Review Buku: Saya Setuju, Kita Bisa Menulis


Beberapa waktu lalu ada salah satu pembaca buku membuat review, reviu, telaahan, atau resensi buku Kita Bisa Menulis, Belajar kepada Mereka yang Tak Menyerah.  Nama penanya adalah Salman Cakil. Saya mengucapkan terima kasih tak terhingga kepadanya.

Langsung saja kita baca ulasannya. Semoga bermanfaat mengenal buku ini lebih dalam.

Baca Lebih Banyak

Advertisement

5 Tip Membuat Judul Tulisan


Judul itu adalah etalase. Pemikat pembaca agar mau membaca tulisan yang sudah kita buat. Karena itu adalah etalase yang sering harus dilap setiap pagi supaya mengilat dan bersih, maka membuat judul juga perlu perhatian betul dari kita semua.

Sebenarnya membuat judul tulisan itu gampang-gampang susah. Kalau mau lebih bagus perlu permenungan. Di sinilah perlunya pengendapan tulisan. Untuk itu, menulis judul adalah upaya terakhir saat menulis sebuah tulisan.

Baca Lebih Lanjut

Setelah Lolos dari Maut, Akan Berterima Kasih kepada Siapa?


Photo by cottonbro on Pexels.com.

Di tempat itu, malam-malam, menyalakan PC Desktop yang dengingnya seperti suara Gryllus Mitratus, membuka Windows 95, dan mengetik di Word for Windows 1.0 kemudian belajar menulis.

*
Mendapat pekerjaan dengan upah yang bisa memenuhi biaya hidup sehari-hari dan bahkan bisa menabung itu adalah sesuatu yang hebat.

Dipindahtugaskan ke tempat kerja yang lebih dekat dengan keluarga atau homebase tentunya sebuah kenikmatan yang luar biasa dan wajib disyukuri.

Baca Lebih Lanjut

Sekali Lagi, Menulis Itu Gampang


Photo by Frans Van Heerden on Pexels.com

Kemarin petang, Ayyasy dikejar tenggat untuk karya esai yang harus dibuatnya.

“Kapan paling lambat?” tanya saya.

Baca Lebih Lanjut

Obat Tak Bisa Menulis


Semuanya berkumpul di kepala ini keinginan untuk menuliskan sesuatu. Tapi apa hendak dikata, saat pena telah terpegang di tangan, lembaran kertas kosong terhampar di atas meja, atau saat program pengolah kata terbuka di depan mata, tidak ada satu huruf pun yang muncul di layar atau tertoreh hitam di atas putih. Tetap kosong. Kalaupun ada huruf yang muncul selalu tombol backspace atau delete menjadi penyapu hingga tetap bersih, atau dengan coretan tegas panjang menimpa satu atau dua kata yang sempat tertulis.

”Saya tak bisa menulis,” selalu kesah itu yang muncul. Ada apa ini?

Baca Lebih Lanjut

Anton dan Tante Siska


Sehabis lari tipis-tipis ke atas sejauh 2,5 kilometer, sempat digonggong dan dikejar anjing, lalu turun lagi dengan jarak yang sama, di Lembang yang pagi harinya kelabu dan menggigilkan tubuh, aku kembali balik ke ruang kelas untuk mendapatkan banyak wiyata.

Lokakarya kepenulisan kali ini diisi oleh Yusi Avianto Pareanom, penulis novel Pangeran Mandasia si Pencuri Daging Sapi. Ia banyak memberikan penugasan kepada peserta lokakarya. Lalu ketika tugas itu selesai dikerjakan, Pak Yusi akan mengevaluasi satu per satu tugas itu.

Baca Lebih Lanjut.

Tujuh Kiat Menulis Kreatif Ala Gus Mul


Ada yang menarik dari lokakarya yang diselenggarakan Direktorat Jenderal Pajak (Ditjen pajak) beberapa waktu lalu di Surakarta. Lokakarya Kontributor Situs dan Media Sosial Ditjen Pajak menghadirkan pengeblog sekaligus penulis beken dan lucu Agus Mulyadi sebagai salah satu pembicaranya.

