Sepasang Mata Tenggelam


Di bawah pohon rambutan ia berhenti, mengais tumpukan sampah sisa-sisa pesta semalam.

Dicarinya kardus, gelas, dan botol plastik, kalau beruntung spanduk capres dan calon wakil rakyat yang bolong-bolong, dimainkannya batang besi berujung kait hingga ke dasar tong, tangan kayu berurat naga diayun nasib.

Didoronglah gerobak menuju pengepul demi menemukan limpul. Tauke sedang berbaik hati. “Kue keranjang untuk istri kau. Sehatnya itu.”

Di ujung pulang, ia melamun dua lengan kurus dihajar tebese menyambut dengan sepasang mata tenggelam, tanpa dasar, tanpa bayang.

***
Riza Almanfaluthi
10 Februari 2024

Menjadi Cermin


Apa kabarmu? Apakah engkau menjumpaiku dalam mimpimu semalam? Atau mengeram amarah dalam pikirmu pagi ini? Aku ingin menjadi cermin tempatmu memandang sepasang telaga yang tak sanggup kurenangi dan kumengerti. Kekosongan adalah potongan kertas-kertas kecil yang kutaburkan di atas permukaannya. Berisi huruf-huruf puisi dan ketololanku merayakan kehilangan dengan secangkir kopi.

***
Riza Almanfaluthi
4 September 2020