Cerita-cerita Kecil: Guru Gendeng dan Pekuburan yang Sepi


Guru Freeletics
Jumat, 19 Januari 2018

Dalam dunia persilatan ada banyak orang ingin menjadi murid dari ahli silat yang gendeng itu. Tetapi saking gendengnya, dia tidak mau menerima murid untuk meneruskan kesaktiannya yang digdaya.

Ia bersikap begitu karena kebanyakan mereka yang ingin menjadi muridnya itu cuma menang di awal saja, tetapi lemah di tekad dan tak punya nafas panjang. Belajar dari pengalaman masa lalunya maka ahli silat gendeng itu mencoba untuk sangat selektif menerima murid.

Baca Lebih Lanjut.

Advertisement

26 PERMINTAAN


26 PERMINTAAN

 
 

“Mi…saya sudah mengumpulkan doa-doa yang hendak Abi panjatkan di sana. Yang pertama apa coba?”    tanya saya.

    “Paling nikah lagi,” jawabnya.

    “Kok tahu?” tanya pura-pura.

    “Tahulah, tetapi nanti Umi akan balas dengan doa yang lain.”

    “Jangan begitu. Tetapi jawaban Umi salah besar. Bukan itu.”

“Emangnya apa?”

“Abi dan keluarga bertemu muka dengan Allah,” jawab saya, “Itu yang pertama.”

“Yang kedua?”

“Abi, Umi, dan anak-anak bisa satu kavling dengan kanjeng Nabi Muhammad saw.”

“Mustahil…” jawabnya.

“What…? Enggak boleh ngomong kayak gitu. Kalau doa saja sudah dimulai dengan sebuah ketidakyakinan bagaimana doa akan bisa terkabul?”

“Bukan begitu sih, susah soalnya,” elaknya.

“Namanya juga doa. Ya minta saja yang paling tinggi. Dan bukankah kanjeng nabi juga sudah memberitahu jalannya untuk bisa deket-deketan sama beliau? Sayangi anak yatim salah satunya. Tidak ada yang mustahil jika kita minta kepada Allah.”

*

Dialog itu terjadi setelah mendengarkan ceramah manasik haji yang disampaikan oleh Ustadz Muchtar Ilyas di Masjid Muammar Qaddafy, Sentul, Bogor, Sabtu (23/7). Katanya di Indonesia itu tidak ada tempat mustajab untuk terkabulnya doa, yang ada hanyalah saat-saat mustajab. Saya jadi teringat saat-saat itu antara lain adalah di antara adzan dan iqomat, sujud terakhir, di antara dua khutbah jum’at, antara hujan deras dan hujan gerimis, menjelang berbuka puasa. Sedangkan di tanah suci, lanjutnya lagi, selain saat-saat mustajab juga terdapat tempat-tempat mustajab doa salah satunya di multazam.

“Bapak-bapak dan Ibu-ibu, silakan berdoa dan minta apa saja kepada Allah di sana. Pakai bahasa Indonesia jika tidak hafal doa-doa dalam bahasa Arab itu. Karena percuma saja kalau kita berdoa tetapi tak tahu apa arti dan maksud dari doa tersebut. Jadi tak masalah berdoa pakai bahasa Indonesia. Setiap kita bukankah punya masalah masing-masing? Maka kumpulkan setiap permintaan, keinginan, dan doa itu, catat, dan kalau bisa dilaminating,” katanya.

    Akhirnya saya berkeinginan untuk merekapitulasi segala keinginan saya dalam bentuk doa yang akan dipanjatkan di sana. Pun, beberapa hari lagi akan datang Ramadhan Mubarak, maka tidak ada salahnya kalau saya rekap segala harap saya itu untuk kelak saya panjatkan kepadaNya di saat yang paling tepat. Kayak kucing yang tekun mengintai mangsanya dan tahu betul kapan saatnya menerkam.

