punggung-punggung cangkir yang putih
seperti ceceran ingatan di lekuk-lekuk tubuhmu yang bening
di malam yang kesorean, kita saling bergumul
mana yang paling bertahan lama berkarib dengan waktu
kau dan aku
memang sepasang yang ganas
pada bunyi dentang besi empat kali dari pos ronda
aku pulang, kau tinggal
tercecer jejak-jejak rindu di belakang
di mana-mana
di genting,
di jalanan,
di sekujur raga alam
rinaimu memang tak pernah selesai
***
riza almanfaluthi
dedaunan di ranting cemara
Bogor, 14 Juni 2017