Perawakannya yang kurus sepadan dengan jabat tangannya yang lemah dalam genggaman. Bukan lemah sebenarnya, tetapi halus. Sebuah karakter “njawani” yang kuat diiringi dengan kata-kata “matur nuwun” yang senantiasa meluncur dari mulutnya.

Baca Lebih Lanjut.

Cara Mudah Menangkap Dan Memenjarakan Ide Menulis



Stephen King via Whatculture.com

For King, if an idea is truly good, if it just needs to be written, it won’t leave.

~~~J.D. Bentley.

Mencari ide menulis bisa dari banyak hal. Dari membaca, mengunjungi suatu tempat, mendengarkan ceramah, jalan-jalan, pembicaraan dengan orang lain, saat bekerja, sampai saat di kamar mandi.

Tapi memang mencari inspirasi menulis itu rada-rada susah. Sabtu kemarin adalah hari paling menggelisahkan. Saya bengong-bengong di atas kasur, bingung mau menulis apa. Sampai-sampai muncul pikiran buruk kalau-kalau saya sudah tidak bisa menulis lagi.

Baca Lebih Lanjut.

5 PRINSIP UNTUK MENJADI JUARA LOMBA MENULIS


5 PRINSIP UNTUK MENJADI JUARA LOMBA MENULIS

 

(sumber gambar: udel.edu)

Ramadhan selalu memberikan keberkahan kepada saya. Banyak sekali. Tak terhitung. Salah satunya adalah kemenangan-kemenangan kecil. Di tahun 2011, saya mengikuti lomba menulis puisi Islami yang diselenggarakan oleh Masjid Alamanah Kementerian Keuangan. Alhamdulillah Allah menakdirkan saya mendapatkan juara dua. Tiga tahun kemudian, di bulan Juli 2014 ini tepatnya di Ramadhan 1435 H, saya diberikan kesempatan untuk menjadi pamungkas di Lomba Menulis Artikel “Semangat Anti Korupsi” yang diselenggarakan oleh 7G DIV Khusus Akuntansi Sekolah Tinggi Akuntansi Negara.

Kalau saja tidak ada yang menampilkan pengumuman lomba itu di Forum Shalahuddin tentu saya tidak akan pernah mengikuti lomba itu. Kebetulan saya melihat sepintas pengumumannya terselip dalam ratusan tema diskusi dalam forum tersebut. Saya membacanya dan memutuskan untuk ikut. Entah teman-teman forum sudah membaca pengumuman itu atau tidak. Dan tak tahu pula apakah banyak teman saya yang ikut.

Peserta lomba adalah mahasiswa STAN dan pegawai Kementerian Keuangan. Hadiahnya uang dan sertifikat. Bukan uang yang menjadi tujuan utama saya. Setidaknya niat saya untuk ikut lomba pun sekadar mengasah kemampuan menulis saya. Kalah menang adalah hal yang biasa. Sudah sering saya ikut lomba dan sudah sering pula saya kalah. Maka tak jadi soal kalau saya kalah. Mental seperti ini harus disiapkan agar tidak pernah ada rasa kecewa yang berkepanjangan. Kecewa itu manusiawi tapi kalau terus menerus dipelihara bisa mengakibatkan frustasi dan mematikan kreasi.

-Baca lebih lanjut.->

MAU SEJUTA


MAU SEJUTA

Karakter Hajjah Ida di Sinetron Emak Ijak Pengen ke Mekah adalah karakter orang kaya yang sombong, sering memamerkan kekayaan dan kedermawanannya kepada orang lain. Dan itu berhasil diperankan sangat baik oleh Sang Pemeran, hingga membuat penonton hanya bisa mengelus dada dan jengkel melihat tingkah lakunya.

*

Jumlah hit yang berkunjung ke blog ini sudah hampir satu juta. Tentu karena bukan blog yang luar biasa, menempuh sejumlah angka tersebut perlu kerja keras. Karena satu pakem yang saya yakini betul dari sebuah blog dan ini hal yang terpenting adalah kontennya. Seberapa pun tampilan blognya super keren tapi isinya tidak bikin tambah manfaat buat pembaca tentunya berbanding terbalik dengan jumlah kunjungannya.

 