    Yang terpenting pula adalah doa itu senantiasa dipanjatkan secara kontinyu dan terus menerus. Ibarat kucing yang terus lengket dikaki kita, mengeong terus, tak mau pergi sebelum ia benar-benar diberi kepala ikan oleh kita.

Ini dari hati nurani yang paling dalam, setelah dipikir-pikir sejenak dan lama, lalu sebagiannya ditulis spontan dalam waktu sepeminuman teh. Semoga dikabulkan semuanya oleh Allah.

  1. Saya dan keluarga dapat menatap wajah Allah;
  2. Saya dan keluarga satu kavling surga di Firdaus dengan nabi Muhammad saw dan dekat dengan beliau;
  3. Bapak dan ibu selamat dunia akhirat;
  4. Kami sekeluarga dijauhkan dari neraka;
  5. Menjadi orang yang senantiasa mencintai Allah dan dicintai Allah;
  6. Ditutupinya aib-aib dari pandangan manusia di dunia dan akhirat;
  7. Istri shalihat;
  8. Anak shalih dan shalihat;
  9. Anak seketurunan ke bawah cerdas, kuat fisik, mental, harga dirinya, dan sehat-sehat;
  10. Diberikan rizki yang halal, banyak, baik, berlipat-lipat, dan berkah;
  11. Dijauhkan dari hutang;
  12. Bapak diberikan kesembuhan dan khusnul khotimah;
  13. Umur yang panjang dan berkah;
  14. Diberikan akhir yang baik.
  15. Senantiasa bermanfaat bagi yang lain;
  16. Menjadi orang yang gampang berbagi, dengan dunia dipegang di tangan bukan di hati;
  17. Menjadi orang yang pemaaf;
  18. Menjadi orang yang tidak mudah marah;
  19. Menjadi orang yang punya stok sabar yang berlimpah;
  20. Menjadi teman dan tetangga yang baik serta diberikan teman dan tetangga yang baik;
  21. Senantiasa ditunjukkan yang benar itu benar untuk dapat mengikutinya, dan yang salah itu salah sehingga dapat menjauhinya;
  22. Menjadi orang yang mampu untuk menyuarakan kalau hak itu adalah hak, kalau salah itu adalah salah;
  23. Diberikan hati yang peka terhadap penderitaan saudara sedarah dan seiman;
  24. Menjadi orang yang mudah untuk melakukan amal kebaikan;
  25. Dijauhkannya saya dan keluarga dari bala dan musibah;
  26. Masjid Al-Ikhwan senantiasa menjadi masjid yang penuh keberkahan, begitupula dengan RT.11, RW.17, DJP tempat saya bekerja, dan negeri Indonesia yang tercinta.

Itu yang terpikirkan. Itu saja sudah banyak banget. Dan kalau ditulis semua yang baca pasti bosan. Tetapi tak apa celamitan pada Allah asalkan tidak pada manusia. Allah Al Ghoniy. Allah maha kaya. Allah suka sekali diminta. Kalau tidak minta-minta padanya kita kayak jadi orang sombong. Dan dari ke-26 pinta itu inginnya saya rangkum menjadi doa seperti ini:

“Ya Allah jadikan aku orang yang selalu dikabulkan doanya oleh Allah SWT.”

    Jadi tak perlu doa banyak-banyak di waktu dan tempat yang mustajab itu. Cukup itu saja. Kalau diterima Allah, wah di mana saja dan kapan saja bisa doanya selalu terkabul. Enaknya…dan pengennya… . Dasar manusia, pengen enaknya aja. Kanjeng Nabi enggak seperti itu.

    Detik ini ya Allah, kabulkanlah 26 permintaan saya itu dan kabulkan doa seluruh kawan-kawan saya di mana pun ia berada. Amin.

***

 
 

Riza Almanfaluthi

dedaunan di ranting cemara

Ada 2 dan 1 surat terkungkung dalam besi terkunci rapat,

dan aku tak punya kuncinya

21.58 24 Juli 2011

 
 

    Tags: muchtar ilyas, bpih, Masjid Muammar Qaddafy, Sentul, Bogor, firdaus,