Misteri yang Menanggalkan Pengetahuan


 

Rosita Latief masih menekuri papan catur di hadapannya.  Posisi bidak-bidak hitam miliknya sudah berada di atas angin. Setiap memindahkan bidak ia memencet tombol jam catur di sebelah kanannya. Lawan mainnya kali ini adalah pecatur ulet yang pernah belajar di sekolah catur Utut Adianto.

“Saya masih Norma Master Nasional. Di Direktorat Jenderal Pajak (Ditjen Pajak) sudah ada yang bergelar Master Nasional,” kata Latief sambil menyebut sebuah nama. Pemilik Elo Rating Fide 2150 ini mampu menghadapi lawan tandingnya sambil meladeni pertanyaan-pertanyaan yang diajukan INTAX.

Di sore yang hendak beranjak gelap, INTAX diterima dengan tangan terbuka oleh para anggota Klub Catur Ditjen Pajak Pion Pamungkas di salah satu ruangan Direktorat Keberatan dan Banding, Gedung Mar’ie Muhammad Kantor Pusat Ditjen Pajak, Jakarta.

Mereka yang berasal dari berbagai kantor pajak di sekitar Jakarta ini sedang mengadakan latihan bareng sambil menunggu waktu berbuka puasa. Sebanyak enam papan catur dengan bidak-bidak terpasang rapi di atasnya digelar di meja yang dijejerkan berdempetan dan dua lainnya dihamparkan di lantai berkarpet abu-abu. Tidak lupa jam catur sudah tersedia untuk digunakan.

“Penggunaan jam catur ini mengikuti aturan yang telah ditetapkan FIDE,” kata Latief. FIDE (Fédération Internationale des Échecs) atau Federasi Catur Dunia merupakan organisasi internasional yang mewadahi berbagai federasi catur nasional negara-negara di dunia.

Anggota klub catur ini biasa berlatih di lantai 2 Gedung Mar’ie Muhammad Kantor Pusat Ditjen Pajak sepulang jam kantor sampai pukul 21.30. Sebagai variasi, Pion Pamungkas menggilirkan tempat berlatih di beberapa lantai di Gedung Mar’ie Muhammad.

Semua fasilitas yang ada disediakan Kantor Pusat Ditjen Pajak sebagai salah satu bentuk dukungan. Dalam beberapa kesempatan, Sekretaris Ditjen Pajak Arfan mengatakan rutinitas pekerjaan tidak lepas dari kegiatan kehidupan sehari-hari sehingga perlu diseimbangkan dengan olahraga dan seni. “Harapannya insan Ditjen Pajak menjadi insan sehat serta dapat meningkatkan silaturahmi dan koordinasi dalam pelaksanaan tugas,” kata Arfan.

Apalagi catur adalah salah satu cabang olahraga yang dipertandingkan antarunit eselon satu di Kementerian Keuangan dalam rangka memperingati hari kemerdekaan Republik Indonesia dan Hari Oeang.  Pada Pekan Olahraga dan Seni Ditjen Pajak 2017 catur juga menjadi salah satu cabang olahraga yang dipertandingkan untuk ekshibisi.

 

Target

Semakin mendekati waktu berbuka semakin banyak yang berdatangan memenuhi ruangan sejuk berukuran 60 meter persegi itu. Salah satunya Bambang Wihananto yang sempat menjadi atlet Sumatera Selatan pada Pekan Olahraga Nasional XV tahun 2000 di Surabaya. Waktu itu ia masih pegawai Kantor Pelayanan Pajak Madya Palembang.

“Saya mendapat izin dari Kepala Kantor Wilayah Sumatera Bagian Selatan untuk mengikuti pusat pelatihan catur selama 4 bulan sampai PON selesai,” kata Bambang. Sekarang ia berkantor di Kantor Pelayanan Pajak Penanaman Modal Asing Tiga di Kalibata. Ia menyempatkan diri untuk mengikuti acara berbuka puasa bersama ini.

Pion Pamungkas merupakan klub catur Ditjen Pajak yang didirikan pada 27 Februari 2018 sebagai wadah bagi pegawai Ditjen Pajak yang berbakat atau gemar berolahraga catur untuk bertanding secara perorangan maupun beregu. “Kami ingin mengharumkan nama Ditjen Pajak melalui catur,” kata Ketua Klub Catur Pion Pamungkas Adityawarman.

Menurutnya, walaupun klub ini baru berdiri, pada April 2018, Pion Pamungkas berani mengikuti ajang kejuaraaan nasional yaitu Kejuaraan Catur Beregu Nasional memperebutkan Taspen Anniversary Cup XIV yang diselenggarakan dalam rangka memperingati hari ulang tahun ke-55 PT Taspen (Persero) di Jakarta.

