FREELETICS WOCHE 15: 300! My Hell Week



Tiga ratus orang Sparta, menghalangi ratusan ribu pasukan Persia di sebuah celah sempit “Gerbang Panas” Thermophylae, 2495 tahun lalu. Unjuk kekuatan itu melegenda. Menjadi sebuah simbol atas sebuah kegigihan dan kekuatan melawan sebuah kemustahilan.

**

Hujan di Jumat (17/4) pagi itu tak henti-hentinya mengguyuri Tapaktuan. Derasnya tak terkatakan lagi. Kalau sudah demikian walaupun durasinya sebentar alamat mes akan kebanjiran. Dan betul, Bang Koen dan Bang Toels yang berjaga di sana sudah beri pesan kalau air sudah mulai naik. Terpaksa saya cabut dari kantor untuk menyelamatkan apa yang bisa diselamatkan.

 

Halaman mes sudah banjir setinggi paha ketika saya datang. Dua orang teman sudah mulai membersihkan mes dengan alat pel. Kamar saya hampir kebanjiran. Kasur masih selamat. Segera saya bereskan semuanya. Saya angkat barang-barang ke atas meja. Antisipasi kalau banjir datang kembali.

Air datang dari gunung di belakang kami. Saluran air kecil di Kampus STAI yang berada di sebelah kanan mes kami tidak muat lagi menampung limpahan air dan meluber ke belakang mes lalu mengalir ke depan. Serbuan air ini datang dari belakang dan depan. Dari depan karena got depan mes pun sudah tak cukup lagi menerima debit air. Yang pusing karena banjir ini adalah rumah dinas orang kejaksaan yang berada di sebelah kiri mes kami. Kalau hujan sedikit saja mereka harus berjaga-jaga.

Syukurlah hujan berhenti tak lama saya datang di mes. Setelah beres-beres sedikit kami kembali ke kantor. Kami tak tahu kalau itu baru persekotnya saja walau jalanan Tapaktuan sudah banyak yang tergenang. Ya, sorenya hujan kembali datang dan kali ini kami tiba terlambat ke mes. Air sudah banjir menggenangi mes. Sudah masuk kamar saya dan melahap barang yang masih tertinggal di lantai. Charger laptop, kipas angin, dan obat nyamuk listrik sudah basah kena air. Tapi saya yakin ini barang masih bisa dipakai.

Hujan terus turun setelah Magrib. Air di mess sudah setinggi mata kaki. Barang-barang sudah banyak yang mengapung. Kamar Oji Saeroji yang biasanya anti banjir sekarang sudah dilahap air. Kami bertiga pun hanya bisa pasrah. Duduk di atas kursi sambil kaki terendam. Karena hujan terus menerus turun dan tak memberikan jeda makanya kami hanya diam saja. Soalnya air pun tak bisa kami keluarkan dari dalam. Bagaimana mungin bisa kalau air dari luar mes masih memborbardir kami. Saya tak bisa membayangkan kalau saya sendirian waktu itu.

Jam sembilan malam barulah reda. Maka kami mulai bekerja keras mengepel lantai. Minimal mengeringkan lantai kamar agar bisa digelar kasur. Satu jam lebih kami bekerja. Dan ini cukup menguras tenaga kami. Kamar saya sudah kering dan saya menyempatkan diri untuk packing karena besok Sabtu malam saya harus pergi dinas ke Jakarta.

Selagi kami beres-beres, orang kejaksaan datang ke kami. Komplain. Mereka ingin kami membersihkan saluran depan mes kami yang menurut mereka banyak sumbatan yang menghalangi air hujan turun ke laut. Mereka yang dirugikan jadinya. Ok, komplain kami terima besok kami cek saluran air kami.

Jam sudah menunjukkan waktu pukul setengah satu pagi. Hujan yang tadinya rintik-rintik akhirnya deras kembali. Dan tidak perlu menunggu waktu lama air pun masuk kembali.Saya kaget. Saya masih packing waktu itu terkejut dengan cepatnya air masuk ke mes kami lagi. Saya segera angkat kembali segala barang terutama tas yang sedang saya susun. Lalu membangunkan Bang Tulus. Bang koen tak bisa dibangunkan lagi. Kecapekan. Kelelahan. Ya sudah kami berdua segera menghalau air yang sudah terlanjur masuk itu. Kami membuat barikade kembali di setiap pintu dengan terpal.

