Siang itu, Rabu, 11 Januari 2022, saya kedatangan tamu. Mereka adalah teman-teman dari Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Gambir Tiga: Bu Dyan Purwanti dan Mbak Tri Juniati Andayani.
Buat saya, kedatangan tamu ke kubikel adalah tanda keberkahan. Eh, benar. Mereka memberikan dua buku kepada saya. Yang pertama berjudul Atomic Habits yang ditulis oleh James Clear. Buku kedua berjudul Catatan Harian Fiskus: Menyelami Zona Abisal dari Mulut ke Buku.
Bersama Ibu Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.
Ketika dihubungi oleh tim Kementerian Keuangan untuk menjadi salah satu anggota tim penulis buku Kisah di Balik Presidensi G20 Indonesia di pertengahan Agustus 2022 saya langsung mengiyakan.
Saya baru tahu di kemudian hari kalau dari Direktorat Jenderal Pajak ada dua orang lagi yang direkrut menjadi penulis yaitu Farchan Noor Rachman dan Tifara Ashari.
Saat membaca pesan Whatsapp di grup alumni SMA Negeri Palimanan pada petang ini, saya terkejut dengan sebuah tangkapan layar yang dibagikan salah satu kawan saya.
Isinya memberi kabar bahwa salah satu guru kami Bapak H Agus Sudjono meninggal dunia lima hari sebelumnya. Innalillaahi wainnailaihi roji’uun.
Stadion Hillsborough, Sheffield, Inggris saat ini.
Takdir menyelamatkan Steven George Gerrard. Namun, tidak dengan sepupunya.
Seandainya ia mendapatkan tiket menonton secara langsung pertandingan sepakbola di semifinal piala FA antara Liverpool dan Nottingham Forest pada 15 April 1989, bisa jadi ia tidak akan pernah menjadi Kapten Sepakbola Liverpool dan tim nasional Inggris kelak.
Sulit untuk tidak jatuh hati pada karya bikinan Riza Almanfaluthi kali ini.
Dalam karya beliau berjudul “Kita Bisa Menulis”, saya beroleh afirmasi di tengah rimba kebimbangan untuk konsisten berkarya dalam dunia tulis menulis. Bahwa saya harus tetap berkarya lewat tulisan, menuangkan gagasan, dan lebih dari itu yakni mewariskan kenangan untuk anak cucu saya nanti. Oleh sebab itulah, patut kiranya saya berterima kasih kepada Riza yang lewat karyanya telah membantu saya beroleh nyala api semangat.
Ada lima aspek yang wajib dipenuhi jika perusahaan ingin mendapatkan karyawan berkualitas terbaik.
Manajer Operasional Daya Talenta Indonesia Mayya Indriastuti mengemukakannya dalam buku elektronik berjudul Mengenal Gaya Pekerja Milenial. Pusat Data dan Analisa Tempo menyusun buku yang terbit pada tahun 2021 itu.
Yusuf mengambil secarik kertas kosong untuk menuliskan daftar pekerjaan yang hendak diselesaikan seharian itu. Yusuf melakukannya setiap pagi sebelum bekerja.
Itu yang disebut sebagai merencanakan. Yang membedakan Temujin dan laki-laki seumurannya di seluruh Mongolia adalah Temujin membuat rencana, sedangkan yang lain tidak. Kelak dari sana, ia kemudian menyematkan namanya menjadi Jengish Khan dan mewariskan cikal bakal kemaharajaan yang luasnya tidak pernah tertandingi sampai saat ini.
Riza Almanfaluthi membagi pengalamannya dalam menyunting konten di situs web pajak pada acara Lokakarya Kontributor Konten di Legian, Kuta, Bali pada 2017 silam.
Saya senang sekali banyak pembaca buku yang merasakan manfaat luar biasa dari buku Kita Bisa Menulis, Belajar kepada Mereka yang Tak Menyerah. Mereka pun tanpa diminta memberikan testimoni, telaahan, resensi untuk buku ini.
Saya meyakini satu hal: buku itu sangat-sangat memberikan wawasan baru dan banyak tentang menulis dari mula buat pembaca. Bukan dalam rangka meninggikan persona saya pribadi ataupun ‘ujub, pada saat saya iseng-iseng membaca buku itu lagi, saya juga senantiasa terbarukan, seperti banyak diingatkan, seperti membaca tulisan orang lain, dan banyak yang masuk ke kepala saya lagi.
Maka saya dengan sungguh-sungguh mengatakan, insyaallah, buku ini benar-benar manfaat buat pembaca karena ditulis dengan bahasa yang sederhana, diberikan contoh-contoh yang mudah, sehingga tidak meninggalkan pembaca dalam kebingungan dan sejuta tanya, dan komplet. Walaupun tentu, saya menyadari bahwa buku ini tidaklah sempurna. Namun, saya yakinkan bahwa buku ini layak untuk dimiliki dan dibaca.
Tanpa berpanjang kata lagi, mari kita baca apa pendapat Mas Herry Prapto atau Pradirwan ini usai membaca buku Kita Bisa Menulis, Belajar kepada Mereka yang Tak Menyerah. Selamat membaca.
**
“Jurnalistik adalah ilmu paling mendasar yang harus diketahui oleh semua penulis.” – Gola Gong.
Saya terkesiap membaca kalimat yang saya temukan di halaman 32 buku “Kita Bisa Menulis” karya Pak Riza Almanfaluthi itu. Betapa tidak, jurnalistik menjadi dunia yang sempat saya tekuni dalam 7 tahun belakangan ini. Namun, saya baru mengetahuinya hari ini.
Pak Riza mengutip lead (paragraf pembuka) yang ditulis Jonru dan disebarkan melalui milis Forum Lingkar Pena (FLP) pada 20 Juli 2009.
Di pertengahan Juli 2022, pada saat membuat buku ini, saya membeli secara daring sebuah buku yang ditulis oleh Carol Dweck, Ph.D. dan berjudul Mindset, Mengubah Pola Berpikir untuk Perubahan Besar dalam Hidup Anda.
Di sana saya menemukan sebuah kutipan menarik dari Robert Sternberg, psikolog Amerika Serikat dan pencetus teori segitiga cinta. Ia berkata, “Faktor terpenting yang menentukan bagaimana seseorang mencapai keahlian tertentu bukanlah kemampuan yang sudah melekat sebelumnya, melainkan usaha keras dengan maksud yang jelas.”
Tahukah Anda kalau masih ada 2,7 juta penduduk Indonesia yang tidak bisa membaca?
Beberapa perjalanan saya keluar daerah karena penugasan selalu diiringi dengan diskusi dunia penulisan dan perbukuan.
CEO Maghza Pustaka Iqbal Dawami, jauh-jauh dari Pati, datang menemui saya di sebuah lobi penginapan di Yogyakarta. Kami mengobrol intens selama dua jam sambil meminum kapucino dan memakan pisang goreng. Kudapan lezat itu dimasak langsung oleh koki penginapan.