Merencanakan Liburan ke Semarang: Seperti Engkau, Waktu adalah Permata


Lawang Sewu di Malam Hari. (Foto: http://www.instagram.com/pr.putra/)

Berulang kali ajakan istri untuk datang ke Bandungan, Semarang saya abaikan. Bukan soal apa, melainkan waktu yang perlu diatur ulang agar sesuai dengan kelonggaran yang ada. Akhir bulan ini perbincangan seperti ini tak bisa ditampik lagi.

“Memang harus ke sana?” tanya saya.

“Sudah lama tidak ke sana,” katanya.

“Bagusnya apa?”

“Adem.”

Jawaban singkat yang membuat saya mengangguk. Sudah dari dulu Semarang dikenal sebagai kota banyak nyamuk dan panas. Yang terakhir ini bahkan  engkau akan merasakan pliket (lengket) di sekujur tubuh yang tak bisa disembuhkan kecuali dengan mandi berulang kali.

Saya dilahirkan di Indramayu, Jawa Barat. Sama-sama berada di jalur Pantai Utara Jawa, kedua kota itu memang beda panasnya. Semarang lebih-lebih.

Jawabannya juga membuat pikiran saya melayang kepada sebentuk dua bentuk bangunan candi di atas bukit lalu ada siluet senja yang membungkus panorama.

Sepertinya akan asyik kalau ke Bandungan, karena Bandungan berada di ketinggian lebih dari 400 meter di atas permukaan laut (mdpl). Tentu ini lebih sejuk daripada tempat kami tinggal sekarang di Pabuaran, Bogor yang hanya berada di 250 mdpl.

Pun, Bandungan sekarang tentu berbeda dengan Bandungan dulu yang pernah dikunjunginya sewaktu Sekolah Menengah Pertama. Itu lebih dari 25 tahun yang lampau. Di sana sudah banyak objek wisata baru dan dikelola dengan apik di sana, baik oleh pemerintah maupun partikelir.

“Akan menginap di mana?” Pertanyaan ini sudah saya duga akan muncul darinya. Dan bagi saya mudah menjawabnya, karena menentukan pilihan tepat untuk menginap selalu menjadi hal yang esensial bagi saya dalam perjalanan untuk berlibur atau dalam rangka penugasan kantor.

Walaupun Bandungan berada di Kabupaten Semarang, tidak berarti sulit ditempuh dari pusat kota. Akses menuju ke sana banyak dan mudah.  Sepertinya menginap di pusat kota Semarang menjadi pilihan terbaik, karena dekat ke mana-mana dengan tiga hal yang saya suka: Simpang Lima, Lawang Sewu, dan Soto Ayam Semarang.

Buat saya, Simpang Lima bagus untuk finis lari-lari pagi saya selain menjadi tempat mencari  inspirasi menulis dengan keramaian di malam harinya.

Garis finis lari-lari pagi di Simpang Lima.

Sedangkan untuk Lawang Sewu, yang menarik bukan soal keangkerannya, melainkan soal kekunoan, sejarah, dan arsitekturnya. Maka pantas bangunan yang didirikan pada 1904 dan pernah menjadi kantor perusahaan kereta api di zaman Hindia Belanda ini, sekarang menjadi bangunan cagar budaya yang dilindungi oleh Pemerintah Kota Semarang.

Dan tentu Soto Ayam Semarang. Masakan berkuah kuning dengan taburan suwiran ayam, bawang putih, bawang merah, soun, taoge ditambah pula dengan perkedel, tempe yang digoreng hingga renyah, sate ayam, sate kerang, atau sate telur puyuhnya benar-benar akan mampu menggoda iman diet engkau.

Bagi saya kuliner itu menjadi sebuah nikmat pemberian Tuhan kepada negeri ini yang patut disyukuri. Saya tak pernah melewatkan masakan khas ini jika saya berkunjung ke Kota Atlas.

Soto Ayam Semarang (Foto: http://www.instagram.com/kakilimasemarang/)

Hal krusial lainnya buat saya adalah mengeksekusi segera tempat menginap. Saya mengingat sekitar sepuluh 10 tahun sebelumnya ketika saya pernah dinas di luar kota di sekitar Ungaran, Semarang. Saya harus mendadak mencari-cari hotel di pusat kota Semarang. Itu pun dengan penuh ketidakpastian apakah hotel yang saya datangi itu masih memiliki kamar kosong atau tidak.

Tetapi sekarang tak perlu susah-susah untuk mencari hotel karena begitu banyak situs web dan aplikasi daring (online) yang akan memberikan saya referensi hotel terbaik. Sebuah cara yang membantu saya mengakhiri memesan kamar hotel secara langsung dengan referensi terbatas dan sekadar informasi dari mulut ke mulut saja.

Dan untuk kamar-kamar hotel di sekitar pusat kota Semarang, setelah memilih dan mencari-cari di berbagai situs web dan aplikasi, Hotel Traveloka selalu menjadi pilihan saya dengan berbagai alasan. 

Tampilan tangkapan layar Traveloka: Hotel di Semarang Tengah.

Pertama, karena harganya yang lebih kompetitif (murah) daripada situs web dan aplikasi booking online lainnya. Terutama sekali harga yang ditampilkan adalah harga yang benar-benar harus dibayar oleh konsumen. Tidak ada harga yang disembunyikan.

Kedua, pilihan hotelnya yang lebih lengkap baik di Indonesia dan dunia sehingga bisa memilih hotel dengan kriteria terbaik sesuai dengan bujet yang direncanakan sebelumnya.

Ketiga, tampilan situs web dan aplikasinya yang sederhana dan tidak bikin ribet. Bagaimana tidak ribet jika pemesanan dan pembayaran itu bisa saya lakukan bahkan ketika sedang tidur-tiduran.  Mudah, cepat, dan aman. Hemat waktu.

Saya pikir memesan kamar hotel di Traveloka menjadi user experience yang bagus buat saya. Dan tentunya buat engkau semua untuk merencanakan liburan atau perjalanan lainnya. Karena apa? Banyaknya kebaikan di atas yang bisa engkau peroleh.  Kalau sudah demikian, mengapa tidak engkau coba saja sendiri?

Dan seperti engkau, waktu adalah sesuatu yang sangat permata.

 

***
Riza Almanfaluthi
Dedaunan di ranting cemara
26 Agustus 2018

 

 

 

Advertisement

2 thoughts on “Merencanakan Liburan ke Semarang: Seperti Engkau, Waktu adalah Permata

  1. Beberapa waktu lalu ketika membaca majalah di dalam pesawat, ada sebuah artikel yang mengupas kuliner legendaris di Semarang, Pak Riza. Mungkin dapat dijadikan referensi. 😀
    1. Babat Gongso Pak Karmin, Mberok;
    2. Tahu Gimbal Pak Edi;
    3. Nasi Gandul Pak Kong;
    4. Soto Bangkong;
    5. Lumpia Gang Lombok;
    6. Es Puter Conglik.

    Like

Tinggalkan Komentar:

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.