Sepasang Mata Tenggelam


Di bawah pohon rambutan ia berhenti, mengais tumpukan sampah sisa-sisa pesta semalam.

Dicarinya kardus, gelas, dan botol plastik, kalau beruntung spanduk capres dan calon wakil rakyat yang bolong-bolong, dimainkannya batang besi berujung kait hingga ke dasar tong, tangan kayu berurat naga diayun nasib.

Didoronglah gerobak menuju pengepul demi menemukan limpul. Tauke sedang berbaik hati. “Kue keranjang untuk istri kau. Sehatnya itu.”

Di ujung pulang, ia melamun dua lengan kurus dihajar tebese menyambut dengan sepasang mata tenggelam, tanpa dasar, tanpa bayang.

***
Riza Almanfaluthi
10 Februari 2024