Kami berlima bergabung di grup DJP Kuat. Masing-masing harus menuntaskan jarak 76 km dalam lomba lari virtual yang diselenggarakan oleh ASNation dalam rangka memperingati HUT ke-76 Republik Indonesia. Ada 1005 peserta yang tergabung dalam 201 tim lari mengikuti kegiatan ini.
Batas waktu menyelesaikan lari sejauh 76 km itu sebenarnya sampai tanggal 28 Agustus 2021. Namun, di grup kami diselesaikan dalam satu pekan saja kalau sanggup. Personel grup ini sama seperti tahun lalu, tidak ada yang berubah: selain saya ada Mas Bambang Tedjo, Mas Hidayat Al Ahsan, Mbak Rice Wandansari, dan Mas Dhani Restyo.
Sejak lomba itu dimulai pada 1 Agustus 2021 sampai dengan 7 Agustus 2021 saya baru berlari sejauh 52,07 km. Paling sedikit daripada anggota tim lainnya. Rencananya jumlah 24 km tersisa mau saya habiskan di hari Ahad ini.
Pertanyaan yang menggelayut di kepala adalah apakah saya mampu menuntaskannya sedangkan di hari Sabtu saja saya sudah berlari sejauh 15,84 km?
Di malam Ahad, saya memperhitungkan jarak 24 km itu akan saya bagi dalam dua sesi. Sesi pagi dan siang. Sesi pagi saya berlari sejauh mungkin. Baru menyelesaikan sisanya di sore hari.
Akhirnya pagi itu, seusai salat Subuh saya langsung keluar rumah. Pukul 05.15 saya sudah lari. Pagi masih gelap. Hawanya tidak sedingin hari-hari sebelumnya.
Prinsip saya pagi itu adalah kalau bisa sampai 24 km ya alhamdulillah, kalau tidak ya ditinggal ngopi. Untuk itu saya tidak berpikir tentang pace, yang penting jarak tempuh saja.
Tiba di KM-11, saya menyusuri ladang tempat petani menanam singkong. Jalanannya sepi. Di sebuah belokan, ada dua ekor anjing yang juga sedang joging. Kami sama-sama terkejut. Asu-asu itu terkejut melihat saya. Saya pun terkejut melihat mereka. Kami saling mundur ambil jalan lain. Tetapi saya ragu, terus jalan, balik lagi, atau bagaimana.
Akhirnya saya putuskan saya tidak jadi balik, saya tetap maju menyusuri jalan itu. Dari jauh para asu melihat saya dan menggonggongi saya. Bulu kuduk saya sampai meremang. Saya sudah mencari pohon-pohon yang bisa saya panjat. Syukurnya, anjing-anjing itu tidak mengikuti saya. Mereka menggonggong saja.
Eh, di depan saya juga ada rombongan anak belasan tahun yang sedang jalan-jalan pagi. Mereka ragu apakah tetap akan melewati jalan itu atau enggak. Saya mendengar pembicaraan salah satu dari mereka, “Enggak ah, jangan ke sana. Banyak anjingnya.”
“Betul. Tadi ada anjingnya,” kata saya kepada mereka sambil terus berlari.
“Tuh, kan…”
Niatnya kalau sudah di KM-12 nanti balik lagi ke titik 0. Eh, karena ada gerombolan anjing itu, saya tidak balik lagi mengikuti rute awal. Saya cari rute lari baru.
Mulai titik KM-12 itu saya sudah mulai kelelahan. Saya ingat, di jalan yang nanti akan saya lewati ada toko serba ada, tetapi kok sepertinya tidak sampai-sampai. Saya sudah kehausan. Akhirnya saya menyerah, saya pencet tombol jam dan menyimpan hasil larinya. Saya sudah berlari 13,25 km dalam waktu 1 jam 54 menit 19 detik.