image

 

Seperti saya yang sering berkunjung ke blog unofficialnya Dahlan Iskan, itu karena semata kebutuhan. Bahwa di sana ada yang saya cari. Di sana ada yang saya butuhkan untuk menghilangkan dahaga intelektualitas (maaf kalau sok-sokan seperti ini) dari apa yang dia tulis di setiap pekannya.

Enam ratus hits setiap hari. Dan saya tahu apa yang mereka kunjungi di blog ini. Dan betul sesuatu yang bermanfaat buat mereka. Bukan karena celotehan saya yang tak karuan yang menyebabkan mereka datang ke blog ini. Bukan. Dan setelah saya perhatikan itu pun karena artikel-artikel lama saya. Hingga saya berpikir sudahkah membuat tulisan yang bisa dibagi buat orang lain dan bermanfaat saat –saat ini?

Jangan-jangan selama ini tulisan-tulisan baru saya tak ada manfaatnya buat mereka. Hanya sekadar ajang narsis saya. Pemikiran ini memukul telak ambang batas dari niat ikhlas yang selalu saya dawamkan ketika mau memosting sebuah tulisan. Sudah ikhlaskah? Saya cuma bisa meluruskan niat dan mengembalikannya kepada Allah SWT.

Hajjah Ida itu dermawan. Ia sangat royal kalau mau kasih duit ke orang. Satu hal tentang Hajjah Ida ini ia tak segan-segan bantu orang dan keluarkan duit banyak untuk bagi-bagi. Tapi yaitu tadi, padahal ia sudah mengumpulkan banyak pahala atas kebaikannya bagi-bagi duit, tapi langsung lenyap seketika hanya karena pamer dan sering menyakiti hati orang yang diberi duit.

Sedekah ya sedekah tapi jangan nyakitin. Padahal kalau Hajjah Ida tahu, kalau ia sedekah tak menyebut-nyebut sedekahnya itu dan tidak menyakiti perasaan si penerima, maka Hajjah Ida akan mendapatkan banyak pahala kebaikan buatnya, tidak akan ada rasa cemas yang menjadi sumber dari segala penyakit nomor satu manusia modern, dan tentunya Hajjah Ida tak pernah bersedih hati. Itu sudah janji Allah.

Amalan Hajjah Ida itu adalah amalan serupa batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih tidak bertanah. Tidak mendapatkan sesuatu apapun, sedikitpun, dari apa yang diusahakan.

So, saya dengan Hajjah Ida jangan-jangan sama. Karakter Hajjah Ida jangan-jangan sudah melekat di dalam jiwa saya. Mengira menulisnya bermanfaat buat orang lain, eh tahunya tak dapat apa-apa. Musibah.

Ah, gak tau yaa…Soalnya saya cuma ingin menulis hari ini. Menulis apa saja. Kalau sudah kayak gini berarti memang saya sudah jadi fakir ide dalam menulis. Tabungan ide saya habis. Atau sebenarnya banyak ide tapi pengen menulis yang serius, dan gurih, gurih, gurih begitu. Eh malahan tak bisa jadi semua. Oleh karenanya menulisnya jadi tak serius seperti ini, apa adanya, sekali jadi, tanpa edit, dan langsung posting. Tak tahu apakah ini bisa manfaat buat orang lain atau tidak. Padahal kata Kanjeng Nabi Muhammad SAW, sebaik-baik kamu adalah yang manpangat buat orang lain gitu….

Sudahlah. Ternyata ada satu berkas jatuh tempo yang harus saya kerjakan sekarang. Pamit dan undur diri. Mau sejuta hits? Kerja keras, beri sesuatu yang manfaat buat orang lain, dan istiqomahlah. Itu saja.

***

Riza Almanfaluthi

dedaunan di ranting cemara

15:35 02 September 2013

Di sudut lantai 19