Sejuta tangan telah menahanku, ingin kumaki mereka berkata
tak perlu engkau berlari, mengejar mimpi yang tak pasti…
(Camelia II, Ebiet G Ade)
Ini minggu kesepuluh Freeletics. Suatu minggu yang masih tetap berjuang melawan kata menyerah. Kalau ditotal berarti saya sudah latihan dalam 13 minggu dengan jumlah keseluruhan latihan sebanyak 102 workout dan 90,9 km telah ditempuh dengan lari-lari.
Dan di bawah adalah menu latihan minggu ini. Empat menu utama ditambah dengan menu bonus lelarian serta tantangan untuk bisa memecahkan Personel Best (PB) Zeus.
Hasilnya seperti ini.
Alhamdulillah bisa mencetak PB semua. Terutama PB lari yang bisa menempun jarak terjauh 15 km serta PB Aphrodite yang waktunya bisa sampai 21 menit 39 detik. Masih belum bisa di angka belasan menit. Karena banyak ambil nafasnya. Tak menyangka bisa cetak waktu PB seperti itu. Padahal sudah berasa lama tidak melakukan Aphrodite karena minggu terakhir melakukannya ada di minggu ke-7. Hanya Zeus yang tidak bisa cetak bintang karena saya masih belum bisa Hand Stand Pushups dengan gerakan utama melainkan masih pakai yang aternatif.
Alhamdulillah, ketika di minggu kesembilan saya bisa lari sejauh 10 km, di minggu ini saya bisa menambah jarak lari menjadi 15 km. Ini pengalaman luar biasa buat saya. Lagi-lagi tantangan terbesar adalah bagaimana caranya mengalahkan diri sendiri. Lagi-lagi ini masalah mental. Insya Allah kuat untuk tetap berlari.
Rasa bosan terkadang menyerang tetapi bukan itu yang menghentikan saya lari di hari Ahad itu melainkan otot di belakang lutut kiri saya sudah tidak bisa diajak kompromi. Walhasil di 100 meter terakhir menjelang garis finis (garis imajiner di mes) saya harus lari terpincang-pincang. Dan ini alarm buat saya. Baiklah, saya berhenti, apalagi “distance” di aplikasi sudah menunjukkan km yang saya inginkan. Muncullah endorphin. Dan rasa bahagia ketika bisa menyelesaikan itu yang tidak ternilai, saya bisa, saya mampu.
Malam sebelum lari, malam sabtu itu, saya carbo loading dengan memakan dua lembar roti gandum ditambah telur rebus. Lalu minum sesendok madu sesaat sebelum lari. Dan menyukupi diri dengan minum air putih yang banyak. Lalu selepas Shubuh, tepatnya jam 6 pagi lebih 15 menit mulailah saya lari.
Sebotol air putih saya taruh di pinggir jalan, agar bisa mudah saya raih ketika saya melewati pinggir jalan itu kembali. Air putih penting buat hidrasi apalagi buat lari jarak jauh. Tapi ngomong-ngomong, pada saat lomba saya jarang melihat para pelari Kenya atau Ethiopia ambil air minum yang disodorkan kepada mereka oleh panitia lari. Hidrasi mereka dicukupkan dengan air sebelum mereka lari. Hebat.
Berawal dari mes saya berlari dan terus berlari, tak perlu engkau berlari
mengejar mimpi yang tak pasti, bukan lari dari kenyataan. Sekilo dua kilo lalu berlanjut sampai di kaki Gunung Kerambil. Ini berarti sudah 4,3 km dari mes. Lalu saya balik arah kea rah mes. Lari lagi tanpa henti. Lari dan terus berlari. Hingga sampai di mes. Berarti sudah menempuh jarak 8,6 km. Saya sambar botol air putih dan meminumnya sambil berlari. Saya mencoba untuk tidak berhenti sedetik dan selangkah pun. Lalu saya menaruh botol itu kembali di jalan depan Kantor Bupati Aceh Selatan.
Lari dan terus berlari. Hingga ke Simpang Kedeu Aru. Simpang dengan lampu merah yang baru dipasang Desember 2014 lalu. Lampu merah satu-satunya di Tapaktuan ini. Ini berarti saya sudah berlari 9,6 km. Lalu saya belok kiri menuju jalan Merdeka. Berlari di jalanan pertokoan yang masih sepi dan kebanyakan belum buka. Berlari di bawah tatapan mata para pengopi. Terus berlari menuju ujung pelabuhan dan ketika sampai di sana berarti saya sudah 10,6 km.
Lari dan terus berlari dengan kaki yang masih kuat dan nafas yang masih terjaga. Terus berlari mendekati mes dan ketika mencapai mes inginnya berhenti saja, karena ini berarti saya sudah mencapai 11,6 km. Sudah lebih satu kilometer saja dari jarak lari 10 di minggu sebelumnya. Bukankah yang terpenting adalah saya sudah bisa melampaui dan menambah jarak terdahulu? Tapi akhirnya saya tidak berhenti. Saya ingin berlari 3,5 km lagi agar saya bisa tiba di finis 15K. Ingat 15K adalah menu latihan Running di situs Freeletics-nya. Saya ingin mencoba.
Maka lari dan terus berlarilah saya. Menuju ujung dunia ke arah Gunung Kerambil kembali tetapi tidak sampai ke sana, melainkan cukup mengambil jarak 1,75 km dan kembali ke arah mes. Ini berarti nanti ketika sampai di sana saya sudah bisa menempuh jarak 15 km lebih.
Saya berlari dan terus berlari. Ketika tinggal 1,75 km lagi terasalah oleh saya ternggorokan yang mulai kering. Jangan ditanya tentang keringat. Rambut dan wajah saya sudah tidak karuan lagi kelihatannya. Sudah basah. Kaos saya apalagi. Sudah seperti handuk. Ratusan meter terakhir berasa perjuangan. Dan akhirnya garis finis imajiner, mes saya, terlihat di mata. Tapi otot belakang lutut kaki kiri saya mulai terasa sakit. Akhirnya 100 meter lagi, 70 meter lagi, 40 meter lagi, dan finis! Tidak saya masih terus berlari. Sampai titik botol air minum saya berada. Ini berarti dua ratus meter lagi. Dan akhirnyaaaaaa….. 15,34 km done!!!
Waktunya dua jam lebih 4 detik. Ini berarti pace-nya 7:49 menit/km. Berarti kalau saya lari half marathon (21K) dengan pace segitu waktu saya adalah 2 jam 44 menit. Lumayanlah. Dengan jumlah kalori yang terbakar sebanyak 1290 kalori. Setara dua mangkuk bakso plus jus alpukat. Ah…tulisan ini memang harus segera diakhiri.
Memiliki badan yang ideal atau tidak gemuk itu bukan mimpi apalagi mimpi yang tak pasti. Yang penting mau tidak untuk berjuang dan berlelah-lelah. Selalu akan ada hasil buat orang yang berusaha. Man jadda wa jadaa. Proverb purba. Jadi teruslah berlari. Bukan “tak perlu berlari”. Walau sejuta tangan menahanmu, tetaplah berlari, terus berlari. Sudah itu saja.
Pertanyaan buat saya adalah bisakah half marathon (21K) di Ahad depan? Insya Allah.
***
Riza Almanfaluthi
Dedaunan di ranting cemara
14 Maret 2014