Saya kemudian menekan tombol jam lari untuk memulai lagi sesi kedua saya. Saya kembali berlari dan dicampur dengan jalan kaki. Sepertinya lebih banyak jalannya daripada lari. Sampai kemudian saya menemukan plang toko itu dari kejauhan. Saya pun berhenti. Saya simpan sesi kedua itu. Saya baru berlari sejauh 1,07 km.
Tinggal Sedikit Lagi
Saya beli teh dingin dan minuman bersoda yang banyak gulanya itu. Saya menumpang duduk di warung nasi uduk di sebelah toko. Glek, enak juga nih teh dingin ini.
Saya istirahat lama di sana sambil mengobrol dengan pemuda penjual nasi uduk dan gorengan. Ia berasal dari Sumedang. Warung itu buka setelah salat Subuh dan baru tutup pada pukul tiga pagi keesokan harinya. “Kalau malam malah lebih laku jualannya,” kata si Abang yang berbadan subur ini.
Saya ingin makan nasi uduknya, tetapi perut sepertinya masih belum menerima. Masih terasa ada mual-mualnya. “Jangan, nanti keluar semua,” katanya lagi.
Karena saya sering lewat jalan ini kalau lari, jadi saya tahu jaraknya sampai ke rumah. Sekitar 5 km lagi. Jarak tempuh lari saya masih kurang 9,7 km. Kurang 4,7 km lagi untuk bisa menggenapinya.
Saya pamit kepada si Abang itu dan mulai lari dengan arah berlawanan dari jalan pulang. Saya mulai sesi ketiga lari saya. Saya pencet jam lari dan kembali berlari. Sebotol teh dingin telah habis saya minum di warung itu. Tinggal minuman bersoda yang saya bawa di tangan.
Di sesi ketiga ini saya hanya bisa berlari sejauh 1,35 km dan kembali lagi ke warung si Abang. Pas 2,7 km. Saya matikan kembali jamnya dan saya simpan hasil larinya. Sesi tiga telah selesai. Tinggal 7 km lagi. Lumayan.
Saya menyalakan jam lari saya lagi. Kini masuk sesi keempat hari Ahad ini. Saya kini melupakan rencana untuk berlari di sore hari. Tinggal sedikit lagi soalnya. Sepertinya sekalian saja capeknya. Sore tinggal istirahat dan pemulihan. Sekalian pulang tinggal menambah jarak 2 km saja. Insyaallah saya sangguplah walau dengan lari dan jalan.
Saya sudah lama tidak lari jauh. Terakhir lari jauh di atas 10 km pada 28 Maret 2021 dengan menempuh jarak 13 km dan pada 28 Februari 2021 sejauh 12 km. Di tahun 2020 saya juga jarang lari jauh di atas 10 km. Bisa dihitung dengan jari. Sedangkan di tahun 2019, saya banyak lari jauh untuk persiapan Borobudur Marathon 2019.
Akhirnya di sesi keempat dengan strategi 500 m jalan 500 m lari saya bisa menyelesaikan 7 km tersisa. Di km terakhir saya lari penuh, tidak ada jalan kakinya. Finis di depan rumah hampir pukul 09.30 tanpa drama kram. Alhamdulillah. Kalau ditambah 11 km lagi itu seperti latihan lari persiapan maraton di tahun 2018 dan 2019.
Pelajaran yang bisa saya ambil adalah kalau ada waktu luang segera berlarilah. Jangan ditunda karena akibatnya akan berat di akhir. Kalau bisa diatur sedemikian rupa, dicicil dengan jarak yang lebih masuk akal. Pelajaran lainnya adalah jangan lewat jalan itu lagi karena di sana sarangnya para asu.
Namun apa pun itu, tak percuma saya ikut grup lari ini karena memacu saya untuk terus berlari. Sampai jumpa di tahun mendatang.
***
Riza Almanfaluthi
Dedaunan di ranting cemara
8 Agustus 2021
wahhh.. pelajaran berharga ustadz. Jangan menunda-nunda. Tapi memang susah waktu luangnya.
LikeLike
Ayo bangun dan lari, Pak… he he he.
LikeLike