Hasilnya tidak mengecewakan. Pion Pamungkas memenuhi target yang dibebankan yaitu masuk 10 besar kejuaraan yang diikuti oleh 112 peserta dari 24 klub. Bahkan dalam kategori perorangan, pecatur sekaligus pelatih Klub Catur Pion Pamungkas Ditjen Pajak FIDE Master (FM) Johan Gunawan meraih peringkat pertama catur kilat.

“Kami memiliki banyak target. Target jangka pendek, menengah, dan panjang,” tutur Adityawarman. Menurut Adityawarman, menyelenggarakan latihan secara rutin dua pekan sekali adalah target jangka pendeknya, selain mengikuti lomba beregu Persatuan Catur Seluruh Indonesia (Percasi) DKI dan Hari Oeang 2018, juga lomba antarkantor wilayah Ditjen Pajak di Hari Pajak.

Memiliki tim catur utama Ditjen Pajak yang solid menjadi target menengah yang ingin dicapai Adityawarman dalam masa kepemimpinannya. Dalam jangka panjang, Adityawarman menginginkan klub ini dapat menghasilkan master catur yang memiliki Elo Rating tinggi. “Ini sedang kami pikirkan cara yang tepat, karena anggota klub adalah Aparatur Sipil Negara, bukan pecatur profesional,” ujarnya.

Target-target inilah yang membedakan Pion Pamungkas dengan pangkalan catur biasa yang sekadar melakukan sparing catur saja.

Untuk itu Pion Pamungkas secara serius dan rutin menyelenggarakan latihan dua pekanan sekali di hari Rabu. Sedangkan dalam sebulan sekali Pion Pamungkas mendatangkan pecatur kawakan dari luar sebagai pelatih.  Biasanya anggota klub yang aktif berlatih rutin sekitar 20 orang.

Aplikasi percakapan WhatsApp menjadi sarana paling efektif untuk memperpendek jarak yang menganga sekaligus mengeratkan silaturahmi, saling motivasi, berdiskusi, dan menyalurkan informasi.  Sekarang anggota grup percakapan itu baru 55 orang.

Aplikasi ini bisa menjadi sarana latih tanding. Notasi langkah dikirim kepada lawan tanding melalui aplikasi itu. “Ini lazim disebut sebagai catur korespondensi. Dulu, pakai surat,” kata Adityawarman. “Tapi lebih tepat kalau bertanding jarak jauh via internet dengan aplikasi catur yang banyak tersedia, karena di sana ada visualisasi papan dan jam catur.”

 

 

Kunci

Makanan untuk berbuka puasa telah terhidang dengan rapi, namun para pemain catur itu masih bergeming. Selain karena azan Magrib belum berkumandang dari pelantang Masjid Salahuddin, pun karena mereka masih berkonsentrasi dengan strategi dan taktik mengalahkan lawannya masing-masing.

INTAX tergoda untuk menggerakkan bidak-bidak kayu. “Ayo, kita tanding,” ajak INTAX kepada salah satu anggota klub, Kurniawan Iswanto, Penelaah Keberatan dari Kantor Wilayah Ditjen Pajak Jakarta Khusus. Kurniawan mengatur jam catur pada angka 10 menit. INTAX mencoba bermain catur dengan memegang bidak hitam.

Bidak-bidak hitam mampu unggul dalam penguasaan petak-petak, tetapi yang tidak diperhitungkan adalah aspek waktu. Dengan posisi yang tidak menguntungkan itu, Kurniawan menggunakan strategi mengulur waktu dan berhasil membuat INTAX kehabisan waktu. Kalah.

“Rajin berlatih adalah salah satu kunci untuk menjadi pecatur andal,” kata Latief sembari memainkan babak keduanya.  Belajar teori dari buku atau para master, menurut Latief, juga diperlukan agar bisa mengembangkan permainan catur.

“Kalau mau bergabung silakan mendaftar,” ajak Adityawarman. Menurutnya, cukup dengan menghubungi nomor WhatsApp 082110****** untuk menyetorkan nama dan NIP. “Setelah itu membayar iuran bulanan Rp50 ribu yang akan digunakan antara lain untuk konsumsi latihan dan honor pelatih,” tutupnya.

Buat INTAX, ajakan ini sangat menarik agar tak kalah lagi. INTAX pun teringat dengan sebuah falsafah Cina yang membayang-bayang dalam perlawatan ini: Tak ada jalan yang pasti untuk menang, tapi ada jalan yang pasti untuk tidak kalah. Bagaimanakah jalan yang pasti tak akan kalah itu? Jawabnya, “Jangan bermain catur.” [Rz]

 

Artikel ini telah dimuat di majalah elektronik internal Direktorat Jenderal Pajak INTAX Edisi 5, Mei 2018.

Advertisement

Tinggalkan Komentar:

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.