Review Buku: Saya Setuju, Kita Bisa Menulis


Beberapa waktu lalu ada salah satu pembaca buku membuat review, reviu, telaahan, atau resensi buku Kita Bisa Menulis, Belajar kepada Mereka yang Tak Menyerah.  Nama penanya adalah Salman Cakil. Saya mengucapkan terima kasih tak terhingga kepadanya.

Langsung saja kita baca ulasannya. Semoga bermanfaat mengenal buku ini lebih dalam.

**

Sebuah ulasan dari Salman Cakil untuk sahabat saya, Kang Riza Almanfaluthi.

Buku sampul merah berjudul Kita Bisa Menulis karya Kang Riza sejatinya saya terima sekitar satu minggu yang lalu. Namun, saya baru sempat membacanya hari ini. Untuk bagian yang saya anggap penting, alhamdulillah, buku ini tuntas saya baca dari awal hingga akhir dalam waktu sekitar enam jam. Agak lambat memang. Saya masih menyela waktu membaca dengan beragam aktivitas.

Buku ini memang menarik. Sama seperti kesan pemberi Kata Pengantar yaitu Pak Frans, seorang Staf Ahli Menteri Keuangan. Saya pun menemukan beberapa bagian menarik yang barangkali layak untuk disorot dan dibahas.

Pertama, ulasan komprehensif tentang dunia penulisan dari mulai persiapan sampai dengan penerbitan. Kedua, penggunaan bahasa yang sederhana, tetapi tertata dan rapi. Persis dengan sosok Kang Riza yang saya kenal sebagai editor naskah pada situs web milik DJP.

Meskipun pada beberapa bagian Kang Riza masih menulis kata kerja dengan akhiran “–kan” ketika setelah subjek kalimat. Mestinya akhiran yang tepat adalah –i. Misal pada halaman 14 tertulis: “Suatu ketika, tepatnya pada tahun 2011, kantor saya menugaskan saya untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan…”.

Kata menugaskan mestinya diganti dengan menugasi. Jika ingin tetap menggunakan akhiran –kan, kalimatnya bisa diganti dengan “kegiatan mengikuti pendidikan dan pelatihan ditugaskan kepada saya”.

Demikian juga paragraf ke-2 halaman 15 tertulis: “… kemudian saya ditugaskan kembali oleh kantor…” Saya berharap semoga kekeliruan tidak ada di halaman lain.

Meskipun demikian, kesalahan kecil ini tidak menjadi riak bagi kesempurnaan buku ini. Meminjam kalimat pujian netizen masa kini saya ingin mengatakan, “Amazing banget…!”

Ketiga, banyak kesamaan antara apa yang Kang Riza tulis dan pengalaman saya dalam dunia menulis. Terutama pada sosok orang-orang yang menjadi mentor dan motivator menulis. Alhamdulillah, hingga kini saya telah menulis beberapa opini di media massa dan dua buah buku baik fiksi maupun nonfiksi.

Kebetulan, saya juga alumnus Diklat Menulis Ilmiah Populer Angkatan I, Pusdiklat Keuangan Umum tahun 2011 seperti Kang Riza. Dua tahun kemudian, saya mengikuti Diklat Menulis untuk Media Massa, Pusdiklat Keuangan Umum. Pengalaman yang sama sebagaimana Kang Riza tulis pada halaman 14-15 buku ini.

Saya juga merasakan bagaimana ‘keras’-nya didikan Harry Surjadi sebagai mentor dalam menulis. Artikel pertama saya dibabat habis melalui note yang beliau sertakan di sisi kanan, bawah, dan atas tulisan pada fail format Word saya. Namun, saya justru berterima kasih karena beliau menjalankan fungsi mentor secara serius, tidak lain supaya tulisan kita benar-benar bermutu dan memenuhi kaidah penulisan yang diharapkan.

Sebagai contoh ketika saya mengawali paragraf dengan kalimat “Sebagaimana kita ketahui…”, Harry Surjadi memberikan catatan: tidak semua orang tahu tentang apa yang Anda kemukakan. Tulis saja apa yang ingin Anda sampaikan. Tak perlu menganggap semua orang tahu dengan membuat kalimat seperti itu. Jujur, nasihat beliau seperti tamparan buat saya.

Saya sempat menahan tawa ketika membaca halaman 30 buku Kang Riza yang berisi gambar tentang jenis-jenis tulisan sebagaimana uraian Bagja Hidayat, jurnalis Tempo. Di bawah gambar, Kang Riza mencatat, “Ada segitiga yang dibelah garis merah.”

Nah! Saya bingung, garis mana yang berwarna merah karena halaman buku itu hanya ada satu warna tulisan dan gambar: hitam. Tidak ada warna merah. Tolong tunjukkan bukti jika ada warna merah pada gambar itu. Bukti, bukan janji! He he.

Alaa kulli haal, buku ini saya rekomendasikan kepada Anda yang serius ingin menjadi penulis. Setidaknya, buat Anda yang ingin lancar dalam menulis. Ikuti langkah demi langkah yang ada di buku, ulangi, dan yang pasti seperti pesan yang seringkali saya dapatkan dari mentor menulis saya yang lain yaitu Pak Liberti Pandiangan, “Teruslah menulis.”

Apa pun manfaat menulis yang tersaji di buku ini, saya hanya ingin menambahkan bahwa menulis itu (1) memahat ilmu dan (2) menajamkan pikiran. Silakan buktikan sendiri.

 

Padang, 21 September 2022
Menjelang waktu senja
Salman Cakil

**
Buat yang hendak memesan buku ini silakan mengeklik tautan berikut: https://linktr.ee/rizaalmanfaluthi

 

One thought on “Review Buku: Saya Setuju, Kita Bisa Menulis

Tinggalkan Komentar:

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.