Untuk Para Ayah: 5 Fakta Sosial Bikin Anak Keblangsak


 


Ayah yang mengajarkan anaknya wudhu. (Ilustrasi diambil dari islamicblog.co.in)

Pemuda-pemuda akan tumbuh

sesuai dengan apa yang telah dibiasakan oleh bapaknya.

Pemuda itu tidak hidup dengan akalnya, tetapi dengan agamanya.

Maka dekatkan ia kepada agama.

Pohon yang tumbuh di taman tidak akan sama

dengan pohon yang tumbuh di tanah tandus.


(Syair dalam buku Pendidikan Anak dalam Islam)

 

Mereka para orang tua yang ditugaskan jauh dari keluarganya akan tahu betapa nikmat terbesar yang mereka miliki adalah kebersamaan dengan keluarga. Maka buat para orang tua yang demikian, janganlah menyia-nyiakan waktu kebersamaan itu.

Walau teknologi sudah mampu mendekatkan orang dalam hal berkomunikasi. Namun tetap saja tak mampu menggantikan hangatnya sebuah pelukan dan tatapan mata secara langsung. Sehebat-hebatnya mendiang Steve Jobs yang memiliki visi menjadi pelopor digitalisasi semua pekerjaan manusia, ia tetap percaya bahwa rapat itu harus bertatap muka. Menurutnya, kolaborasi dan kreativitas tak akan pernah muncul tanpa ada tatap muka. Apatah lagi dalam hal mendidik anak.

Dr. Abdullah Nashih Ulwan dalam bukunya yang berjudul Tarbiyatul Aulad fil Islam dan diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia dengan judul Pendidikan Anak dalam Islam, mengatakan bahwa waktu kebersamaan yang berharga tersebut janganlah disia-siakan, berlalu begitu saja tanpa ada upaya membekali anak dengan berbagai pengetahuan, petunjuk, dan nasihat yang mengarah kepada rida Allah, menguatkan iman, dan akidahnya.

Orang tua itu pendidik, lanjutnya, oleh karenanya sang pendidik terutama ayah harus bisa memanfaatkan waktu dengan memberi nasihat imani dan selalu berusaha mengarahkan anak-anak kepada seluruh aspek yang mengangkat derajatnya, mempertebal iman dan keyakinan di dalam jiwanya.

Memberikan lingkungan yang baik buat anaknya itu merupakan kewajiban orang tua. Mengapa demikian? Karena lingkungan buruk akan membuat anak akan mudah menyerap keburukan itu. Setelahnya ia akan mudah menerima dasar-dasar kekufuran dan kesesatan. Jika ini terjadi, akanlah sulit untuk mengubahnya kembali kepada jalan hidayah.

Berikut lima fakta sosial dan contoh lingkungan yang sesat dan rusak, menurut Dr. Abdullah Nashih Ulwan, yang dapat menimbulkan kerusakan akidah dan akhlak anak. Ini bikin anak keblangsak dunia dan akhirat jika ayah abaikan hal ini.

Pertama, jika seorang ayah menyerahkan anaknya ke sekolah-sekolah sesat dan rusak. Kemudian secara bertahap ia akan mengarah kepada kekufuran dan kemurtadan, sehingga meresaplah di dalam jiwanya perasaan-perasaan benci dan dengki terhadap Islam.

Kedua, jika seorang ayah menyerahkan anaknya untuk dibimbing oleh para guru dan pendidik kafir yang mengajar dan menanamkan prinsip-prinsip kekufuran, dan benih-benih kesesatan di dalam hati anak, maka tidak diragukan lagi bahwa kelak anak tumbuh sesat dan terdidik dengan dasar pendidikan kekafiran dan sekuler yang berbahaya.

Ketiga, jika seorang ayah memperkenankan anaknya membaca dan mengkaji buku-buku yang ditulis oleh kaum kafir, materialis, misionaris, dan kolonialis, maka tidak diragukan lagi anaknya akan meragukan hakikat akidah dan agama, mencemooh sejarah, dan para pahlawannya serta menentang prinsip-prinsip dasar Islam.

Keempat, jika seorang ayah melepaskan anaknya untuk bergaul bersama teman-teman yang sesat dan menyerap dasar-dasar pemikiran mereka yang sesat pula, maka tidak mustahil anak itu akan menggugat setiap nilai religius dan asar akhlak yang dibawa oleh agama dan syariat.

Kelima, jika seorang ayah memberikan kesempatan kepada anaknya untuk bergabung dengan partai-partai dan organisasi-organisasi sekuler, atheis, dan gerakan-gerakan yang sama sekali tidak mempunyai ikatan dengan Islam, baik akidah, pemikiran maupun sejarah, maka tidak diragukan jika anak akan terdidik dengan akidah yang sesat, dan tumbuh dewasa di atas prinsip kekafiran. Bahkan ia akan memerangi agama dan nilai-nilai yang suci.

Kelima hal itu dikemukakan oleh Dr. Abdullah Nashih Ulwan lebih dari 36 tahun yang lalu dalam bukunya yang sampai sekarang masih relevan. Terbukti dalam dunia media sosial banyak mereka yang terdidik dalam lingkungan yang islami namun kemudian masuk ke dalam pendidikan yang mengajarkan secara nyata sekulerisme dan sikap permusuhan terhadap syariat Islam, lalu berubah haluan dan menjadikan syariat sebagai olok-olok. Sayangnya mereka pun banyak follower-nya.

Semoga para ayah yang jauh ataupun yang dekat dari keluarga terutama anaknya menyadari betapa komunikasi yang berkualitas sangatlah diperlukan dalam mendidik anak-anaknya. Senantiasa tak jemu-jemu memberikan nasihat kebenaran. Dan tak lupa meminta perlindungan kepada Allah agar sang anak tetap dekat dan ditunjukkan dengan kebaikan. Karena orang tua tidak bisa mengawasi 24 jam lamanya dan untuk seumur hidupnya.

*

 

Maraji’:

Pendidikan Anak dalam Islam, Dr. Abdullah Nashih Ulwan, Cet. 1, Oktober 1995,Pustaka Amani, Jakarta.

 

Riza Almanfaluthi

dedaunan di ranting cemara

24 Agustus 2014

 

 


Advertisement

Tinggalkan Komentar:

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.