Syukurnya hujan mereda. Tapi itu sudah membuat kami terjaga sampai jam setengah dua dinihari. Saya sudah tak kuat. Mata ingin terpejam apalagi setelah Shubuh itu saya melakukan latihan terakhir Freeletics di minggu kelima belas ini. Hujan dan banjir ini adalah yang terbesar selama 19 bulan keberadaan saya di Tapaktuan bahkan selama keberadaan dua senior saya di atas. Dengan suasana kamar lembab dan lelah yang mendera, akhirnya saya tertidur. Besok masih harus kerja keras lagi mengeringkan apa yang bisa dikeringkan di mes kami. Saya berharap hujan ini cukup sampai di sini.

Cerita hujan itu adalah cerita yang menyelingi akhir pekan ke-15 Freeletics saya. Akhirnya bisa juga saya konsisten akan sesuatu. Selama 15 minggu saya berkutat dengan Freeletics atau kalau dihitung dengan minggu percobaan maka sudah 18 minggu hari-hari saya diwarnai perjuangan bersama Freeletics. Hasilnya? Insya Allah memuaskan. Ratusan workout, ribuan repetisi saya lalui dengan perjuangan dan pengorbanan. Di situlah saya merasa menjadi tahu arti hakiki dari dua kata itu. Perjuangan dan pengorbanan.

18 Minggu

173 Workout

113.233 meter lari

7246 Burpee

7150 Jumping Jack

6871 Situp

6127 Squat

4540 Climber

3885 Pushup

1878 Pullup

1050 Leg Lever

1000 Deep Squat

540 High Jump

435 Jackknives

140 Hand Stand Pushup

Itu yang saya lakukan. Dan merasakan sekali di minggu terakhir itu betapa tenaga saya terkuras begitu rupa. Berasa banget laparnya sampai saya tak tahan untuk banyak makan. Terutama suplai karbohidratnya. Minggu neraka dengan setiap hari tanpa jeda latihan. Dan setiap harinya dengan banyak workout. Ini menu latihan minggu kelima belas itu.


Waowtantangannya adalah kerjakan semua latihan yang ada. Hasilnya sebagai berikut:


Mempertimbangkan ketersediaan waktu yang ada, saya acak latihannya. Jadi tidak urut sesuai menu yang disediakan. Ada latihan yang harusnya beberapa hari saya jadikan satu, dan ini bikin saya tepar.

Hari pertama, Aphrodite. Saya mampu buat Personal Best di bawah angka 20 menit. Alhamdulillah. Tiga hari yang menyeramkan adalah Selasa, Rabu, dan Kamis. Minimal tiga sampai empat workout. Kadang saya bagi di pagi dan sore hari. Kadang dibabat habis semuanya di pagi hari sebelum berangkat ke kantor. Mengejutkannya adalah banyak PB yang saya buat di minggu itu. Selain PB Aphrodite, ada PB Squat Max, Artemis, Hades, Zeus, dan Metis. Yang terakhir ini bisa menyentuh angka 5.

Karena menyangkut ketersediaan waktu dan tenaga maka di minggu itu saya tidak menyengaja lari 5K atau 10K. Fokus saya adalah bagaimana sebisa mungkin spartan menyelesaikan minggu kelima belas ini dengan berhasil dan selamat. Dan bisa! Kalau saya saja bisa maka Anda pun seharusnya bisa. Yang penting ada kemauan, pengorbanan, dan perjuangan untuk melawan sebuah kemustahilan. Coz’ Impossible is just a word.

Telah usai 15 minggu. Dan ini belumlah berakhir

***

Riza Almanfaluthi

dedaunan di ranting cemara

25 April 2015


Advertisement

2 thoughts on “FREELETICS WOCHE 15: 300! My Hell Week

Tinggalkan Komentar:

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.