Moldova atau Islandia, Pilih Mana?


Moldova adalah negara yang rakyatnya paling tak bahagia. Islandia sebaliknya. Sebabnya adalah rakyat Moldova kurang percaya satu sama lain. Di Islandia, pertemanan adalah segalanya. Itu kesimpulan sebuah penelitian beberapa waktu lampau.

**

Hari ini, Selasa, 17 Maret 2020 adalah hari pertama kami melaksanakan Kerja dari Rumah (KDR) atau Work from Home. Sebanyak 80% pelaksana Direktorat Penyuluhan, Pelayanan, dan Hubungan Masyarakat, Direktorat Jenderal Pajak melaksanakan KDR itu.

Rencananya mereka akan digilir selama dua minggu bekerja di rumah, seminggu bekerja di kantor. Diatur sedemikian rupa sebagai ikhtiar mencegah penyebaran COVID-19.

Saya adalah bagian tersisa yang tetap masuk kerja di kantor selama 3 minggu itu walaupun sudah masuk kriteria menggunakan transportasi umum pulang dari dan pergi ke kantornya.

Pagi tadi saya niatnya lari dari Stasiun Cawang ke kantor tetapi tidak jadi. Saya pikir bagian kepala yang panas karena lari akan mengakibatkan saya tidak bisa melewati skrining suhu di pintu masuk kantor. Setelah dikonfirmasi ke petugas kesehatan, panasnya tubuh kita karena lari tidak akan sampai naik ke 37 derajat Celcius.

Di lobi, petugas keamanan kantor masih bertugas mengecek suhu para pegawai yang masuk kantor. Antreannya tidak sepadat kemarin saat kantor ini masih penuh.

Naik ke lantai 16 gedung utama, suasana terasa sepi. Suasana kantor menjelang lebaran masih kalah senyap.

Di musala juga sepi. Tidak ada teman yang sedang menyungkurkan dahinya untuk salat Duha atau membaca kalam ilahi dengan pelan di sudutnya.

Di toilet juga senyap. Suara keras air jatuh menyiram lubang pembuangan juga terdengar tak kerap.

Tim kami tersisa dua orang di kantor. Lima lainnya di rumah. Kami tetap bekerja seperti biasa. Bekerja secara remote buat kami yang mengampu jalannya situs web pajak.go.id, situs web P2humas, dan media sosial sebenarnya sudah biasa.

Sehari-harinya memang seperti begitu. Apalagi sekarang persuratan menggunakan aplikasi Nadine yang mengurangi keharusan menggunakan kertas. Otomatis penerapan KDR tidak mengalami kesulitan.

Kami sadar kok kalau KDR itu ya ada kewajiban yang diemban. Pekerjaan dilakukan di rumah dengan penuh tanggung jawab dan respon cepat dengan semangat ihsan. Sama saja. Bedanya di rumah ada pendorong yang lebih-lebih lagi yaitu keluarga. Kebersamaannya menambah hormon kebahagiaan. Ditambah juga barangkali dengan kopi pahit dan singkong panas. Ya, cocok toh.

Nah, jamaah Masjid Salahuddin pun tinggal sepertiganya memenuhi masjid. Kantin juga tak ramai lagi. Enggak ada tuh antrean mengular untuk membeli pecel Indramayu dengan gorengannya itu.

Lift kantor sekarang sudah ada maklumat untuk hanya dinaiki 9 orang saja. Di lantainya sudah ada penanda berlakban hitam. Pas saya masuk dalam lift ketika hendak turun pulang, mereka yang berada di sisi dinding lift berbaris menghadapkan wajahnya ke dinding lift.

Omong-omong, jalanan depan kantor masih tetap ramai. Kita semua berharap keriuhan dan kecemasan dengan situasi sekarang ini bisa cepat selesai. Semua sehat-sehat.

Dan ketika itu selesai, bisa juga KDR diteruskan dengan menimbang sangkil dan mangkusnya. Kunci KDR itu kami percaya dan saling percaya.

Punya pegawai lebih bahagia adalah aset tak tepermanai buat organisasi. Karena satu sama lain, atas dan bawah, saling percaya. Mau memilih Moldova atau Islandia?

***
Riza Almanfaluthi
Dedaunan di ranting cemara
17 Maret 2020
Di atas Commuter Line
Ditulis sebelum ND Kemenkeu keluar

Advertisement

2 thoughts on “Moldova atau Islandia, Pilih Mana?

Tinggalkan Komentar:

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.