rinainya menyala-nyala dengan cinta
tak pernah minggat dari tanah ini
tiga hari tiga malam
mengembara berjinjit-jinjit
sembunyi di balik rumput
sebagiannya menjadi asa
yang tumbuh di kepala
akarnya ceracau
rantingnya puisi
daunnya ribang
buahnya sekotak dingin
yang terjengkang di atas tubuhku
dihantam sekerat sunyi
dan setumpuk mimpi yang antri
kalau begitu kita khatamkan sama-sama
segara huruf dalam berjilid-jilid buku
yang berjudul:
engkau.
***
Riza Almanfaluthi
dedaunan di ranting cemara
Tapaktuan, 17 Oktober 2016