Suatu malam yang jarang kita sapa dengan segala nada sontak datang mengukur pintu-pintu nadi pikir kita. Laron yang sepasang berderet mengukur sudut-sudut lantai menaburkan dingin. Gigilnya tak kepalang mengukur mata-mata yang tak mau terpicing. Dengkur halusmu seperti ratusan belati yang sengaja kau tikam dalam telinga-telinga rapuhku. Tersebab itu, waktu aku tipu. Selagi ia sibuk memaki, izinkan kata-kata rapuh melamatkan aku: “Pada siapa elegi akan tiba?”
Puluhan hari kemudian datanglah kembali suatu malam yang jarang kita sapa.
**
Riza Almanfaluthi
Ditulis untuk Jejak Kata Tapaktuan
25 Agustus 2014
Gambar berasal dari Kompasiana.