Beberapa kali angin menabrakmu tapi tak membuatmu jera. Ia yang sungguh tak pernah bisa berbohong untuk mengatakan kerinduan kepadamu. Kepada sayap-sayapmu yang rapuh. Hitam, putih, coklat, kuning bercampur jelaga. Jelaga yang ingin juga dibalurkan kepada wajahnya yang tidak berbentuk sama sekali. Beberapa kali hujan menjadikanmu lemah. Ia yang sungguh tak pernah rela untuk meninggalkanmu barang sedetik saja, walaupun itu akan membuatmu terjatuh dan tak mampu melangit kelima. Bening seperti air di pelupuk mata yang tak pernah kau relakan untuk terjungkal, barangkali kalau ia hitung hanya sekali dua saja kau membuat air mata itu tak terbendung di pipimu. Angin dan hujan, kembaran yang tak pernah punya jantung, karena jantung mereka adalah jantungku yang ingin mengedau di belukar jantung senyapmu. Berisiklah.
***
Riza Almanfaluthi
dedaunan di ranting cemara
11 Februari 2018